Sumber: Al Jazeera | Editor: Handoyo .
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Beberapa negara Barat, termasuk Amerika Serikat, memberlakukan larangan langsung terhadap impor energi Rusia, menyusul invasi Moskow ke Ukraina, tetapi ekonomi utama Eropa yang bergantung pada minyak dan gas Rusia telah menghindari tindakan drastis yang menunjukkan perpecahan di Uni Eropa.
Australia, Inggris, Kanada dan AS telah melarang impor pembelian minyak Rusia setelah agresi Rusia, yang telah memicu krisis pengungsi terbesar dalam beberapa dekade.
Sejauh ini, 27 anggota blok tersebut tidak dapat menyepakati embargo, dengan peringatan Jerman terhadap langkah-langkah tergesa-gesa yang dapat mendorong ekonomi ke dalam resesi, dan, beberapa negara, seperti Hongaria, menentang larangan apa pun.
Embargo UE akan membutuhkan persetujuan bulat dari 27 negara anggota. Banyak pembeli di Eropa telah menghindari minyak mentah Rusia secara sukarela untuk menghindari kerusakan reputasi atau kemungkinan kesulitan hukum.
Baca Juga: Rusia Tak Ada Masalah Jika Dicoret dari KTT G20 Indonesia, Namun Peringatkan Hal Ini
Namun, pedagang komoditas Trafigura dan Vitol, terus membeli minyak mentah Rusia di bawah kontrak jangka panjang yang ada. Keduanya, bagaimanapun, mengatakan kepada Reuters bahwa mereka belum menyetujui kesepakatan baru sejak invasi Rusia ke Ukraina, yang disebut Moskow sebagai "operasi militer khusus" dan yang dimulai pada 24 Februari.
India dan China, yang menolak mengutuk tindakan Rusia, juga terus membeli minyak mentah Rusia.
Berikut daftar pembeli utama minyak Rusia:
Neftohim Burgas
MiRo
PCK Schwedt
Pertamina
Leuna
Baca Juga: Harga Minyak Naik Tipis Setelah Penurunan Tajam di Awal Pekan
Hellenic Petroleum
ISAB
MOL
Zeeland Refinery
Rotterdam Refinery
Hindustan Petroleum
Indian Oil Corporation
Nayara Energy
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News