Sumber: Reuters | Editor: S.S. Kurniawan
KONTAN.CO.ID - PARIS. Sanofi dan GlaxoSmithKline mengatakan, uji klinis vaksin virus corona baru mereka menunjukkan respons kekebalan yang tidak memadai pada orangtua.
Sanofi dan GlaxoSmithKline pun menunda peluncuran vaksin virus corona hingga akhir tahun depan, dan menandai kemunduran dalam perang global melawan pandemi.
Pengumuman pada Jumat (11/12) menghalangi upaya untuk mengembangkan berbagai vaksin, yang menurut para ahli, sangat dunia butuhkan untuk melawan virus yang telah menewaskan lebih dari 1,5 juta orang.
Kabar tersebut, yang datang pada hari yang sama dengan Australia membatalkan proyek vaksin domestik, juga merupakan pukulan bagi banyak pemerintah yang telah memesan ratusan juta dosis, termasuk Uni Eropa, Amerika Serikat, dan Inggris.
Baca Juga: China akan beri gratis vaksin corona ke negara lain, tapi ada syaratnya
Sanofi dan GlaxoSmithKline menyatakan, mereka berencana untuk memulai studi lain pada Februari tahun depan, berharap bisa menghasilkan vaksin yang lebih efektif pada akhir 2021.
Penundaan dan uji coba tambahan bukanlah hal yang aneh. Tetapi, pengumuman Sanofi dan GlaxoSmithKline menyoroti serangkaian tantangan unik yang pembuat obat hadapi dalam ilmu multitasking, kecepatan, dan logistik selama pandemi yang telah menghancurkan ekonomi global.
Ini juga menggarisbawahi, mengapa pemerintah menyebarkan taruhan mereka dengan mengamankan vaksin virus corona dari pengembang yang berbeda.
Uji coba Fase III pada Februari tahun depan
Australia membatalkan produksi vaksin virus corona yang dikembangkan University of Queensland dan menggunakan adjuvan yang dibuat perusahaan bioteknologi CSL, setelah uji coba menunjukkan itu dapat mengganggu diagnosis HIV.
Baca Juga: FDA bakal restui penggunaan darurat vaksin corona, saham Pfizer melonjak
Sanofi menyebutkan, hasil uji coba Fase I dan II menunjukkan respons kekebalan yang sebanding dengan pasien yang pulih dari COVID-19 pada orang dewasa berusia 18 hingga 49 tahun.
Tetapi, "menunjukkan respons kekebalan yang rendah pada orang dewasa yang lebih tua kemungkinan besar karena konsentrasi antigen yang tidak mencukupi," sebut Sanofi seperti dikutip Reuters.
Tadinya, uji coba Fase III bergulir bulan ini. Namun, Sanofi mengatakan, akan meluncurkan studi fase IIb pada Februari tahun depan.
"Studi ini akan mencakup perbandingan yang diusulkan dengan vaksin Covid-19 resmi," kata Sanofi yang bermarkas di Paris, Prancis, dan menolak memberikan perincian lebih lanjut.
"Jika datanya positif, studi Fase III global dapat dimulai pada kuartal kedua 2021. Hasil positif dari studi ini akan mengarah pada pengajuan regulasi pada paruh kedua 2021, sehingga menunda ketersediaan potensial vaksin dari pertengahan 2021 hingga kuartal empat 2021," ungkap Sanofi
Sanofi dan GlaxoSmithKline asal Inggris menambahkan, mereka telah memperbarui kontrak pembelian vaksin dengan sejumlah negara dan Komisi Eropa.
Selanjutnya: Profil Sinovac, perusahaan China yang kirim vaksin corona ke Indonesia
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News