Reporter: Barratut Taqiyyah Rafie | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
Keinginan untuk keluar dari negara komunis itu memunculkan istilah baru yang disebut "runology". Kata itu adalah plesetan dari karakter China dan pertama kali menjadi viral di awal penguncian Shanghai pada awal April.
Pengguna online China telah menggunakan istilah tersebut untuk mencegah sensor memblokir pesan tentang emigrasi. Meskipun dimulai dengan kata lari, kemudian berkembang menjadi runology, "studi" tentang cara lari dari Tiongkok. Selain banyak halaman tentang cara meninggalkan China, agen yang menawarkan visa jangka panjang bermunculan di internet.
Namun, meskipun minat untuk melakukan emigrasi meningkat, hanya sedikit orang yang dapat meninggalkan negara itu. Pada 2019, CGTN yang dikelola negara melaporkan bahwa sekitar sepersepuluh dari 1,4 miliar penduduk China memegang paspor yang sah.
Pada tahun lalu, Administrasi Imigrasi Nasional China berhenti mengeluarkan paspor baru, visa keluar, dan izin polisi untuk meninggalkan negara itu untuk "perjalanan tidak penting" dalam upaya mengekang penyebaran COVID-19 melalui perjalanan internasional.
Hanya orang dengan alasan penting untuk bepergian ke luar negeri yang dapat mendaftar.
Baca Juga: Pemimpin Hong Kong Dinyatakan Positif COVID-19 Pasca Menghadiri Forum APEC
Kota hantu
Reuters memberitakan, pada hari Minggu (20/11/2022), pejabat kota Beijing mendesak penduduk distrik Chaoyang yang luas - rumah bagi hampir 3,5 juta orang serta kedutaan dan menara perkantoran - untuk tetap berada di rumah pada hari Senin.
"Jumlah kasus yang ditemukan di luar karantina meningkat pesat saat ini, dan ada risiko penularan tersembunyi dari berbagai tempat," kata Liu Xiaofeng, wakil direktur Pusat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Beijing, dalam jumpa pers.
Dia menambahkan, "Tekanan terhadap Beijing semakin meningkat."
Data Reuters menunjukkan, ibu kota China melaporkan 621 infeksi baru pada Sabtu, naik dari 515 sehari sebelumnya. Per Minggu pada pukul 3 sore, Beijing mencatatkan penambahan 516 infeksi baru.
Adanya kebijakan tersebut membuat Beijing seperti kota hantu. Di Beijing, jalan-jalan lebih sepi dari sebelumnya karena bisnis yang tidak penting, termasuk pusat kebugaran dan toko persediaan hewan peliharaan di beberapa daerah, telah diperintahkan untuk ditutup, beberapa dengan pita pengaman dipasang di pintu.
Polusi berat juga membuat sebagian besar penduduk di dalam ruangan. Sebagian besar lalu lintas di jalan melibatkan pengendara pengiriman dengan jaket biru atau kuning mereka.
Beberapa mal telah diminta tutup, tetapi supermarket dan restoran diizinkan buka untuk memastikan orang memiliki akses ke kebutuhan pokok.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News