Reporter: Dimas Andi | Editor: Tendi Mahadi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Vale Indonesia Tbk (INCO) berusaha bijaksana menyikapi tren kenaikan harga nikel global yang terjadi belakangan ini. Perusahaan tersebut tetap fokus pada kegiatan operasional dan rencana bisnisnya di tahun 2021.
Chief Financial Officer Vale Indonesia Bernardus Irmanto menilai, masih terlalu dini untuk membicarakan dampak dari tren harga nikel terhadap kinerja keuangan INCO di tahun ini. Di atas kertas, tentu saja INCO diuntungkan oleh harga nikel yang sudah cukup tinggi saat ini.
Namun, tidak ada yang bisa memastikan bahwa tren kenaikan harga nikel masih akan berlanjut atau tidak sampai akhir tahun nanti.
Baca Juga: Pendapatan Garuda Metalindo (BOLT) ditargetkan naik dua digit di tahun ini
“Kami selalu hati-hari dalam menyikapi tren harga dan fokus untuk meningkatkan reliabilitas produksi dan biaya produksi supaya perusahaan bisa memaksimalkan kinerja dalam semua skenario harga,” ungkap dia, Kamis (21/1).
Dalam catatan Kontan, ada kemungkinan volume produksi nikel INCO lebih rendah dari 70.000 metrik ton pada tahun ini lantaran adanya kegiatan perbaikan atau rebuild fasilitas Furnace 4.
Perbaikan furnace ini pada dasarnya merupakan hal yang harus dilakukan oleh INCO demi menjaga integritas aset dan keselamatan operasi. Lantas, perusahaan ini tidak akan menunda perbaikan tersebut kendati harga nikel sedang menanjak.
“Kami tidak akan mengkompromikan keselamatan operasional. Produksi tentu saja akan terdampak dan produksi akan di bawah 70.000 ton, tapi ini sudah menjadi bagian rencana produksi kami,” terang Bernardus.
Baca Juga: Harga batubara naik, Mitrabara Adiperdana (MBAP) tetap fokus efisiensi biaya
Dia menambahkan, perbaikan Furnace 4 rencananya akan dilakukan pada kuartal II-2021 dan memakan waktu selama 5 bulan. Pandemi Covid-19 yang masih berlangsung memang membawa risiko terhadap pelaksanaan proyek tersebut.
Namun, manajemen INCO tetap melakukan semua upaya agar bisa melaksanakan proyek-proyek sesuai rencana.
Pihak INCO juga memastikan tidak ada mitigasi khusus terkait produksi nikel selama perbaikan furnace berlangsung, mengingat hal tersebut sudah direncanakan jauh-jauh hari.
Baca Juga: Anak usaha Kencana Energi (KEEN) dapat kredit US$ 40 Juta dari Bank Mandiri
Untuk mendukung kegiatan bisnis di tahun ini, INCO menyediakan belanja modal atau capital expenditure (capex) sekitar US$ 130 juta. Selain ditujukan untuk kegiatan perbaikan Furnace 4, INCO juga menggunakan dana belanja modalnya untuk pengembangan infrastruktur tambang dan peremajaan alat.
INCO belum mengumumkan realisasi produksi nikel hingga akhir tahun lalu. Per kuartal III-2020, produksi nikel INCO mencapai 55.792 metrik ton atau lebih tinggi 10% (yoy) dibandingkan produksi pada periode yang sama tahun sebelumnya yang hanya 50.531 metrik ton.
Selanjutnya: Harga nikel dan emas melaju, Aneka Tambang (ANTM) pacu kinerja
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News