kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45919,20   -16,32   -1.74%
  • EMAS1.345.000 0,75%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Harga rumah seken turun hingga 20%, ini penyebabnya


Kamis, 26 November 2020 / 07:55 WIB
Harga rumah seken turun hingga 20%, ini penyebabnya

Reporter: Selvi Mayasari | Editor: Yudho Winarto

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Dampak dari pandemi covid-19 membuat harga rumah bekas alias seken turun cukup signifikan. Hal itu dikarenakan adanya penurunan daya beli masyarakat terhadap pembelian rumah.

Anjloknya harga rumah secondary di sejumlah wilayah memberi sinyal bahwa pertumbuhan sektor properti sedang menurun.

Agen East2West Property Jessica Leonard mengungkapkan, penurunan harga rumah mewah bekas di kala pandemi Covid-19 di antaranya terjadi di kawasan penyangga. Seperti di area Bumi Serpong Damai (BSD) Tangerang Selatan, Alam Sutera, dan Gading Serpong.

"Penurunannya sampai dengan 20%, untuk rumah mewah di Jakarta penurunan terbesar karena harga awal yang sudah tinggi. Untuk rumah mewah di area subur seperti kawasan pengembangan kota mandiri seperti BSD, Alam Sutera, Gading Serpong relatif lebih kecil penurunannya. Disamping itu di area ini investor bisa dikategorikan masih kuat dibandingkan end user," jelas Jessica kepada Kontan.co.id, Selasa (24/11).

Penyebab penurunan harga rumah bekas di BSD tidak terlalu dalam karena harga rumah di BSD umumnya dimulai dari Rp 1 miliar atau lebih. Berbeda dengan Pondok Indah yang harga termurahnya berada di kisaran Rp 20 miliar, sehingga penurunan pun jauh lebih dalam.

Baca Juga: Repower Asia (REAL) mulai pengerjaan proyek Perumahan Botanical Puri Asri Tahap II

"Tren secondary ada koreksi mengingat beberapa investor/owner yang memiliki kebutuhan mendesak, jadi perlu relokasi dana untuk kebutuhan hidup. Bagi investor dan owner yang tidak ada keperluan, umumnya masih keep properti untuk investasi jangka panjang," katanya.

Sementara untuk market primary di kelas atas area BSD & Serpong ini sangat kuat. Di atas Rp 15 miliar sampai di atas Rp 25 miliar. Menurutnya malah semakin kuat.

"Tren primary naik semua. Area Serpong dan Bogor, penjualan di angka bawah, menengah dan atas, semua sold out," ungkap Jessica.

Ia juga menyebut, proyek-proyek yang masih sangat bagus penjualannya yaitu di area BSD, Summarecon Serpong & Bogor, Paramount Serpong, dan Alam Sutera.

Sementara di lower market ada Tenjo Metropolis dan Tenjo Podomoro, Samanea. "Proyek-proyek jangkung agak selektif buyer tapi masih ada pembeli dengan jumlah yang tidak besar," tambahnya.

Menurutnya, prospek akhir tahun masih bagus, masih ramai pengguna dan investor mencari properti sesuai kebutuhan.

"Khusus investor yang dicari harga Butuh Uang (BU), karena mereka ingin dapatkan gain saat nanti.  Khusus end user - mereka lebih realistis untuk harga BU namun tetap selektif," ujarnya.

Ia juga menilai bahwa, kondisi pasar sudah ramai. Broker properti optimistis market terus rebound dan akan lebih baik lagi tahun depan. Terutama bila vaksin telah siap didistribusikan kepada masyarakat.

"Untuk saat ini kondisi open house, penjualan dengan nomor urut, dan lain-lain, masih tetap diminati, walau tetap mematuhi protokol Covid-19 yang dicanangkan pemerintah. Dengan dukungan media, optimisme pasar terhadap sektor properti, saya yakini akan lebih baik lagi," sambungnya.

Ketua Umum Asosiasi Real Estate Broker Indonesia (Arebi) Lukas Bong mengatakan bahwa, rumah bekas selama pandemi alami penurunan sampai 20%.

