kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.499.000   -40.000   -2,60%
  • USD/IDR 15.935   -60,00   -0,38%
  • IDX 7.246   -68,22   -0,93%
  • KOMPAS100 1.110   -11,46   -1,02%
  • LQ45 880   -11,76   -1,32%
  • ISSI 222   -0,92   -0,41%
  • IDX30 452   -6,77   -1,48%
  • IDXHIDIV20 545   -7,80   -1,41%
  • IDX80 127   -1,32   -1,03%
  • IDXV30 136   -1,06   -0,77%
  • IDXQ30 150   -2,29   -1,50%

Kasus Covid-19 di India terus meningkat, ini penyebabnya


Kamis, 06 Mei 2021 / 11:15 WIB
Kasus Covid-19 di India terus meningkat, ini penyebabnya

Sumber: Kompas.com | Editor: Adi Wikanto

KONTAN.CO.ID - New Delhi. Jumlah kasus positif Covid-19 dan korban meninggal di India terus bertambah setiap hari. Ketidaksiapan pemerintah dan sikap masyarakat menyusahkan penanganan Covid-19 di India.

Total kasus Covid-19 di India sudah melewati 20 juta, berdasarkan data yang dipaparkan secara resmi. Pada Selasa (4/5/2021) AFP melaporkan, "Negeri Bollywood" melaporkan 357.229 kasus, membuat total kasusnya berada di angka 20,3 juta.

Dengan tambahan korban meninggal harian mencapai 3.449, membuat kematian total berada di 222.408. Sementara menurut laporan DW, para ahli mengatakan angka sebenarnya di seluruh negara Asia Selatan itu mungkin lima hingga 10 kali lebih tinggi dari penghitungan resmi.

Pihak berwenang terkejut dengan ganasnya gelombang virus terbaru di negara itu. India menghadapi kesulitan besar dalam memastikan persediaan medis yang cukup, mulai dari sumber daya seperti oksigen medis, obat-obatan penting, dan tempat tidur rumah sakit.

Pemerintah Delhi juga berjuang menemukan strategi yang efektif untuk mengekang penyebaran virus. Terlepas dari itu, tugas paling menantang yang mereka hadapi adalah berita palsu, teori konspirasi, dan informasi belum diverifikasi, yang beredar di platform media sosial dan aplikasi berbagi pesan.

Konten dalam pesan dan unggahan itu berkisar dari asal gelombang kedua di India, kemanjuran vaksin dan saran untuk meningkatkan kekebalan dengan menggunakan pengobatan tradisional. "Dari jumlah tersebut, informasi yang salah terkait kesehatan lebih umum dan beragam, diikuti oleh informasi yang salah terkait agama," Syed Nazakat, pendiri Health Analytics Asia, sebuah inisiatif pengecekan fakta, mengatakan kepada DW.

"Sebagian besar informasi kesehatan yang salah berkaitan dengan pandemi dan itu juga, ketika negara ini juga berada di tengah-tengah upaya vaksinasi besar-besaran," katanya.

Baca juga: Cara memperkuat sistem imun di tengah ancaman virus corona gelombang baru

Meremehkan sains

Pengamat dan aktivis mengatakan pihak berwenang belum mengambil tindakan yang cukup untuk menghentikan informasi yang salah ini. Faktanya, beberapa tokoh masyarakat dan pejabat senior sendiri bertanggung jawab atas tingginya infeksi saat ini.

Seperti yang terjadi pada pertengahan April, ketika jumlah kasus Covid-19 mulai meroket. V K Paul, merekomendasikan agar orang berkonsultasi dengan praktisi terapi alternatif, jika mereka memiliki penyakit ringan atau tanpa gejala.

Padahal dia merupakan pejabat senior pemerintah yang berada di garis depan respons virus corona. Dia juga menyarankan orang mengonsumsi "chyawanprash" (suplemen makanan), dan "kadha" (minuman herbal dan rempah-rempah) untuk meningkatkan kekebalan mereka.

