Sumber: Kompas.com | Editor: Adi Wikanto
UU yang baru juga melarang warga Korea Utara "berbicara, menulis, dan bernyanyi ala Korsel" dengan ancaman hukuman dua tahun kerja paksa. Pada Februari, Kim Jong Un memerintahkan semua pemerintah provinsi dan kota "memberangus kapitalis tanpa ampun".
Kemudian di April, Kim Jong Un memperingatkan "marabahaya kejatuhan ideologi dan mental negara tengah mengintai kita". Kemudian pada Mei, harian Rodong Sinmun menyatakan Korut terancam hancur jika pengaruh tetangga terus berkembang.
"Bagi Kim Jong Un, invasi budaya dari tetangganya tak bisa ditoleransi," jelas Jiro Ishimaru, editor kepala di Asia Press International.
Baca juga: Tampil lebih kurus, Kim Jong Un sakit?
Menurut Ishimaru, Kim takut warganya akan menganggap Korea Selatan sebagai alternatif untuk menggantikan Korut. Maka, berdasarkan dokumen Korut yang bocor, Pyongyang begitu gencar merazia konten Korsel di gawai warganya.
Razia ketat juga terjadi dalam bahasa. Para perempuan di sana harus memanggil kekasih mereka "kamerad atau kawan".
Mereka tidak diperbolehkan memanggil oppa atau sayang, panggilan khas Korsel yang dianggap Kim "mesum". Padahal, pria yang bersekolah dan besar di Eropa tersebut pernah menyambut ramah kebudayaan negara tetangga. Pada 2012, dia terlihat mengacungkan jempol saat menyaksikan pertunjukkan girl group yang menyanyikan lagu dari film Rocky.
Ishimaru berpandangan, ekonomi negara penganut ideologi Juche itu merosot sejak Kim naik takhta pada 2011 silam. "Jika warganya kelaparan, otomatis tingkat kejahatan bakal meningkat. Kim harus menegakkan aturan jika tidak ingin terjadi kerusuhan," papar Ishimaru.
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Kim Jong Un Sebut K-Pop sebagai Kanker Ganas yang Menggerogoti Negaranya",
Penulis : Ardi Priyatno Utomo
Editor : Ardi Priyatno Utomo
Selanjutnya: Korea Utara sebut benda aneh di udara bisa bawa virus corona, ini alasannya
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News