Reporter: Venny Suryanto | Editor: Handoyo .
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Perkebunan Nusantara III (Persero) Holding, Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang bergerak di sektor perkebunan baru saja melakukan transformasi keuangan guna mendukung kinerja keuangan dan operasional yang berkelanjutan.
Sebagai informasi, PTPN Grup adalah korporasi perkebunan yang memiliki lebih dari 1,2 juta hektare lahan di mana terdapat enam komoditas yang dibudidayakan yakni kelapa sawit, tebu, karet, teh, kakao, dan kopi.
Direktur Utama PTPN III Holding, Mohammad Abdul Ghani mengatakan lewat Perjanjian Perubahan Induk atau Master Amendment Agreement (MAA) Transformasi Keuangan PTPN Group dengan para kreditor yakni PT Bank Mandiri (Persero) Tbk, PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk, PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk, PT Bank Central Asia Tbk, PT Bank Rakyat Indonesia Agroniaga Tbk serta Lembaga Pembiayaan Ekspor Indonesia (LPEI) dapat menjadi bentuk strategi perseroan dalam melakukan transformasi keuangan dalam jangka panjang.
“Transformasi keuangan merupakan darah dari keuangan perusahaan yang harus di tata ulang sehingga saat kita melakukan tranformasi yang lainnya maka cash flow harus diperbaiki,” jelas Ghani kepada KONTAN, Senin (1/2).
Baca Juga: Punya utang Rp 45,3 triliun, PTPN Grup dapat keringanan dari enam kreditur
Ia mengungkapkan transformasi bisnis yang tengah dijalankan tersebut telah mulai menunjukkan pencapaian positif, diantaranya dalam hal peningkatan kinerja hingga Desember 2020 dari sisi operasional maupun keuangan dibandingkan dengan tahun sebelumnya.
“Tercatat terdapat kenaikan produksi komoditas utama yaitu, CPO naik menjadi sebesar 2,38 juta ton, produksi karet naik sebesar 159 ribu ton, dan produksi teh naik sebesar 54,7 ribu ton,” katanya.
Ia bilang, selain merancang strategi dengan transformasi keuangan, saat ini PTPN III juga merumuskan road map yang fokus pada empat komoditas, yakni kelapa sawit (kecukupan energi), gula, karet dan teh. “Ditambah juga sedikit fokus ke komoditas kopi,” tambahnya.
Ia menjelaskan, dari sisi Keuangan, jumlah aset meningkat sebesar 132 triliun atau tumbuh 3,8%, sedangkan revenue perseroan mencapai Rp 39,6 triliun atau tumbuh 11,6% dan ekuitas meningkat 9,8% menjadi Rp 54,6 triliun.
Selain itu, dalam periode Desember 2020 juga mencatatkan kenaikan EBITDA menjadi Rp 6,5 triliun atau naik 59,2% dibanding periode sama tahun lalu dan terjadi penurunan rugi perseroan (net loss) cukup signifikan. “Sehingga jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun 2019 sehingga hal ini menunjukkan ada perbaikan kinerja dari sisi keuangan,” katanya.
Menurut Ghani, perbaikan kinerja keuangan akan menjadi kunci penting keberhasilan transformasi bisnis karena bisa memastikan keberlanjutan PTPN Group ke depannya. Sementara itu, jika melihat di tahun 2020 dengan kenaikan EBITDA sekitar Rp 6,5 triliun, PTPN III tidak lagi menggunakan dana bank untuk melakukan investasi.
“Sejak tahun 2020 PTPN tidak lagi menggunakan dana bank untuk investasi, kita menggunakan dana sendiri. Karena apabila perusahaan dikelola dengan benar maka tidak ada istilahnya PTPN itu rugi dan mestinya harus untung,” ujar Ghani.
Sehingga, dengan adanya keuntungan korporasi tentunya dapat digunakan untuk melakukan dividen, cadangan modal untuk aksi korporasi serta untuk melakukan investasi.
“Untuk rencana-rencana bisnis ke depan kita akan menggunakan dana sendiri. Adapun untuk dana pemerintah Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN) Rp 4 triliun ini akan digunakan untuk memperkuat komoditi gula,” imbuhnya.
Ia mengatakan, komoditas gula menjadi fokus utama PTPN III dalam lima tahun ke depan. Hal ini juga sejalan dengan tujuan meningkatkan produktivitas gula di dalam negeri.
Berdasarkan catatan Kontan, saat ini areal kebun tebu PTPN mencapai 55.000 hektare. Adapun hingga lima tahun ke depan targetnya PTPN bisa meluaskan areal budidaya menjadi 2 kali lipat. Ghani juga bilang, perseroan akan memperluas lahan industri gula dengan cara kebun-kebun karet PTPN di Jawa yang akan di konversi, membantu masyarakat untuk menanam dan mengelola bibit tebu hingga pemberian kredit pada petani-petani.
“kita akan concern dengan memperkuat industri gula maka ketergantungan impor tentu akan berkurang, dan tingkat konsumen bisa dikendalikan,” tutupnya.
Selanjutnya: Ini daftar 7 BUMN terbesar Indonesia dari sisi aset
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News