kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   21.000   1,38%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Ini 4 strategi Jamkrindo dalam menghadapi tantangan bisnis penjaminan


Sabtu, 26 Desember 2020 / 12:00 WIB
Ini 4 strategi Jamkrindo dalam menghadapi tantangan bisnis penjaminan

Reporter: Ferrika Sari | Editor: Anna Suci Perwitasari

KONTAN.CO.ID -  JAKARTA. Bisnis penjaminan yang cukup menantang tak membuat PT Jamkrindo patah arang. Bahkan di tengah tekanan akibat pandemi Covid-19, perusahaan berhasil mempertahankan kinerja baiknya.

Komisaris Utama Jamkrindo Sri Mulyanto mengungkapkan, hal tersebut dapat terjadi karena perusahaan telah menerapkan empat strategi guna melindungi bisnis penjaminan dari tekanan yang ada.

Pertama, Jamkrindo fokus pada orientasi bisnis yang tidak semata-mata untuk mengejar peningkatan volume penjaminan tapi juga diimbangi dengan pengendalian risiko.

”Sehingga peningkatan volume penjaminan itu memberikan nutrisi terhadap peningkatan earning before tax atau bahkan hasil akhirnya earning after tax,” kata Sri Mulyanto dalam keterangan resmi yang diterima Kontan.co.id, Kamis (24/12). 

Baca Juga: Dukung PEN, penjaminan kredit modal kerja Jamkrindo dan Askrindo naik

Dewan Komisaris selalu menekankan dalam berbagai kesempatan, untuk memetakan dan memaparkan portofolio produk dari Jamkrindo disandingkan dengan risk profile dari masing-masing produk. Pihaknya menginginkan racikan portofolio produk yang memperhatikan profil risiko.

"Oleh karena itu diambil kebijakan tahun 2020 ini ada beberapa produk yang dihentikan arena kita menyadari di langkah awal risk profile-nya sudah di atas 100%. Ngapain kita harus rugi sementara masih banyak peluang bisnis yang perlu kita tekuni dengan baik," lanjutnya. 

Kedua, struktur organisasi yang semula dari Perum menjadi PT. membuka porsi pekerja pendukung lebih besar dari tenaga kerja dialokasikan untuk memulai bisnis (to getting to business). 

“Dalam lembaga bisnis harus ada perbaikan dari struktur organisasi sehingga jumlah personil yang dikerahkan to getting to business alokasinya menjadi lebih besar, sehingga jumlah supporting lebih rendah. Sebagai organisasi bisnis itulah yang benar,” kata dia.



TERBARU

×