Sumber: Kompas.com | Editor: Adi Wikanto
Para ahli meyakini, rendahnya kepercayaan masyarakat pada media berita dan lemahnya media layanan publik, menyebabkan penyebaran informasi yang salah secara cepat dan luas. Kondisi itu diperburuk dengan audiens yang terfragmentasi, dan penggunaan media sosial yang tinggi.
Konsumsi konten media sosial telah meningkat pesat, sejak Maret tahun lalu. Tepatnya setelah pemerintah India memberlakukan lockdown nasional yang ketat, untuk mengendalikan penyebaran virus. WhatsApp, yang memiliki lebih dari 500 juta pengguna di negara ini, adalah platform di mana sebagian besar informasi yang salah dijajakan.
“Meningkatnya jangkauan media sosial semakin mengintensifkan krisis informasi yang salah,” kata Gupta melansir DW pada Selasa (4/5/2021).
Mitos dan kebohongan Dengan kasus Covid-19 yang melonjak di seluruh negeri, banyak orang yang mudah tertipu semakin menjadi mangsa gelombang peningkatan konten yang menyesatkan dan palsu. Ini juga memengaruhi upaya vaksinasi massal India, karena banyaknya desas-desus tentang efek buruk vaksin.
DW melaporkan, ada berita palsu tentang keamanan vaksin di antara orang-orang dengan penyakit bawaan sebelumnya seperti diabetes dan hipertensi dan, juga di antara wanita. Selain itu, ada mitos tentang penggunaan nebulizer sebagai pengganti tangki oksigen medis, yang saat ini sangat langka di negara tersebut.
Baca juga: Mengerikan, pekan lalu India sumbang 46% dari total kasus virus corona global
Lebih lanjut, ada juga rumor yang banyak beredar juga mempromosikan menghirup uap serta konsumsi bawang putih, kayu manis dan akar manis, sebagai tindakan pencegahan atau pengobatan Covid-19. Ide berbahaya lainnya yang sedang disebarluaskan di media sosial adalah bahwa orang India memiliki kekebalan yang lebih tinggi terhadap virus corona.
Ini didasarkan pada interpretasi yang salah dan dangkal dari studi gen tunggal yang dilakukan di antara kelompok etnis yang berbeda. "Tidak ada bukti ilmiah untuk mendukung klaim absurd ini. Kami harus membantah klaim ini untuk membuat orang mengerti bahwa orang India tidak memiliki perlindungan genetik khusus terhadap virus," seorang peneliti dari Alt News, situs pengecekan fakta nirlaba, mengatakan kepada DW.
Banyak konten ini, dalam bentuk teks, gambar, dan video, dibagikan dalam bahasa daerah. "Banyak dari video dan meme ini didaur ulang karena tidak mudah menguap dari dunia maya. Bahkan setelah longsoran informasi yang salah ini dibantah, masih ada orang yang tidak yakin apa yang harus dipercaya," Prateek Waghre, seorang analis riset di Takshashila Institusi.
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Masalah Ini Buat Perjuangan Melawan Covid-19 di India Makin Sulit",
Penulis : Bernadette Aderi Puspaningrum
Editor : Bernadette Aderi Puspaningrum
Selanjutnya: Bencana kemanusiaan, lonjakan Covid-19 India menyebar ke Nepal
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News