kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.482.000   11.000   0,75%
  • USD/IDR 15.490   -65,00   -0,42%
  • IDX 7.496   -47,74   -0,63%
  • KOMPAS100 1.161   -10,37   -0,89%
  • LQ45 930   -7,66   -0,82%
  • ISSI 225   -1,75   -0,77%
  • IDX30 479   -4,07   -0,84%
  • IDXHIDIV20 576   -4,59   -0,79%
  • IDX80 132   -1,10   -0,82%
  • IDXV30 142   -0,97   -0,68%
  • IDXQ30 160   -1,14   -0,70%

Ini Kata Petronas Soal Potensi Migas di Indonesia Bagian Timur


Jumat, 28 Juli 2023 / 04:20 WIB
Ini Kata Petronas Soal Potensi Migas di Indonesia Bagian Timur

Reporter: Arfyana Citra Rahayu | Editor: Tendi Mahadi

KONTAN.CO.ID - TANGERANG SELATAN. Perusahaan asal Malaysia, Petronas melihat potensi bisnis minyak dan gas (migas) yang prospektif di Indonesia bagian Timur.  CEO Petronas Indonesia, Yuzaini Bin Md Yusof menjelaskan masih sedikit kegiatan eksplorasi di timur Indonesia. Maka itu perlu dieksplorasi lebih banyak lagi. 

“Dan ini menjadi salah satu peluang yang sangat penting bagi kita semua untuk melakukan banyak eksplorasi di kawasan ini,” jelasnya dalam IPA Convex 2023 pada sesi Special Topics “Capture High Potential Untapped Resources and Build a Competitive O&G Portofolio, Kamis (27/7). 

Mengutip data IHS 2023, Yuzaini menjelaskan, jumlah pemboran eksplorasi di Indonesia Timur masih jauh lebih sedikit dibandingkan Indonesia Barat. Namun secara volume, temuan cadangan migas di Indonesia bagian Timur lebih besar. 

Salah satu penemuan cadangan migas teranyar yang dilakukan Petronas ialah di Lapangan Hidayah yang merupakan bagian dari Wilayah Kerja North Madura II.  Di proyek ini Petronas Carigali North Madura II telah mengantongi rencana pengembangan lapangan pertama atau PoD I sejak awal tahun 2023. 

Baca Juga: PGN Targetkan Peningkatan Kontribusi Bisnis Hulu ke Hilir Sektor Gas Bumi

Berdasarkan data SKK Migas, lapangan ini diharapkan mulai berproduksi (on stream) pada awal 2027 dengan tingkat produksi di kisaran 8.973 barrel oil per day (BOPD). Adapun lapangan ini akan mencapai puncak produksinya pada 2033 dengan kisaran produksi 25.276 BOPD. Lapangan ini diperkirakan akan aktif berproduksi selama 15 tahun (2027-2041). 

Yuzaini menyebut untuk mengembangkan migas di Indonesia bagian Timur diperlukan berbagai inisiatif seperti penyediaan infrastruktur hingga akses pasar.  Menurutnya, infrastruktur di Indonesia Barat sudah cukup dikembangkan, khususnya pipa untuk menyalurkan gas. 

“Di bagian barat Indonesia infrastruktur sudah kuat dan terkoneksi dengan Singapura dan dari Jawa Timur, Jawa Barat, dan Sumatera bagian Utara,” ujarnya. 

Sedangkan di Indonesia Timur, penyaluran gas hanya dihubungkan dengan LNG dan pasarnya masih rendah karena industri besar di sana belum semasif di Indonesia bagian Barat. 

“Sehingga tantangannya masih besar untuk kami,” terangnya. 

Yuzaini mengungkapkan, untuk memonetisasi gas di bagian timur Indonesia dengan cepat, diperlukan melihat beberapa opsi teknologi lain seperti Floating LNG Modular. 

“Ini bisa menjadi upaya memonetisasi gas dengan cepat, ini bisa menjadi solusi fast track untuk lapangan tersebut, di mana ini bisa direlokasi ke giant field,” tandasnya. 

Tambah Portofolio di Indonesia

Asal tahu saja, saat ini, Petronas merupakan operator dari Kontrak Kerja Sama Ketapang, North Madura II, dan North Ketapang yang terletak di lepas pantai Jawa Timur. 

Petronas juga merupakan mitra dari enam Kontrak Kerja Sama lainnya yang terletak di daratan dan lepas pantai Sumatra, Laut Natuna, Jawa Timur, dan juga Indonesia Timur.  Yang terbaru, Petronas menambah portofolionya di Indonesia dengan masuk di Blok Masela bersama dengan PT Pertamina Hulu Energi (PHE). 

