Reporter: Arfyana Citra Rahayu | Editor: Handoyo .
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kenaikan harga minyak mentah di pasar dunia saat ini tidak memberikan dampak yang signifikan bagi sejumlah sektor industri, seperti industri kaca lembaran dan pengaman serta industri smelter. Penggunaan bahan bakar minyak (BBM) untuk kebutuhan aktivitas bisnis di kedua sektor industri ini menggunakan BBM subsidi yang sampai saat ini belum mengalami kenaikan harga.
Ketua Umum Asosiasi Kaca Lembaran dan Pengaman (AKLP), Yustinus Gunawan mengungkapkan, saat ini kenaikan harga minyak mentah dunia tidak berdampak pada industri kaca lembaran. Adapun dari sisi logistik untuk keperluan distribusi produk, diakui Yustinus belum terdampak lantaran kebutuhan BBM untuk aktivitas ini menggunakan BBM Subsidi.
"Di industri kaca lembaran menggunakan gas bumi dengan amanah Harga Gas Bumi Tertentu (HGBT) untuk 7 sektor industri yang sudah ditetapkan dalam Kepmen ESDM 134/2021 sebagai pelaksanaan dari Perpres 121/2020," jelasnya kepada Kontan.co.id, Selasa (8/3).
Adapun menurut catatan Kontan.co.id sebelumnya, harga gas khusus yang ditentukan untuk 7 sektor industri ini sebesar US$ 6 per MMBTU.
Baca Juga: Kenaikan Harga Minyak Bisa Memberi Tekanan Industri Tekstil dan Produk Tekstil
Kebutuhan gas dalam sektor kaca lembaran dan pengaman berkontribusi sekitar 26% sampai dengan 28% terhadap biaya produksi. Maka dari itu, Yustinus yakin bahwa amanah Harga Gas Bumi Tertentu ini diyakini dipertahankan oleh Pemerintah sebagai upaya mempertahankan pemulihan ekonomi.
Bagi Yustinus, menaikkan harga gas bumi untuk industri manufaktur identik dengan tindakan mengkerdilkan industri manufaktur karena kenaikan harga gas bumi pasti menurunkan daya saing produk manufaktur. Padahal, industri manufaktur adalah fondasi ekonomi negara. "Maka, akan sia-sialah upaya mati-matian Pemerintah memulihkan ekonomi selama 2 tahun terakhir ini," tandasnya.
Pelaksana Harian Direktur Eksekutif Indonesian Mining Association (IMA), Djoko Widajatno mengatakan kenaikan harga minyak mentah yang terjadi saat ini belum memberikan dampak yang signifikan.
"Sebenarnya terkait dampak kenaikan BBM terhadap smelter pasti perencanaan sudah disiapkan cost flexible atau biaya tertinggi untuk mengantisipasi force major atau kendala tak terduga. Yang semuanya itu ada hitungan perkapasitas dengan cost perkenaikan BBM," jelasnya saat dihubungi terpisah.
Baca Juga: Kenaikan Harga Minyak Berpotensi Tekan Ongkos Produksi Batubara
Kebutuhan bahan bakar minyak di industri smelter biasa digunakan untuk pembangkit listrik bertenaga diesel (PLTD). Dia mencontohkan, saat ini Antam menggantungkan kebutuhan energi dari 8 unit pembangkit bertenaga diesel yang masing-masing unitnya berkapasitas 17 MW.
Menurut Djoko, jika bahan bakar pembangkit dapat dikonversikan ke gas, biaya produksi akan relatif lebih murah. Pasalnya, 40% dari biaya produksi dihabiskan untuk kebutuhan energi. Secara teknis, Djoko menilai, langkah ini sangat memungkinan mengingat pembangkit milik Antam sudah memakai sistem dual fuel jadi tak butuh dana besar untuk memodifikasinya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News