Sumber: BBC | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
KONTAN.CO.ID - NEW YORK. China adalah ancaman terbesar bagi demokrasi dan kebebasan sejak Perang Dunia Kedua. Hal itu diungkapkan oleh salah satu pejabat tinggi intelijen AS.
Melansir BBC, saat menuliskan opininya di Wall St Journal, John Ratcliffe mengatakan China mengembangkan kekuatannya dengan mencuri rahasia AS dan kemudian menggantikan perusahaan AS di pasar.
Ratcliffe juga bilang, Pemerintahan Trump telah mengambil tindakan tegas terhadap China, yakni dengan memberlakukan tarif pada barang-barang China dan menuduh Beijing melakukan pencurian kekayaan intelektual.
Terkait hal ini, China belum memberikan tanggapan.
Meski demikian, AS telah menanggapi dengan tegas aksi China dengan pengenaan tarif tinggi dan upaya untuk menjauhkan raksasa telekomunikasi Huawei dari pasar Amerika.
Baca Juga: Ancaman Rusia meningkat, Angkatan Laut AS kembali hadirkan Armada Atlantik
"Beijing sedang mempersiapkan konfrontasi dengan AS dan bermaksud untuk mendominasi dunia secara ekonomi, militer dan teknologi," Ratcliffe memperingatkan seperti yang dikutip BBC.
Beberapa komentar Ratcliffe menggemakan intervensi sebelumnya oleh Menteri Luar Negeri Mike Pompeo dan kepala FBI Christopher Wray.
Namun, peringatan tersebut juga datang pada saat China tengah meningkatkan tekanannya pada sekutu AS, Australia. Yakni dengan memberlakukan tarif impor anggur Australia dan memprovokasi pemerintah Australia atas catatan haknya di Afghanistan.
Baca Juga: Riset CDC AS: Virus Covid-19 sudah ada di Amerika sejak pertengahan Desember
Direktur Intelijen Nasional AS mengatakan, China terlibat dalam bentuk spionase ekonomi yang dia gambarkan sebagai "merampok, mereplikasi, dan mengganti", dengan memberikan contoh perusahaan turbin angin China yang dinyatakan bersalah di AS karena mencuri dari pesaing AS sebelum dijual ke seluruh dunia sementara perusahaan AS kehilangan nilai pemegang saham dan memecat staf.
Menurut Ratcliffe, kekayaan intelektual AS senilai US$ 500 miliar telah dicuri setiap tahun. Penangkapan FBI terhadap warga negara China karena mencuri penelitian sering terjadi.
Dia mengatakan, hasil investigasi intelijen AS menunjukkan bahwa China telah melakukan "pengujian manusia" pada pasukan dengan tujuan mengembangkan tentara dengan kemampuan yang ditingkatkan secara biologis.
Baca Juga: Angkatan Udara Rusia sepakat untuk menambah armada Sukhoi Su-34
Ratcliffe mengatakan, China telah terlibat dalam kampanye pengaruh besar-besaran yang menargetkan anggota Kongres AS dan staf mereka dengan mendorong serikat pekerja di perusahaan besar untuk memberi tahu politisi lokal agar mengambil sikap yang lebih lembut terhadap China atau menghadapi kehilangan suara anggota serikat.
"Beijing menargetkan anggota Kongres dengan enam kali frekuensi Rusia dan 12 kali frekuensi Iran," kata Ratcliffe.
Selanjutnya: Bela Australia, AS sebut gambar rekayasa China sebagai titik paling menyedihkan
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News