kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.504.000   5.000   0,33%
  • USD/IDR 15.935   0,00   0,00%
  • IDX 7.246   -68,22   -0,93%
  • KOMPAS100 1.110   -11,46   -1,02%
  • LQ45 880   -11,76   -1,32%
  • ISSI 222   -0,92   -0,41%
  • IDX30 452   -6,77   -1,48%
  • IDXHIDIV20 545   -7,80   -1,41%
  • IDX80 127   -1,32   -1,03%
  • IDXV30 136   -1,06   -0,77%
  • IDXQ30 150   -2,29   -1,50%

Ketika tempat nongkrong tahun 1990-an berubah sepi seperti kuburan


Jumat, 06 November 2020 / 14:32 WIB
Ketika tempat nongkrong tahun 1990-an berubah sepi seperti kuburan

Sumber: Kompas.com | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie

KONTAN.CO.ID -  JAKARTA. Kejayaan Blok M Mall sudah berakhir. Seperti yang diketahui, era kejayaan Blok M terjadi pada tahun 1990-an sampai 2000-an. Namun, kini hal itu telah sirna. Blom M Mall sudah tak lagi menjadi pilihan tongkrongan anak muda. 

Kahar (62), Rabu (4/11/2020) sore, hanya berdiri di depan tokonya. Pandangannya terlihat kosong. Sesekali, ia berkata kepada satu dua orang yang lewat, "Silakan lihat-lihat dulu." Tokonya menjual kaus-kaus band aliran metal kenamaan dan celana jin. Sebut saja kaus Burgerkill edisi Adamantine European Tour 2018 yang terpajang di bagian depan tokonya.

Kaus-kaus berjubel di tokonya, sedangkan di lorong mal hanya beberapa orang yang lewat tanpa memalingkan wajah ke arah tokonya. "Hari ini baru laris satu. Blok M Mall itu sudah mati. Sebelum Covid-19, itu sudah mati. Paling orang-orang lewat Blok M Mall itu cuma transit. Udah enggak ada lagi yang beli,” ujar Kahar, penjual di Blok M Mall sejak 1992 saat ditemui, Rabu. 

Blok M Mall dikenang sebagai pusat perbelanjaan era 1990 sampai 2000-an.

Baca Juga: PSBB Jakarta kembali berlaku, ini respons pengelola mal

Pemuda-pemudi dan keluarga dari berbagai kelas berbondong-bondong datang ke Blok M Mall. Saking hidupnya, Blok M Mall selalu penuh sesak. "Enggak nyangka Blok M Mall seperti ini mati. Dulu jalan aja susah, macet. Kalau dulu itu pengunjung seperti mau naik haji. Mau kencing aja susah jalan ke toilet. Bisa 15 menit sendiri," kata Kahar.

Suasana kejayaan Blok M Mall dalam ingatan Kahar adalah pusat keramaian di Jakarta. Blok M Mall menjual baju, kaus, celana panjang, ikat pinggang, sepatu, hingga makanan tradisional maupun cepat saji. Restoran kenamaan seperti McDonalds, KFC, dan Dunkin Donats pernah mewarnai kehidupan pengunjung Blok M Mall. Department store kenamaan seperti Robinson dan Ramayana juga pernah hadir di Blok M Mall. 

Baca Juga: Modernland luncurkan promo merdeka di Jakarta Garden City, berikut rinciannya

Pada 2017, Ramayana hengkang dari Blok M Mall lantaran tak produktif lagi. Blok M Mall adalah mal yang terletak di bawah Terminal Bus Blok M dan berada dekat dengan taman kota, yaitu Taman Martha Tiahahu. Pedagang-pedagang berjualan di lorong sepanjang sekitar lebih dari 500 meter tersebut. 
Ada juga pelataran dekat tangga jalur terminal. Di sana, ada pusat kuliner.

Blok M Mall diresmikan pada 3 Oktober 1992 oleh Gubernur DKI Jakarta saat itu, Wiyogo Atmodarminto. Pembangunan Blok M Mall sendiri bekerja sama dengan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta saat itu. Dikutip dari harian Kompas, Manajer Proyek Blok M Mall Mardjoko Sulistyono mengatakan, terminal dan Mal Blok M dibangun dengan biaya sekitar Rp 70 miliar. 

Baca Juga: New normal, ini daftar 80 mal di Jakarta yang akan buka mulai hari ini

Blok M Mall awalnya menyediakan ratusan kios. Blok M Mall saat itu diprediksi menjadi suatu one stop shopping karena semua kebutuhan tersedia. 

