Reporter: Lydia Tesaloni | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
KONTAN.CO.ID - Industri penerbangan nasional tengah bersiap menghadapi lonjakan permintaan penumpang pada periode libur Natal dan Tahun Baru (Nataru) 2025/2026. Sejumlah maskapai yang tergabung dalam Indonesia National Air Carriers Association (INACA) menambah frekuensi penerbangan dan membuka rute tambahan untuk mengantisipasi peningkatan jumlah penumpang, baik domestik maupun internasional.
Maskapai Tambah Armada dan Frekuensi
Sekretaris Jenderal INACA, Bayu Sutanto, mengungkapkan bahwa beberapa maskapai telah menambah armada untuk menghadapi puncak liburan kali ini sebagai langkah antisipasi terhadap peningkatan permintaan.
“Penambahan sesuai dengan ketersediaan pesawat. Ada penambahan armada di beberapa maskapai, tetapi tidak signifikan jumlahnya,” ujar Bayu kepada Kontan.co.id, Minggu (2/11/2025).
Menurut Bayu, destinasi domestik seperti Denpasar dan Yogyakarta tetap menjadi favorit pada periode akhir tahun ini. Sementara itu, untuk rute internasional, lonjakan permintaan diperkirakan akan terjadi ke Singapura, Kuala Lumpur, Bangkok, dan Hong Kong.
Baca Juga: Ramai PHK di Industri Ban hingga Alas Kaki, Ini Penjelasan Resmi Kemenperin
Trafik Penumpang Diperkirakan Naik Hingga 30%
Bayu memperkirakan jumlah penumpang pada musim libur kali ini akan meningkat cukup signifikan dibandingkan periode Nataru tahun lalu. Untuk rute domestik, kenaikan diprediksi mencapai 10%–25%, sedangkan untuk rute internasional bisa tumbuh hingga 20%–30% seiring meningkatnya mobilitas masyarakat dan permintaan wisata luar negeri.
Tantangan: Biaya Operasional dan Kurs Dolar
Meski prospek musim liburan terlihat positif, Bayu mengakui bahwa industri penerbangan masih menghadapi sejumlah tantangan operasional, terutama dari sisi biaya.
“Sudah dua sampai tiga tahun ini demand domestik tidak signifikan kenaikannya walaupun sudah dibantu diskon tarif dengan potongan PPN. Kendala operasional masih ada, terutama untuk impor suku cadang, kenaikan kurs USD, dan harga avtur,” jelasnya.
Kenaikan harga avtur dan kurs dolar AS menjadi faktor utama yang menekan margin keuntungan maskapai. Selain itu, kendala impor suku cadang juga membuat perawatan armada menjadi lebih mahal dan memakan waktu.
Baca Juga: Ancaman Siber Meningkat, BI Perkuat Perlindungan Keuangan Digital













