kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.443.000   4.000   0,28%
  • USD/IDR 15.405   0,00   0,00%
  • IDX 7.812   13,98   0,18%
  • KOMPAS100 1.184   -0,59   -0,05%
  • LQ45 959   0,88   0,09%
  • ISSI 227   0,13   0,06%
  • IDX30 489   0,88   0,18%
  • IDXHIDIV20 590   1,24   0,21%
  • IDX80 134   -0,05   -0,04%
  • IDXV30 139   -1,25   -0,90%
  • IDXQ30 163   0,24   0,15%

Korea Utara: Sasaran kami bukanlah tentara Korea Selatan tetapi AS


Senin, 31 Mei 2021 / 19:35 WIB
Korea Utara: Sasaran kami bukanlah tentara Korea Selatan tetapi AS

Sumber: Yonhap,Yonhap | Editor: S.S. Kurniawan

KONTAN.CO.ID - SEOUL. Korea Utara pada Senin (31/5) mengecam pencabutan semua pembatasan rudal Korea Selatan oleh AS sebagai "pengingat yang gamblang" dari pendekatan bermusuhan Washington ke Pyongyang

Ini menandai reaksi pertama Korea Utara setelah Presiden Korea Selatan Moon Jae-in dan Presiden AS Joe Biden setuju pada pertemuan puncak 21 Mei lalu untuk menggunakan cara-cara diplomasi.

Langkah tersebut guna menyelesaikan kebuntuan nuklir Korea Utara dan untuk menghentikan semua pembatasan "pedoman rudal" pada jangkauan penerbangan dan bobot hulu ledak rudal Korea Selatan.

Namun, pernyataan Korea Utara dalam artikel di Kantor Berita Pusat Korea (KCNA) itu atas nama seorang kritikus urusan internasional, bukan pernyataan resmi pemerintah.

"AS, dengan gigih mencap langkah-langkah yang diambil oleh DPRK untuk membela diri sebagai pelanggaran terhadap resolusi PBB, memberi sekutunya hak tak terbatas untuk pengembangan rudal," tulis KCNA, seperti dilansir Yonhap

"Ia (AS) asyik dalam konfrontasi, meskipun hanya basa-basi untuk dialog," sebut KCNA.

Baca Juga: AS: Bahaya nyata bagi Amerika, Korea Utara terus tingkatkan kemampuan rudal balistik

"Langkah penghentian adalah pengingat yang jelas dari kebijakan permusuhan AS terhadap DPRK dan kesepakatan ganda yang memalukan," kata KCNA. 

"Banyak negara sekarang memandang kebijakan utama DPRK-AS, yaitu pendekatan pragmatis dan fleksibilitas maksimum yang dihasilkan oleh Pemerintahan Biden dengan banyak upaya sebagai tipuan belaka," imbuh KCNA.

DPRK adalah singkatan dari nama resmi Korea Utara, Republik Demokratik Rakyat Korea.

Pembatasan rudal pertama kali diperkenalkan pada 1979, ketika Korea Selatan berusaha mengamankan teknologi rudal AS untuk pengembangan misilnya sendiri. 

Sebagai imbalannya, Seoul setuju untuk membatasi jangkauan penerbangan maksimum misilnya menjadi 180 km dan berat hulu ledak menjadi 500 kg.

Dalam menghadapi ancaman nuklir dan rudal yang berkembang oleh Korea Utara, bagaimanapun, Seoul dan Washington merevisi pedoman empat kali hingga tahun lalu untuk memperluas jangkauan hingga 800 km.

Baca Juga: Korea Utara terlihat melanjutkan aktivitas di kompleks nuklir Yongbyon



TERBARU
Kontan Academy
Supply Chain Management Principles (SCMP) Mastering Management and Strategic Leadership (MiniMBA 2024)

×