Menurutnya, kalau tipe-tipe rumah kecil umumnya perubahannya tidak begitu besar range-nya yaitu sekitar 5%-10%. Tetapi menurutnya, kalau rumah besar, rumah mewah bisa sampai 10%-20%. Penurunannya lebih murah dibanding harga pasaran.

Baca Juga: Ini dia rumah Rp 30 miliar per unit garapan Sinarmas Land, termahal se-Indonesia

"Hal itu disebabkan karena niat orang-orang kelas menengah ke atas cenderung mengerem untuk investasi membeli rumah mewah jadi mereka pakai yang sudah ada kecuali untuk yang level kecil. Jadi dalam kondisi begini mereka lebih banyak wait and see tapi betul-betul dilihat ada harga properti yang rendah sekali koreksinya tinggi baru dia beli itu juga yang main dari sisi investor," ujar Lukas.

Ia mengungkapkan bahwa, semua investor sudah wait and see tapi kalau orang-orang golongan menengah atas kalau mau beli properti yang golongan besar mereka menunggu karena kondisi di tengah Covid-19 mempertimbangkan untuk bangun rumah atau pindah ke rumah yang lebih besar.

"Jadi mereka lebih ke arah simpan uang cash di bank. Jadi tren cenderung menurun sampai dengan ada vaksin Covid-19 yang lebih jelas dan pasti," katanya.

Menurutnya, kendati tren cenderung menurun tetapi kalau dibandingkan dengan di daerah wilayah Asia Tenggara, di Indonesia cenderung masih termasuk tidak begitu parah.

Selain itu menurut Lukas, kondisi seperti ini akan pulih pada saat perekonomian pulih, yaitu saat Covid-19 sudah ditemukan vaksinnya.

Lukas juga menyebutkan, dari sisi lokasi pasokan rumah mewah seken yang paling banyak berada di sekitaran Jakarta, untuk daerah penyangga ada di beberapa wilayah seperti di kawasan Serpong, Alam Sutera, Cibubur, dan Sentul.

"Saya pikir developer harus bisa mendevelop, melaunching produk yang sesuai dengan demand, sesuai dengan kebutuhan masyarakat luas, jadi kalau bicara rumah mewah seken sekarang sudah bukan zamannya, karena mereka masih wait and see. Jadi bangunlah properti dengan harga terjangkau, yang banyak diminati. Contohnya yang sekarang ini kalau rumah, orang-orang masih banyak yang berminat dengan harga kisaran Rp 1 miliar jadi bangunlah rumah dengan harga yang segitu," jelasnya.

Sedangkan menurutnya, untuk harga rumah baru, pengembang disebut tidak menurunkan harga. Mereka menyiasatinnya dengan membuat produk rumah yang lebih kecil sesuai harga untuk pasar yang sedang diminati saat ini yakni untuk kelas menengah.

Baca Juga: Meikarta terancam pailit, begini sanggahan Lippo

Pengembang properti PT Intiland Development Tbk juga mengaku ikut terdampak. Direktur Intiland Development Archied Noto Pradono mengaku, harga rumah mewah bekas masih agak lemah.

"Hal tersebut diakibatkan supply menurun, terutama high rise yang tidak di prime area, atau berada di pinggiran Jakarta. Selain itu banyak orang atau investor perlu dana tunai jangka pendek," ujar Archied.

Tetapi Archied tidak menjelaskan lebih detail berapa besar penurunannya saat ini. Yang jelas, saat ini DILD tengah menerapkan strategi dengan penjualan yang didukung dengan media digital dan promo KPR dan KPA subsidi bunga.

Karena menurut Archied, saat ini penyaluran kredit KPR masih gencar oleh pihak bank dengan bunga dan subsidi bunga yang menarik.

"Kita fokus di product kita yang ada baik penjualan inventory mau product baru di landed residential property di Graha Natura Surabaya, Serenia Hill, Talaga Bestari dan Magnolia di Jakarta," katanya.

Selain itu, pihaknya juga sangat berharap, omnibus law nantinya bisa menambah demand penjualan apartment milik DILD dari pembeli asing, serta industrial estate DILD di Ngoro dan Batang bisa berimbas positif di permintaan lahan industri.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU

×