Reporter: Sugeng Adji Soenarso | Editor: Handoyo .
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Rumah123.com yang merupakan bagian dari 99 Group, menilai proyeksi properti tahun ini masih akan penuh dinamika. Hal tersebut berkaca dari hasil analisis perusahaan terhadap permintaan properti tahun lalu.
CEO 99 Group Indonesia, Chong Ming Hwee dalam keterangan resminya menyebutkan untuk mengetahui dinamika industri properti Tanah Air, tentu dibutuhkan akurasi data yang tinggi. "Tim analis 99 Group telah berhasil menyajikan data yang diolah dari statistik dan database yang diolah dan terus diperbarui berdasarkan tren pasar yang terjadi," ujarnya, Kamis (25/2).
Berdasarkan data Tim 99 Group, tren suplai dan permintaan properti selama tahun 2020 mengalami fluktuasi yang cukup signifikan. Dari segi suplai, pihaknya mencatat tren bulanan yang cukup stabil pada kuartal satu dan dua, dengan rata-rata listing aktif berada di angka 8%.
Baca Juga: Bank Syariah Indonesia & BCA Syariah bidik pembiayaan proyek infrastruktur
Pertumbuhan suplai listing tertinggi terjadi di bulan Juli sebesar 8,75%. Penurunan suplai listing yang cukup drastis terjadi dari bulan Agustus yang menukik ke 5,67%, hingga yang terendah pada Desember pada angka 3,82%.
Sementara dari segi permintaan per bulan, periode kuartal awal antara Januari hingga April mencatat penurunan cukup signifikan dari 10% hingga hampir menyentuh angka 5%. Penurunan tersebut terjadi saat dimulainya penerapan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) tahap awal.
Permintaan pasar kemudian meningkat menjadi 7,96% pada Mei hingga berhasil menembus 11,25% pada Juni. Peningkatan ini menjadi respons atas adaptasi yang dilakukan sektor properti dan pelonggaran PSBB.
Angka permintaan sempat kembali mengalami penurunan ke 6,57% pada September. Walaupun demikian, hingga Desember, permintaan properti berhasil stabil di angka 8,46%, sehingga tahun 2020 dapat ditutup dengan rapor positif.
Ming memaparkan penurunan BI 7-Day Reverse Repo Rate (BI7DRR) sebesar 25 bps ke 3,5% yang dilakukan oleh Bank Indonesia, menjadi angin segar bagi sektor properti Tanah Air. Kebijakan tersebut turut didukung dengan pelonggaran berbagai jenis kredit, termasuk pembebasan uang muka atau DP 0% untuk pembelian properti.
Relaksasi rasio Loan to Value/Finance to Value (LTV/FTV) kini dapat dimaksimalkan hingga 100% untuk berbagai jenis properti, baik itu rumah tapak, apartemen, maupun rumah toko/rumah kantor. Walaupun demikian, kebijakan baru ini hanya berlaku untuk bank yang memiliki rasio non-performing loan (NPL) di bawah 5%.
Apabila syarat tersebut telah dipenuhi, maka konsumen dapat mengajukan KPR dengan DP 0% untuk rumah tipe kurang dari 21, tipe 21-70, dan tipe 70 ke atas. Sementara untuk bank yang memiliki rasio NPL di atas 5%, pembiayaan LTV/FTV yang dapat diberikan adalah maksimal 95% untuk tipe rumah 21-70 dan 70 ke atas. Kebijakan baru ini mulai berlaku pada 1 Maret hingga 31 Desember 2021.
“Terkait dengan penurunan suku bunga dan kebijakan KPR DP 0%, ini tentu kembali ke perbankan untuk menyesuaikan dengan risk management-nya masing-masing. Sementara kalau kita lihat dari sisi konsumen, tidak sedikit yang lebih memilih DP besar saat membeli rumah agar cicilan bulanannya lebih ringan. Kami berharap dengan berbagai kebijakan dari pemerintah, serta proses vaksinasi yang sedang berjalan saat ini, perekonomian Indonesia dapat segera pulih, khususnya di sektor properti,” jelas Ming.
Sementara itu, Direktur Jenderal Pembiayaan Infrastruktur Pekerjaan Umum dan Perumahan dari Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Eko D. Heripoerwanto juga menjelaskan berdasarkan hasil Consumer Research 2020 National Housing Board Study yang dihimpun, kebutuhan perumahan masih didominasi oleh pembangunan sebesar 29% dan perbaikan rumah sebanyak 22,5%.
Untuk mendukung kebutuhan tersebut, pemerintah lewat Kementerian PUPR menargetkan bantuan pembiayaan perumahan 2021 yang terdiri dari Fasilitas Likuiditas Pembiayaan Perumahan (FLPP) sebesar Rp 16,66 triliun dan Bantuan Pembiayaan Perumahan Berbasis Tabungan (BP2BT) sebesar Rp 8,7 miliar.
“Perbaikan dan perluasan skema FLPP dan BP2BT kami tujukan untuk mendorong pendanaan dari sisi suplai properti, khususnya untuk sektor informal,” imbuhnya.
Selanjutnya: Bunga deposito turun, nasabah tajir tetap simpan dana di bank?
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News