Tongkrongan anak muda yang tak menarik lagi 

Dahulu Blok M Mall diharapkan bisa menjadi pusat perbelanjaan anak muda. Sekitar 15 tahun awal, Blok M Mall memang menjadi tujuan anak muda. "Anak muda ke Blok M Mall itu nongkrong-nongkrong saja. Nyarinya dulu belanja baju dan sepatu. Blok M Mall itu dikenal murah-murah," tambah Kahar. 

Orang-orang dulu punya kebanggaan saat pergi ke Blok M Mall. Label keren dan gaul sudah melekat di kening jika sudah ke Blok M Mall. Buat anak Jakarta, rasanya belum sah jadi anak Jakarta kalau belum ke Blok M Mall saat itu. 

Baca Juga: Pakuwon Jati (PWON) dinobatkan sebagai pengembang nomor satu di Indonesia

Anak-anak muda era 2000-an misalnya suka ngeceng ke Blok M Mall, entah itu hanya jajan di kawasan kaki lima di sekitar Blok M Mall atau belanja kaset. 

Biasanya juga, anak-anak muda datang dari arah Taman Martha Tiahahu setelah bersantai di taman. Ada juga yang sengaja langsung turun dari Terminal Blok M menuju Blok M Mall yang terkoneksi langsung dengan tangga. 

Ada juga anak-anak muda yang sekadar nongkrong di Galeri Telkom dekat tangga jalur. Mereka sekadar menelepon teman atau pacar dengan telepon koin. 
"Dulu anak-anak muda dari mana saja ke Blok M Mall. Ada dari Ciputat, Parung, Tangerang, pasti ke sini. Kan aksesnya mudah, bus dari mana saja pasti ada yang ke Blok M," kata Kahar. 

Pada era 1990 sampai 2000-an, jalur-jalur terminal di Blok M juga dipenuhi anak sekolah. Jalur 5 dan 6 kerap menjadi tempat nongkrong kelompok STM Penerbangan dan SMK Poernama. Kini, Blok M Mall kosong melompong.

Banyak kios yang tutup, apalagi saat ini dihantam pandemi Covid-19. Pedagang-pedagang disebut tak sanggup membayar sewa kontrak. "Yang sisa jualan sini paling yang punya hak pakai misalnya 30 tahun," ujarnya. 

Baca Juga: Ada 60 mall yang akan kembali beroperasi pada 5 Juni di DKI Jakarta, ini lengkapnya

Salsabilla (23), seorang mahasiswa swasta di Jakarta, mengatakan, kawasan Blok M Mall tak menarik bagi anak muda saat ini. Salsa sendiri sudah lima tahun tak berbelanja di Blok M Mall. "Dulu sih Blok M Mall setahu saya sih dulu ramai dan megah ya. Ada lorong panjang. Banyak toko-toko baju. Dulu sih belanja ke Blok M sama orangtua pas SD," kata Salsa saat ditemui Rabu sore. 

Salsa lebih memilih belanja di dekat rumah dan tak sesuai dengan tren serta preferensi mode. Blok M Mall dianggap tak menarik karena hanya jejeran toko biasa dan dekorasi lainnya. 

Teriakan itu tak lagi ada

"Ayo dipilih.. dipilih .. dipilih.. Rp 50.000 ... yang murah, yang murah," begitu teriak para pedagang dulu. 

Dahulu, Blok M Mall penuh dengan teriakan promosi pedagang sambil berdiri di atas kursi plastik diselingi house music. Kini, bising suara para pedagang yang mayoritas berasal dari tanah Minang berbalas teriakan promosi itu tak ada lagi. Hening.  

"Teriak-teriak itu dulu hampir setiap sehari. Selama 10 tahun ke belakang itu udah enggak ada yang teriak-teriak. Paling mau jelang-jelang Lebaran saja," tambah Kahar. 

Blok M Mall memang berdenyut pada era 1990 sampai 2000-an. Pengunjung fokus memilih barang-barang di Blok M Mall. Kini, Blok M Mall seperti kuburan, menurut Kahar. Meskipun demikian, Kahar bangga dengan eksistensi Blok M Mall. 

"Tapi, Blok M Mall cukup hebatlah. Biasa lebih dari 25 tahun itu hebat. Biasanya mall tujuh tahun sudah mati," ujarnya.

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Blok M Mall Telah Mati, Dulu Tongkrongan Anak Muda, Kini seperti Kuburan"
Penulis : Wahyu Adityo Prodjo
Editor : Nursita Sari

Selanjutnya: Kelayakan 168 bangunan di Jakarta diperiksa

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU

×