Sumber: Kompas.com | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
PERMASALAHAN PROYEK LRT JABODEBEK - Proyek LRT Jabodebek mengalami berbagai kendala. Banyak pihak yang bertanya-tanya mengenai hal ini.
Wakil Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Kartika Wirjoatmodjo akhirnya buka-bukaan terkait masalah LRT Jabodebek dalam acara “InJourney Talks” yang diadakan pada Selasa (1/8/2023).
Dia bilang, permasalahan tersebut terdapat di pembangunan koordinasi, prasarana, dan sarana dalam proyek LRT itu.
Dihimpun dari pemberitaan Kompas.com, berikut tiga permasalahan dalam proyek LRT Jabodebek:
1. Tak ada integrator
Tiko mengatakan, dalam pengerjaaannya, proyek LRT Jabodebek mempunyai enam komponen yang terlibat.
Dikutip dari Kompas.com, Selasa (1/8/2023), komponen tersebut di antaranya seperti prasarana yang digarap oleh PT Adhi Karya, kereta oleh PT INKA, software development oleh Siemens, dan persinyalan oleh PT Len Industri.
Namun, dari banyaknya komponen yang terlibat dalam proyek, tidak ada integrator atau penghubung di dalamnya. Hal tersebut berdampak pada kurangnya koordinasi antara pihak terkait dan munculnya berbagai kesalahan dalam proyek LRT Jabodebek tersebut.
Baca Juga: Erick Thohir: Mundurnya Uji Coba LRT Bukan Karena Ada Masalah pada Sistem
2. 31 kereta mempunyai spesifikasi berbeda
Kartika Wirjoatmodjo menjelaskan, sebanyak 31 kereta LRT Jabodebek yang akan dioperasikan mempunyai spesifikasi berbeda. Adapun LRT tersebut merupakan kereta yang beroperasi tanpa memerlukan masinis.
“Jadi dulu itu dengan berbagai macam teori, bikinlah program kereta tanpa masinis. Jadi teknologi kereta tanpa masinis,” jelas Tiko.
Karena mempunyai spesifikasi berbeda antarkereta, kondisi tersebut membuat sistem perangkat lunak (software) harus diperbaiki sehingga biayanya menjadi lebih tinggi.
“Siemens suatu hari call meeting, complain sama saya. ‘Pak ini software-nya naik cost-nya’ ‘Kenapa?’ ‘Spek kereta INKA-nya ini, baik dimensi, berat, maupun kecepatan, dan pengeremannya berbeda-beda satu sama lain',” ucapnya.
Baca Juga: Uji COba LRT Jabodebek untuk Umum Mundur Lagi, Kapan Jadwalnya?
Padahal, setiap rangkaian kereta tersebut harus berhenti sejajar antara gate di stasiun dan pintu kereta.
Oleh karena itu, software-nya harus dilakukan penyesuaian kembali agar memiliki toleransi yang mampu membuat masing-masing rangkaian kereta berbeda spek itu bisa berhenti pada posisi yang sama.
"Jadi 31 kereta itu beda spek semua. Jadi software-nya mesti dibikin toleransinya lebih lebar, supaya bisa meng-capture berbagai macam dari spek itu," imbuhnya.
Menurut dia, penyesuaian ini dilakukan berkali-kali dan memakan waktu berbulan-bulan agar antara gate di stasiun dan pintu kereta bisa sejajar.
Baca Juga: Uji Coba LRT Jabodebek Kembali Dilakukan, Menhub: Sudah Semakin Baik
3. Salah desain longspan Gatsu-Kuningan
Selain itu Kartika Wirjoatmodjo menerangkan, masalah lain terjadi pada bagian jembatan rel atau longspan yang berada di Kuningan, Jakarta Selatan.
Dilansir dari Kompas.com, Selasa (1/8/2023), longspan yang berbelok atau menikung tersebut mengalami salah desain, membuat kecepatan kereta melambat saat melewatinya.
"Kalau lihat longspan dari Gatot Subroto ke Kuningan kan ada jembatan besar, itu sebenarnya salah desain, karena dulu Adhi sudah bangun jembatannya, tapi dia enggak ngetes sudut kemiringan keretanya," terang Tiko.
Menurutnya jika tingkungan jembatan itu digarap melebar maka kereta LRT Jabodebek bisa tetap melaju dengan kencang.
"Jadi sekarang kalau belok harus pelan sekali, karena harusnya itu lebih lebar tikungannya. Kalau tikungannya lebih lebar, dia bisa belok sambil speed up,” ungkapnya.
“Tapi karena tikungannya sekarang sudah terlanjur dibikin sempit, mau enggak mau keretanya harus jalan hanya 20 km per jam, pelan banget," lanjutnya.
(Sumber: Kompas.com/Yohana Artha Uly | Editor: Akhdi Martin Pratama, Aprillia Ika)
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Wamen BUMN Beberkan 3 Permasalahan dalam Proyek LRT Jabodebek"
Penulis : Aditya Priyatna Darmawan
Editor : Inten Esti Pratiwi
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News