Pernyataannya memicu kritik dari para dokter, yang mengatakan rekomendasi tersebut dapat mendorong orang mencoba terapi yang belum teruji, dan menunggu terlalu lama untuk mencari pertolongan medis. "Ini mengherankan dan menyesatkan. Ini akan mendorong orang untuk duduk di rumah, meminum ramuan tersebut dan pada saat mereka sampai di rumah sakit, semuanya akan terlambat," kata Rajan Sharma, mantan presiden nasional Asosiasi Medis India.

Apar Gupta, direktur eksekutif Internet Freedom Foundation, memiliki pandangan serupa. "Ketika Anda memiliki otoritas publik yang mendukung hal seperti itu, jelas ada kurangnya rasa hormat terhadap sains." Gupta memberi tahu DW.

Penggunaan media sosial tinggi

Para ahli meyakini, rendahnya kepercayaan masyarakat pada media berita dan lemahnya media layanan publik, menyebabkan penyebaran informasi yang salah secara cepat dan luas. Kondisi itu diperburuk dengan audiens yang terfragmentasi, dan penggunaan media sosial yang tinggi.

Konsumsi konten media sosial telah meningkat pesat, sejak Maret tahun lalu. Tepatnya setelah pemerintah India memberlakukan lockdown nasional yang ketat, untuk mengendalikan penyebaran virus. WhatsApp, yang memiliki lebih dari 500 juta pengguna di negara ini, adalah platform di mana sebagian besar informasi yang salah dijajakan.

“Meningkatnya jangkauan media sosial semakin mengintensifkan krisis informasi yang salah,” kata Gupta melansir DW pada Selasa (4/5/2021).

Mitos dan kebohongan Dengan kasus Covid-19 yang melonjak di seluruh negeri, banyak orang yang mudah tertipu semakin menjadi mangsa gelombang peningkatan konten yang menyesatkan dan palsu. Ini juga memengaruhi upaya vaksinasi massal India, karena banyaknya desas-desus tentang efek buruk vaksin.

DW melaporkan, ada berita palsu tentang keamanan vaksin di antara orang-orang dengan penyakit bawaan sebelumnya seperti diabetes dan hipertensi dan, juga di antara wanita. Selain itu, ada mitos tentang penggunaan nebulizer sebagai pengganti tangki oksigen medis, yang saat ini sangat langka di negara tersebut.

Baca juga: Mengerikan, pekan lalu India sumbang 46% dari total kasus virus corona global

Lebih lanjut, ada juga rumor yang banyak beredar juga mempromosikan menghirup uap serta konsumsi bawang putih, kayu manis dan akar manis, sebagai tindakan pencegahan atau pengobatan Covid-19. Ide berbahaya lainnya yang sedang disebarluaskan di media sosial adalah bahwa orang India memiliki kekebalan yang lebih tinggi terhadap virus corona.

Ini didasarkan pada interpretasi yang salah dan dangkal dari studi gen tunggal yang dilakukan di antara kelompok etnis yang berbeda. "Tidak ada bukti ilmiah untuk mendukung klaim absurd ini. Kami harus membantah klaim ini untuk membuat orang mengerti bahwa orang India tidak memiliki perlindungan genetik khusus terhadap virus," seorang peneliti dari Alt News, situs pengecekan fakta nirlaba, mengatakan kepada DW.

Banyak konten ini, dalam bentuk teks, gambar, dan video, dibagikan dalam bahasa daerah. "Banyak dari video dan meme ini didaur ulang karena tidak mudah menguap dari dunia maya. Bahkan setelah longsoran informasi yang salah ini dibantah, masih ada orang yang tidak yakin apa yang harus dipercaya," Prateek Waghre, seorang analis riset di Takshashila Institusi.

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Masalah Ini Buat Perjuangan Melawan Covid-19 di India Makin Sulit",


Penulis : Bernadette Aderi Puspaningrum
Editor : Bernadette Aderi Puspaningrum

Selanjutnya: Bencana kemanusiaan, lonjakan Covid-19 India menyebar ke Nepal

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU

×