kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.504.000   5.000   0,33%
  • USD/IDR 15.935   0,00   0,00%
  • IDX 7.246   -68,22   -0,93%
  • KOMPAS100 1.110   -11,46   -1,02%
  • LQ45 880   -11,76   -1,32%
  • ISSI 222   -0,92   -0,41%
  • IDX30 452   -6,77   -1,48%
  • IDXHIDIV20 545   -7,80   -1,41%
  • IDX80 127   -1,32   -1,03%
  • IDXV30 136   -1,06   -0,77%
  • IDXQ30 150   -2,29   -1,50%

Kadin Sebut Kenaikan Harga Minyak Goreng Bukan Hanya Terjadi di Indonesia


Kamis, 17 Maret 2022 / 05:55 WIB
Kadin Sebut Kenaikan Harga Minyak Goreng Bukan Hanya Terjadi di Indonesia

Reporter: Ratih Waseso | Editor: Noverius Laoli

KONTAN.CO.ID -  JAKARTA. Ketua Umum Kadin Indonesia Arsjad Rasjid mengatakan, permasalahan minyak goreng tak hanya menjadi masalah di Indonesia saja, melainkan juga dunia.

Hal tersebut diduga lantaran adanya konflik antara Rusia dan Ukraina yang diwaspadai seluruh negara dampaknya. Tak hanya biaya energi yang naik namun juga berdampak pada harga bahan pokok makanan. Di mana sebelumnya sudah terdampak dengan adanya pandemi Covid-19.

"Misalnya minyak goreng kita mengatakan bahwa minyak goreng itu bukan masalah kita aja tapi menjadi masalah dunia," kata Arsjad dalam Rakernas Kadin Bidang Ketenagakerjaan, Rabu (16/3).

Baca Juga: Curiga Ada Mafia Minyak Goreng, Mendag Gandeng Polri

Naiknya minyak sawit disebabkan karena tingginya permintaan di dunia akan komoditi ini. Arsjad menjelaskan, negara yang sebelumnya menggunakan minyak bunga matahari beralih ke minyak sawit karena mayoritas minyak bunga matahari yang diproduksi Rusia dan Ukraina tak dapat diekspor karena kondisi konflik yang terjadi di sana.

"Tiba-tiba kelapa sawit bisa naik karena ada yang namanya minyak sunflowers yang diproduksi Rusia dan di Ukraina tidak bisa diekspor. Akhirnya beralihlah itu kepada yang namanya minyak lainnya yaitu sawit. Makanya apa yang terjadi permintaan sawit naik," jelasnya.

Tak hanya minyak goreng, gandum juga disebut terdampak dengan adanya konflik dua negara tersebut. Arsjad menjelaskan, 30% suplai gandum dunia berasal dari Rusia dan Ukraina.

Baca Juga: Pelaku Usaha Minyak Jelantah Protes Terhadap Aturan Larangan Ekspor Minyak Jelantah

Sama seperti minyak bunga matahari, karena konflik komoditi gandum ikut tersendat distribusinya keluar dari negara tersebut.

Arsjad sempat bertemu dengan Menteri Hungaria untuk menanyakan mengenai suplai gandum ke Indonesia. Sayangnya pihak pemerintah Hungaria telah memberlakukan pembatasan ekspor komoditi gandum.

Baca Juga: Rachmat Gobel Sebut DPR Pertimbangkan Pembentukan Pansus Minyak Goreng

"Saya tanya bagaimana kalau Hungaria produksi gandum, apakah Indonesia bisa mengambil alternatif dan mengambil barang dari sana. Apa yang dikatakannya? mohon maaf pemerintah kami baru saja membuat keputusan bahwa kami tidak bisa ekspor gandum yang paling utama adalah untuk negara kami dan yang kedua adalah untuk negara di Eropa," cerita Arsjad.

Ia menegaskan kondisi-kondisi tersebut kini menjadi tantangan tak hanya bagi Indonesia tapi juga negara lain di dunia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU

×