Sumber: Kompas.com | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
Padahal, setiap rangkaian kereta tersebut harus berhenti sejajar antara gate di stasiun dan pintu kereta.
Oleh karena itu, software-nya harus dilakukan penyesuaian kembali agar memiliki toleransi yang mampu membuat masing-masing rangkaian kereta berbeda spek itu bisa berhenti pada posisi yang sama.
"Jadi 31 kereta itu beda spek semua. Jadi software-nya mesti dibikin toleransinya lebih lebar, supaya bisa meng-capture berbagai macam dari spek itu," imbuhnya.
Menurut dia, penyesuaian ini dilakukan berkali-kali dan memakan waktu berbulan-bulan agar antara gate di stasiun dan pintu kereta bisa sejajar.
Baca Juga: Uji Coba LRT Jabodebek Kembali Dilakukan, Menhub: Sudah Semakin Baik
3. Salah desain longspan Gatsu-Kuningan
Selain itu Kartika Wirjoatmodjo menerangkan, masalah lain terjadi pada bagian jembatan rel atau longspan yang berada di Kuningan, Jakarta Selatan.
Dilansir dari Kompas.com, Selasa (1/8/2023), longspan yang berbelok atau menikung tersebut mengalami salah desain, membuat kecepatan kereta melambat saat melewatinya.
"Kalau lihat longspan dari Gatot Subroto ke Kuningan kan ada jembatan besar, itu sebenarnya salah desain, karena dulu Adhi sudah bangun jembatannya, tapi dia enggak ngetes sudut kemiringan keretanya," terang Tiko.
Menurutnya jika tingkungan jembatan itu digarap melebar maka kereta LRT Jabodebek bisa tetap melaju dengan kencang.
"Jadi sekarang kalau belok harus pelan sekali, karena harusnya itu lebih lebar tikungannya. Kalau tikungannya lebih lebar, dia bisa belok sambil speed up,” ungkapnya.
“Tapi karena tikungannya sekarang sudah terlanjur dibikin sempit, mau enggak mau keretanya harus jalan hanya 20 km per jam, pelan banget," lanjutnya.
(Sumber: Kompas.com/Yohana Artha Uly | Editor: Akhdi Martin Pratama, Aprillia Ika)
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Wamen BUMN Beberkan 3 Permasalahan dalam Proyek LRT Jabodebek"
Penulis : Aditya Priyatna Darmawan
Editor : Inten Esti Pratiwi
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News