Sumber: Yahoo Finance | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
(Analis: Elizabeth J. King dan Scott L. Greer, Universitas Michigan)
Alexander Lukashenko, pemimpin lama otoriter Belarusia, tidak pernah mengakui ancaman Covid-19. Di awal pandemi, ketika negara lain memberlakukan lockdown, Lukashenko memilih untuk tidak menerapkan langkah-langkah pembatasan apa pun untuk mencegah penyebaran Covid-19.
Sebagai gantinya, dia mengklaim virus itu dapat dicegah dengan minum vodka, mengunjungi sauna, dan bekerja di ladang. Penolakan ini pada dasarnya meninggalkan langkah-langkah pencegahan dan bantuan pandemi kepada individu dan kampanye crowdfunding.
Baca Juga: Anies: Kasus aktif Covid-19 di Jakarta terendah dalam satu tahun terakhir
Selama musim panas 2020, Lukashenko menyatakan bahwa dia telah didiagnosis dengan Covid-19 tetapi dia tidak menunjukkan gejala, yang memungkinkan dia untuk terus bersikeras bahwa virus itu bukan ancaman serius.
Belarusia baru saja memulai upaya vaksinasi, tetapi Lukashenko mengatakan dia tidak akan divaksinasi. Saat ini, kurang dari 3% orang Belarusia diinokulasi untuk melawan Covid-19.
4. Donald Trump dari Amerika Serikat
(Analis: Dorothy Chin, Universitas California, Los Angeles)
Meski saat ini Trump tidak lagi menjabat, tetapi kesalahan penanganan pandemi terus menimbulkan konsekuensi jangka panjang yang menghancurkan di Amerika Serikat - terutama pada kesehatan dan kesejahteraan komunitas kulit berwarna.
Penyangkalan awal Trump terhadap pandemi, penyebaran informasi yang salah secara aktif tentang pemakaian masker dan perawatan serta kepemimpinan yang tidak koheren merugikan negara secara keseluruhan. Namun, hasilnya jauh lebih buruk bagi beberapa kelompok daripada yang lain.
Baca Juga: Jadi kabar baik, dua minggu berturut kasus COVID-19 global turun
Komunitas kulit berwarna menderita penyakit dan kematian yang tidak proporsional. Meskipun orang Afrika-Amerika dan Latin hanya mencapai 31% dari populasi AS, namun mereka menyumbang lebih dari 55% kasus Covid-19. Penduduk asli Amerika dirawat di rumah sakit 3,5 kali lebih banyak dan menderita 2,4 kali angka kematian dibanding orang kulit putih.