kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45919,51   10,20   1.12%
  • EMAS1.350.000 0,00%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Ini cara bank kerek profitabilitas saat DPK naik lebih tinggi dibanding kredit


Rabu, 01 Desember 2021 / 05:50 WIB
Ini cara bank kerek profitabilitas saat DPK naik lebih tinggi dibanding kredit

Reporter: Maizal Walfajri | Editor: Anna Suci Perwitasari

Di sisi lain, PT Bank Central Asia Tbk (BCA) melihat bahwa profitabilitas suatu bank pada umumnya bergantung pada kinerja bank yang solid. Direktur BCA Vera Eve Lim mengatakan kinerja itu tercermin dari terjaganya kualitas aset kredit dan kemampuan bank dalam menghasilkan alternatif pendapatan dari selain bunga atau fee income.

“Serta menjaga efisiensi biaya operasional perusahaan. Per September 2021, kontribusi dari fee income BCA mencapai lebih dari 30% dari total pendapatan operasional BCA. Selain pendapatan bunga, bank juga berfokus pada penerimaan dari fee income,” paparnya.

Lanjutnya, BCA juga fokus terhadap dana murah dimana hal ini tercermin dalam rasio CASA BCA sebesar 78,1% per September 2021. Ia mengaku angka tersebut tercatat cukup tinggi dibandingkan dengan kompetitor.

Sementara itu, BCA mencatatkan rasio kredit di level 2,4% per September  2021. Pencapaian ini didukung oleh kebijakan relaksasi restrukturisasi. BCA berhasil membukukan kenaikan laba bersih 15,8% yoy menjadi Rp 23,2 triliun hingga kuartal III-2021.

Baca Juga: Digitalisasi dan peningkatan dana murah membuat perbankan makin efisien

Direktur keuangan dan Perencanaan Bisnis Bank Sahabat Sampoerna Henky Suryaputra mengatakan pertumbuhan DPK yang lebih tinggi dibandingkan dengan pertumbuhan kredit akan mempengaruhi profitabilitas bank.

“Namun perlu pula diperhatikan bahwa perbedaan tingkat pertumbuhan DPK dibandingkan dengan pertumbuhan kredit, juga dipengaruhi berbagai hal lain. Pada Bank Sampoerna, pertumbuhan DPK yang lebih tinggi daripada pertumbuhan kredit juga terkait dengan kebutuhan likuiditas,” tuturnya kepada Kontan.co.id.

Ia menilai dengan kondisi ketidakpastian ekonomi yang cukup tinggi saat ini, cukup lazim bagi bank meningkatkan likuiditas yang dimilikinya. Selain itu, Bank Sahabat Sampoerna cukup optimis bahwa dalam waktu dekat pertumbuhan kredit akan membaik, sehingga diperlukan likuiditas tambahan agar dapat membiayainya.

“Untuk mendorong kinerja, Bank Sampoerna akan terus melanjutkan transformasi digital yang telah dimulai sejak beberapa tahun terakhir ini. Melalui transformasi digital ini, Bank Sampoerna dapat memberikan layanan yang lebih baik pada nasabah,” jelasnya.

Baca Juga: Ekonomi mulai pulih, NPL perbankan membaik ke 3,22% di Oktober 2021

Ini juga memungkinkan Bank Sahabat Sampoerna untuk berkolaborasi dengan fintech, multifinance, koperasi, P2P lending company, dan banyak pihak lain. Dengan demikian, berbagai manfaat sekaligus dapat diperoleh Bank.

“Bank dapat menyalurkan pinjaman dengan lebih efisien, memperoleh pendapatan berbasis komisi, juga mendorong perolehan dana murah,” pungkasnya.

Asal tahu saja, Bank Sahabat Sampoerna membukukan pertumbuhan laba bersih 9,4% yoy menjadi Rp 42 miliar hingga kuartal ketiga 2021. Kinerja itu ditopang oleh pendapatan operasional non-bunga yang naik 94% yoy menjadi Rp 30 miliar pada 9 bulan pertama tahun 2021.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU

×