Baca Juga: Lebih dari 70% Rencana Pengembangan Proyek Hulu Migas di Indonesia dari Gas Bumi

Anak perusahaan Petronas, Petronas Masela Sdn. Bhd. menandatangani Perjanjian Jual Beli (Sale Purchase Agreement/SPA) dengan Shell Upstream Overseas Services (I) Limited (Shell) untuk mengakuisisi 15% partisipasi interes dalam Kontrak Kerja Sama Wilayah Kerja Masela (WK Masela). 

Salah satu alasan perusahaan asal Malaysia ini tertarik masuk ke Blok Masela ialah untuk menguatkan portofolio LNG globalnya. 

Akuisisi tersebut merupakan bagian dari penawaran bersama atau joint bidding antara Petronas Masela dan PT Pertamina Hulu Energi (PHE) di mana keduanya akan mengakuisisi seluruh partisipasi interes milik Shell sebesar 35% pada WK Masela. 

PHE juga menandatangani SPA dengan Shell untuk mengambil alih 20% partisipasi interest (PI). Inpex Masela Ltd. (INPEX), sebagai operator WK Masela, memegang sisa PI sebesar 65%. 

President & Group CEO Petronas, Tan Sri Tengku Muhammad Taufik mengatakan, akuisisi ini merupakan tonggak penting dalam pengembangan portofolio bisnis Petronas di Indonesia. Dia juga bersemangat dapat ikut berpartisipasi pada pengelolaan Wilayah Kerja Masela yang merupakan salah satu proyek strategis di Indonesia. 

“Ketiga mitra sangat memahami kawasan ini memerlukan energi dan LNG. Saya rasa ketiga mitra dalam posisi yang jelas bahwa LNG menawarkan bahan bakar transisi energi dan renewable yang dapat diandalkan,” jelasnya di ICE BSD, Selasa (25/7). 

Dia mengatakan, keterlibatan ini menegaskan komitmen Petronas dalam mendukung target produksi Pemerintah Indonesia untuk mencapai 1 juta barel minyak per hari dan 12 miliar standar kaki kubik gas per hari pada tahun 2030. 

Proyek ini juga memberikan kesempatan bagi Petronas untuk turut berkontribusi dengan keahlian teknis dalam pengembangan dan monetisasi wilayah kerja. 

“Selain itu juga memperkuat portofolio LNG global kami untuk memenuhi permintaan energi rendah karbon yang semakin meningkat di Indonesia,” ungkapnya. 

Selain mengembangkan LNG, kerja sama di Blok Masela juga mencakup pengembangan Carbon Capture Storage (CCS). Tan Sri menyatakan pengembangan CCS sebagai salah satu hal kritis yang harus dilakukan dalam industri migas. 

Baca Juga: Dorong Investasi Migas di Dalam Negeri, Ini Strategi SKK Migas

“Rencana pembangunan juga harus mempertimbangkan pengurangan emisi karbon,” tegasnya. 

Di sisi lain, dia juga melihat bahwa Indonesia memiliki potensi penyimpanan karbon yang besar dalam pengembangan CCS ke depannya.  Berdasarkan data Kementerian ESDM yang mengutip hasil kajian Rystad Energy memperkirakan lebih dari 400 giga ton CO2 pada reservoir migas dan saline aquifer Indonesia.

Diperlukan Sejumlah Dukungan Lain 

CEO Petronas Indonesia, Yuzaini menambahkan, untuk semakin mendukung pengembangan potensi migas di Indonesia Timur, diperlukan akses data wilayah kerja. 

“Petronas menghargai SKK MIgas yang telah mendukung akuisisi data di beberapa wilayah yang sudah dieksplorasi. Namun, pelaku usaha berharap ada keterbukaan data yang lebih baik supaya mendapatkan gambaran yang lebih jelas untuk mengambil keputusan berinvestasi di Indonesia,” tandasnya. 

Yuzaini tidak menampik bahwa dalam rencana jangka panjang, Petronas masih mencari potensi migas di Indonesia bagian Timur. Bahkan pihaknya bisa saja mengikuti lelang WK migas yang dilakukan Pemerintah Indonesia. 

“Kalau ada bid and round akan kami secara internal diskusikan,” ujarnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Eksekusi Jaminan Fidusia Pasca Putusan MK Supply Chain Management on Procurement Economies of Scale (SCMPES)

×