Reporter: Arfyana Citra Rahayu | Editor: Tendi Mahadi
PHE juga menandatangani SPA dengan Shell untuk mengambil alih 20% partisipasi interest (PI). Inpex Masela Ltd. (INPEX), sebagai operator WK Masela, memegang sisa PI sebesar 65%.
President & Group CEO Petronas, Tan Sri Tengku Muhammad Taufik mengatakan, akuisisi ini merupakan tonggak penting dalam pengembangan portofolio bisnis Petronas di Indonesia. Dia juga bersemangat dapat ikut berpartisipasi pada pengelolaan Wilayah Kerja Masela yang merupakan salah satu proyek strategis di Indonesia.
“Ketiga mitra sangat memahami kawasan ini memerlukan energi dan LNG. Saya rasa ketiga mitra dalam posisi yang jelas bahwa LNG menawarkan bahan bakar transisi energi dan renewable yang dapat diandalkan,” jelasnya di ICE BSD, Selasa (25/7).
Dia mengatakan, keterlibatan ini menegaskan komitmen Petronas dalam mendukung target produksi Pemerintah Indonesia untuk mencapai 1 juta barel minyak per hari dan 12 miliar standar kaki kubik gas per hari pada tahun 2030.
Proyek ini juga memberikan kesempatan bagi Petronas untuk turut berkontribusi dengan keahlian teknis dalam pengembangan dan monetisasi wilayah kerja.
“Selain itu juga memperkuat portofolio LNG global kami untuk memenuhi permintaan energi rendah karbon yang semakin meningkat di Indonesia,” ungkapnya.
Selain mengembangkan LNG, kerja sama di Blok Masela juga mencakup pengembangan Carbon Capture Storage (CCS). Tan Sri menyatakan pengembangan CCS sebagai salah satu hal kritis yang harus dilakukan dalam industri migas.
Baca Juga: Dorong Investasi Migas di Dalam Negeri, Ini Strategi SKK Migas
“Rencana pembangunan juga harus mempertimbangkan pengurangan emisi karbon,” tegasnya.
Di sisi lain, dia juga melihat bahwa Indonesia memiliki potensi penyimpanan karbon yang besar dalam pengembangan CCS ke depannya. Berdasarkan data Kementerian ESDM yang mengutip hasil kajian Rystad Energy memperkirakan lebih dari 400 giga ton CO2 pada reservoir migas dan saline aquifer Indonesia.
Diperlukan Sejumlah Dukungan Lain
CEO Petronas Indonesia, Yuzaini menambahkan, untuk semakin mendukung pengembangan potensi migas di Indonesia Timur, diperlukan akses data wilayah kerja.
“Petronas menghargai SKK MIgas yang telah mendukung akuisisi data di beberapa wilayah yang sudah dieksplorasi. Namun, pelaku usaha berharap ada keterbukaan data yang lebih baik supaya mendapatkan gambaran yang lebih jelas untuk mengambil keputusan berinvestasi di Indonesia,” tandasnya.
Yuzaini tidak menampik bahwa dalam rencana jangka panjang, Petronas masih mencari potensi migas di Indonesia bagian Timur. Bahkan pihaknya bisa saja mengikuti lelang WK migas yang dilakukan Pemerintah Indonesia.
“Kalau ada bid and round akan kami secara internal diskusikan,” ujarnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News