Reporter: Maizal Walfajri | Editor: Yudho Winarto
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Asosiasi Modal Ventura dan Startup Indonesia (Amvesindo) menilai investor akan lebih siap dan aktif dalam memberikan dukungan pendanaan kepada start up pada 2021 dibandingkan dengan tahun lalu. Berbeda dengan awal pandemi, kini setelah berjalan hampir satu tahun, risiko bisnis sudah lebih dapat diukur.
Investor semakin mampu menganalisis kelayakan bisnis di tengah ketidakpastian, dengan menerapkan aspek-aspek penilaian yang dibahas sebelumnya. Amvesindo menilai, Indonesia merupakan pasar yang menarik untuk berbagai sektor industri.
Sebagai penyedia akses pendanaan, Perusahaan Modal Ventura tidak hanya berinvestasi ke sektor bisnis teknologi saja, namun juga sektor bisnis lainnya yang dinilai memiliki peluang untuk berkembang.
Sektor ekonomi kreatif yang punya misi menggerakkan ekonomi lokal menjadi salah satu sektor yang menarik, seperti bisnis F&B yang terus tumbuh pesat.
Baca Juga: Tawarkan sayur mayur hingga sembako, platform Langganan gencar cari pelanggan
“Idealnya, venture capital memiliki horizon investasi untuk 5-10 tahun, sehingga jika ada naik dan turun dalam waktu 1-2 tahun adalah hal yang normal, namun secara tren tetap meningkat. Terlepas dari pandemi atau tidak, modal ventura adalah bisnis yang berisiko, sehingga apabila risiko semakin terukur, ini akan menjadi faktor pendorong keaktifan investor untuk berinvestasi,” ungkap William Gozali Ketua I Amvesindo dalam diskusi virtual beberapa waktu lalu.
Adapun Sekjen Amvesindo Andreas Surya Wakil menyatakan perusahaan modal ventura sudah memiliki mindset dalam mencari startup. Mulai dari bisnis model harus scalable, di mana startup dapat meningkatkan cakupan bisnis dengan baik tanpa disertai peningkatan biaya yang tinggi, kemudian repeatable, bisnis tidak hanya berjalan dalam satu siklus tertentu, dan terakhir hyper-growth yaitu mampu menunjukkan pertumbuhan yang super cepat.
Perusahaan modal ventura milik PT Telkom (Persero) Tbk, MID Ventures misalnya akan semakin agresif mengucurkan dana bagi startup yang memiliki prospek bagus.
“Kami lebih agresif lagi mengingat ada beberapa fund yang sudah berhasil kamu mulai deploy seperti Centauri, Arise, dan TMI, serta dana US$500 juta terbaru dari Telkom dan BUMN,” ujar VP of Investments MDI Ventures Aldi Adrian Hartanto kepada Kontan.co.id.
Dana itu akan digunakan untuk memperbesar portofolio MDI hingga 2024. Adapun untuk tahun ini, MID menyiapkan dana lebih dari US $150 juta untuk digelontorkan bagi startup. Baik untuk pendanaan baru, maupun pendanaan lanjutan terhadap start up terdahulu.
“Kami saat ini mencari R.A.B.B.I.T (Real Actual Business Building Interesting Tech). Dimana kriterianya startup yang memiliki high growth, high margin, high liquidity, low fixed cost, and low people centric,” papar Aldi.
Baca Juga: Anderson Sumarli, CEO Ajaib Group yang mengawali investasi sejak umur 9 tahun
Ia melanjutkan, MDI cukup agnostik dalam memilih startup atau menyasar seluruh sektor startup. Kendati demikian, ia mengakui healthcare dan agriculture menjadi sektor yang semakin agresif diincar oleh MDI. Mengingat banyaknya inisiatif digitalisasi pemerintah yang ingin MDI dukung untuk kedua sektor tersebut.
Aldi bilang MDI Ventures memberikan pendanaan untuk berbagai tahap pendanaan mulai dari pre seed funding hingga series C. MDI Ventures telah berinvestasi di lebih dari 40 startup yang tersebar di 10 negara. Portofolio MDI Ventures antara lain Kredivo, Qoala, Kata.ai, Privy ID, aCommerce, dan Bahaso.
Berdasarkan data Otoritas Jasa Keuangan (OJK) industri modal ventura telah melakukan investasi dan pembiayaan kepada start up senilai Rp 13,44 triliun sepanjang 2020. Nilai itu tumbuh 5,69% year on year (yoy) dibandingkan 2019 senilai Rp 12,72 triliun.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News