kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.222.000 0,41%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Harga AC terancam naik, ini penyebabnya


Minggu, 06 Desember 2020 / 20:45 WIB
Harga AC terancam naik, ini penyebabnya

Reporter: Arfyana Citra Rahayu | Editor: Tendi Mahadi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Sejumlah sentimen negatif mendera pengusaha importir air conditioner (AC) beberapa waktu belakangan ini. Mulai dari seleksi impor  AC sehingga peritel mengeluh terjadi kelangkaan AC di pasar, hingga kelangkaan kontainer di pelabuhan. Dua hal ini dinilai pelaku usaha menjadi biang kerok harga AC impor akan melambung di tingkat ritel. 

Sebagai informasi saja, seleksi impor barang konsumsi diatur dalam Peraturan Menteri Perdagangan (Permendag) Nomor 68 Tahun 2020 Tentang Ketentuan Impor Alas Kaki, Elektronik, dan Sepeda Roda Dua dan Roda Tiga. 

Adanya kebijakan yang terburu-buru diimplementasikan ini membuat  importir AC jadi kelabakan. Mereka mengeluh terjadi hambatan importasi AC karena perizinan impor (PI) tidak kunjung keluar dari Kemendag. Namun belakangan pada November, PI sudah diterima sejumlah pengusaha. Kendati demikian, importir tidak puas karena kuota impor tidak sesuai dengan permintaan dan rencana penjualan. 

Baca Juga: Dorong daya saing, Kemenperin terapkan industri hijau dan circular economy

Iffan Suryanto Muslim, Ketua Umum Perkumpulan Perusahaan Pendingin Refrigerasi Indonesia (Perprindo) menjelaskan  asosiasi tidak bisa membagikan jumlah detail unit kuota impor AC yang didapatkan. Namun, sebagai gambaran, kuota impor ini hanya bisa memenuhi 1-2 bulan maksimal jualan saja. 

Sedangkan, menurut hitungan Perprindo, saat ini sekitar 80% kebutuhan AC di Indonesia tiap tahunnya berkisar 2,5 juta hingga 3 juta unit yang dipenuhi secara impor. 

Selain kuota impor yang tidak memenuhi kebutuhan di pasar, importir  juga mengalami kelangkaan kontainer sehingga biaya importasi naik tiga sampai lima kali lipat. Dengan dua masalah ini, Iffan mengatakan akan terjadi kenaikan harga 5%-10% AC di pasar. 

"Nah, tapi saat ini rupiah juga sedang menguat, sehingga dilihat dulu saja supply dan demand-nya di market. Tapi sejauh ini memang tendensi kenaikan harga jelas ada," kata Iffan kepada Kontan.co.id, Jumat (4/12). 

Kemudian, Sharp Electronics Indonesia (SEID) yang 100% mengimpor AC-nya juga mengalami masalah yang sama. Andry Adi Utomo selaku National Sales Sr. General Manager SEID menjelaskan saat ini pemerintah dalam hal ini Kementerian Perdagangan setelah menerima beberapa masukan dari berbagai pihak sehingga bersedia untuk mempertimbangkan dan memberikan kuota. 

Baca Juga: Industri baru serap 10% garam produksi PT Garam

"Walaupun masih jauh dari harapan kita untuk dapat memenuhi kebutuhan market saat ini," kata Andry. 

Adapun sampai akhir tahun ini, kuota yang SEID dapatkan hanya cukup untuk memenuhi penjualan selama kurang lebih 1,5  bulan saja. 

Andry mengakui SEID masih mengalami masalah yang sama seperti sebelumnya, yaitu belum bisa mengimpor AC sehingga stok impor AC saat ini belum masuk. Andry mengatakan kemungkinan akan masuk di minggu depan secara bertahap. 



TERBARU

×