kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.539.000   -2.000   -0,13%
  • USD/IDR 15.944   -69,00   -0,43%
  • IDX 7.314   -0,06   0,00%
  • KOMPAS100 1.122   0,08   0,01%
  • LQ45 889   -2,07   -0,23%
  • ISSI 224   0,80   0,36%
  • IDX30 457   -1,54   -0,34%
  • IDXHIDIV20 551   -1,94   -0,35%
  • IDX80 128   -0,06   -0,05%
  • IDXV30 137   0,04   0,03%
  • IDXQ30 152   -0,64   -0,42%

Indonesia Dinilai Lebih Siap Hadapi Gejolak Ekonomi Global, Ini Alasannya


Rabu, 08 Juni 2022 / 14:15 WIB
Indonesia Dinilai Lebih Siap Hadapi Gejolak Ekonomi Global, Ini Alasannya

Reporter: Hikma Dirgantara | Editor: Yudho Winarto

“Secara keseluruhan, meskipun tingkat suku bunga di AS naik, tetapi hal ini tidak berpengaruh terhadap volatilitas rupiah. Alasannya, Indonesia telah memiliki eksposur terhadap banyak komoditas, dan harga komoditas yang tinggi pun tersedia di Indonesia,” imbuhnya.

Taimur meyakini walau terdapat risiko yang mengintai Indonesia, sejauh ini level inflasi dan risikonya jauh lebih terkendali, sehingga bisa dikatakan prospek Indonesia berjalan baik dan mampu mencapai target.

Berdasarkan basis historis, DBS menganalisis ekonomi Indonesia yang tumbuh 4,5 dan 4,8% sepanjang tahun ini tidak serta-merta bergantung pada apa yang terjadi di AS atau China, berbeda dengan negara lain di Asia yang merasakan dampaknya. Sebaliknya, kondisi Indonesia lebih menitikberatkan pada ekonomi domestik pascapandemi yang kini mulai bangkit kembali.

Selain itu, Taimur juga mengamati kenaikan pajak di Indonesia yang mulai diberlakukan pada April 2022 silam, dan menganggap kebijakan tersebut perlu untuk diterapkan.

Baca Juga: World Bank Pangkas Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Global Jadi 2,9%, Ingatkan Stagflasi

Rasio digit Indonesia berdasarkan perbandingan internasional sangat rendah dibandingkan AS yang hampir menyentuh 100% dari Produk Domestik Bruto (PDB), dan India sebesar 70% dari PDB, sementara Indonesia bahkan tidak menyentuh 40% dari PDB.

Sejak krisis finansial yang terjadi pada 1997-1998, Indonesia sangat konservatif dalam hal pemberlakuan perusahaan induk (public sector holding) dan defisit fiskal. Negara-negara yang memperhitungkan PDB sebagian besar memiliki defisit PDB kisaran 4-6%.

Dengan perspektif tersebut, defisit tahunan Indonesia dapat terbilang sangat rendah, namun perlu diingat jika terjadi kenaikan defisit yang tinggi, maka tetap perlu diwaspadai.

“Pada dua tahun terakhir, 10-15% defisit, dibandingkan dengan Indonesia, sangatlah rendah. Hal ini memberi sinyal bahwa memasuki tahun 2020 ke depan, ada banyak negara di dunia yang mengkhawatirkan defisit fiskal,” tutup Taimur.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

×