Sumber: Kompas.com | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Setidaknya terdapat empat negara yang cukup berdaya tahan dalam menghadapi ancaman resesi di 2023. Hal tersebut diungkapkan oleh Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati.
Mana saja negara tersebut?
Sri Mulyani menyebutkan, keempat negara itu yakni Indonesia, India, Brazil, dan Meksiko.
Dia menjelaskan, perekonomian global tengah dihadapkan kondisi yang kompleks akibat kenaikan harga komoditas, lonjakan inflasi, hingga tren kenaikan suku bunga.
Lembaga-lembaga internasional pun menurunkan proyeksi pertumbuhan di semua negara, baik negara maju maupun berkembang.
"Negara-negara emerging juga mengalami kondisi yang relatif tertekan, meskipun di dalam situasi saat ini emerging country seperti Indonesia, India, Brazil, Meksiko relatif dalam situasi yang cukup baik," ujarnya dalam Seminar Nasional Badan Keahlian DPR RI, Rabu (19/10/2022).
Meski demikian, ia menekankan, bukan berarti negara-negara emerging market tersebut tidak terpengaruh oleh gejolak ekonomi global. Sri Mulyani bilang, kondisi eksternal saat ini masih sangat bergejolak sehingga perlu untuk tetap diwaspadai, terutama oleh Indonesia.
Baca Juga: Bos BI: Pertumbuhan Ekonomi Global Tahun 2023 Akan Lebih Rendah
"Inilah yang perlu diwaspadai, meskipun Indonesia sampai dengan tahun 2022 dan 2023 masih diprediksikan tumbuh di atas 5 persen, namun kita tahu bahwa eksternal faktor menjadi sangat dominan dan ini tentu mempengaruhi bagaimana kinerja ekonomi kita," papar dia.
Di sisi lain, lanjut dia, sejumlah negara seperti Amerika Serikat (AS), Eropa, Inggris, dan China akan sulit menghindari ancaman resesi. Kondisi inflasi yang tinggi dengan direspons kenaikan suku bunga acuan dan pengetatan likuiditas memicu pelemahan ekonomi AS dan Eropa.
Sementara Inggris dihadapkan kondisi lonjakan inflasi dan krisis APBN yang menyebabkan terjadinya guncangan melemahkan perekonomian negara itu.
Baca Juga: Ekonomi Global Tak Pasti, Ini Saran Ekonom untuk BI
Sedangkan China, mengalami pelemahan ekonomi baik karena dampak global maupun kebijakan nol Covid-19 yang membuat lockdown terus berlanjut.