kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.222.000 0,41%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Jika Tak Mau Bayar Gas Rusia dengan Rubel, Ekonomi Jerman Bisa Alami Kerusakan Besar


Kamis, 31 Maret 2022 / 11:00 WIB
Jika Tak Mau Bayar Gas Rusia dengan Rubel, Ekonomi Jerman Bisa Alami Kerusakan Besar

Sumber: Reuters | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie

KONTAN.CO.ID -  FRANKFURT/LONDON. Pada Kamis (31/3/2022), Rusia mengatakan akan menyusun pengaturan praktis bagi perusahaan asing untuk membayar gasnya dalam rubel. 

Hal ini semakin memicu kecemasan karena bisa meningkatkan kemungkinan gangguan pasokan gas ke Eropa. Pasalnya, negara-negara Barat sejauh ini menolak permintaan Moskow untuk pengalihan mata uang ke rubel.

Melansir Reuters, perintah Presiden Vladimir Putin pekan lalu untuk menagih negara-negara "tidak bersahabat" dalam mata uang rubel sebagai bentuk pembayaran gas Rusia telah mendorong mata uang itu setelah jatuh ke posisi terendah sepanjang masa. Negara-negara Barat memberlakukan sanksi besar-besaran terhadap Moskow atas invasinya ke Ukraina.

"Tidak ada yang akan memasok gas secara gratis, itu tidak mungkin, dan Anda hanya dapat membayarnya dalam rubel," kata juru bicara Kremlin Dmitry Peskov kepada wartawan, Selasa.

Baca Juga: Beda Dengan Jerman, Italia Masih Wait and See Soal Pembayaran Gas Rusia Dalam Rubel

Kantor berita TASS melaporkan, Ketua Majelis Tinggi Parlemen Rusia, Valentina Matviyenko, mengatakan Moskow siap jika Eropa menolak untuk membeli energi Rusia dan dapat mengalihkan pembeliannya ke pasar Asia.

Negara-negara Eropa, yang sebagian besar membayar dalam euro, mengatakan Rusia tidak berhak mengatur ulang kontrak. Kelompok negara G7 menolak tuntutan Moskow minggu ini.

Pada pekan ini, harga gas grosir Eropa mengalami kenaikan di tengah kekhawatiran pasokan gas Rusia bakal terhenti, meskipun Rusia sejauh ini memenuhi kewajiban kontrak untuk penjualan gas ke Eropa. 

Peskov mengatakan, sejalan dengan tenggat waktu 31 Maret yang ditetapkan oleh Putin untuk pembayaran rubel, semua modalitas sedang dikembangkan sehingga sistem ini sederhana, dapat dimengerti dan layak untuk pembeli Eropa dan internasional.

Baca Juga: Ini Daftar Perusahaan yang Masih Membeli Minyak Mentah Rusia

Negara-negara G7 mendesak perusahaan untuk tidak menyetujui pembayaran rubel dan mengatakan sebagian besar kontrak pasokan menetapkan euro atau dolar.

"Itu adalah posisi yang kami bagikan," kata juru bicara Komisi Eropa pada konferensi pers di Brussels, Selasa.

Komisi Eropa mengatakan pekan lalu sedang menilai skenario yang mencakup penghentian penuh pasokan gas Rusia musim dingin mendatang, sebagai bagian dari perencanaan kontinjensi untuk guncangan pasokan.

Dampak jika Eropa tak membayar dengan rubel

Data Reuters menunjukkan, Eropa menerima sekitar 40% gasnya dari Rusia. Impor gas mencapai sekitar 155 miliar meter kubik (bcm) tahun lalu.

Permintaan Putin telah memicu kekhawatiran di Jerman. Apalagi ekonomi utama Eropa yang sangat bergantung pada gas Rusia. Banyak yang bertanya-tanya tentang potensi gangguan dan dampaknya terhadap industri dan rumah tangga jika negara gagal membayar dalam rubel.

"Tanpa pasokan Rusia, ekonomi Jerman menghadapi kerusakan besar, yang harus dihindari jika memungkinkan," kata Kepala Eksekutif E.ON Leonhard Birnbaum kepada televisi Jerman.

Baca Juga: Rusia Menyiapkan Skema Pembayaran Gas Dalam Rubel dan Langkah Jika Uni Eropa Menolak

Dia menambahkan, negara itu membutuhkan tiga tahun untuk menjadi independen dari gas Rusia.

Jika terjadi gangguan, dia mengatakan regulator jaringan gas Jerman akan memprioritaskan pemanasan untuk rumah daripada penggunaan industri, sehingga produsen yang haus energi seperti pembuat baja akan menanggung beban awal dari setiap pemotongan pasokan.

Data dari Infrastruktur Gas Eropa menunjukkan situs penyimpanan gas Uni Eropa sekarang sudah terisi 26%, menyoroti tantangan untuk menggantikan Rusia sebagai penyedia energi.

Komisi Eropa telah mengusulkan undang-undang yang mewajibkan negara-negara UE untuk mengisi penyimpanan setidaknya 80% tahun ini.

Markus Krebber, CEO RWE utilitas terbesar Jerman dan pelanggan Gazprom, mengatakan Jerman hanya bisa mengatasi penghentian total impor gas Rusia untuk periode yang sangat singkat.

Kepala jaringan transmisi gas Ukraina juga mengatakan Ukraina, yang dilalui beberapa pipa yang memasok gas Rusia ke Eropa, perlu mengumpulkan 17 bcm gas untuk musim dingin berikutnya pada akhir Oktober, dengan mengatakan ini akan sulit.

Analis Refinitiv menulis dalam sebuah laporan bahwa penyimpanan UE akan mencapai 23% pada 1 Oktober jika pasokan Rusia benar-benar dihentikan sepanjang musim panas dan tidak ada pasokan tambahan.

"Tingkat ini merupakan ancaman langsung terhadap keamanan pasokan energi di Eropa," kata para analis.

Analis juga menambahkan bahwa penyimpanan bisa mencapai 58% - masih sangat rendah - jika transmisi gas alam cair (LNG) dari barat laut Eropa dimaksimalkan dan impor pipa dari pemasok alternatif meningkat.

Washington dan Brussels mencapai kesepakatan pekan lalu bagi Amerika Serikat untuk memasok 15 bcm LNG tahun ini, meskipun itu tidak akan sepenuhnya menggantikan impor gas Rusia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU

×