Reporter: Dina Mirayanti Hutauruk | Editor: Tendi Mahadi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pengembangan super apps merupakan senjata utama bagi bank-bank tradisional besar untuk memenuhi kebutuhan nasabah di era teknologi. Untuk berubah menjadi bank digital merupakan hal yang sulit dilakukan mengingat saat ini tengah mengoperasikan produk dan layanan konvensional dengan jaringan nasabah yang sangat luas.
Untuk mengembangkan super apps, bank besar telah mengalokasikan belanja modal (capital expenditur/capex) jumbo dalam pengembangan IT. Super apps sebagai satu aplikasi yang bisa diakses nasabah untuk berbagai layanan keuangan sekaligus.
Direktur Eksekutif Penelitian dan Pengaturan Perbankan Otoritas Jasa Keuangan OJK Anung Herlianto mengatakan, peran bank di masa depan di era digital akan terbagi tiga. Pertama, bank sebagai distributor. Artinya, bank berperan sebagai penyedia layanan bagi pihak ketiga. Contohnya adalah Citi Group.
Kedua, bank sebagai agregator. Artinya, bank berperan menggabungkan produk atau layanan yang disediakan pihak ketiga untuk peluasan layanan bank dan meningkatkan pengalaman nasabah. Contohnya ING Group.
Baca Juga: Transaksi ekspor-impor di tiga bank besar makin besar
Ketiga, bank sebagai orkestrator atau super apps. Dalam hal ini, bank akan berperan menyediakan platform (market place) yang mengintegrasikan produk dan layanan bank dan pihak ketiga. Contohnya OTP Bank Group dan Alipay.
"Peran ini akan sangat ditentukan oleh kapabilitas SDM bank tersebut, se-sophisticated apa teknologi dan skala usahanya. Nanti akan kita lihat, bank-bank kecil yang diakuisisi fintech itu apakah bisa berperan sebagai super apps atau hanya sebagai kendaraan bagi fintech-nya. Kalau bank besar seperti BCA saya yakin akan jadi super apps," kata Anung dalam webinar OJK Institute, Kamis (14/10).
PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BRI) salah satu bank besar yang tengah fokus mengembangkan super apps. Indra Utoyo Direktur Digital dan Teknologi Informasi BRI mengatakan, inovasi dan penambahan fitur baru terus dilakukan untuk menjadikan BRImo yang sebelumnya hanya sebagai mobile banking menjadi super apps.
Dia bilang, inovasi dan penambahan fitur yang dilakukan bukan hanya di sisi infrastruktur dan kapabilitas aplikasi BRImo saja. Sepanjang tahun ini, fitur yang sudah di kembangkan BRI antara lain QR pedagang, asuransi, donasi, terintegrasi dengan sistem kredit (BRISPOT) dan lain-lain.
Baca Juga: BTN gelar akad KPR massal sebanyak 3.000 unit dalam sehari
"BRImo sebagai superapps BRI disiapkan untuk dapat mengintegrasikan seluruh kapabilitas/fitur/aplikasi perusahaan anak termasuk Agro dan juga termasuk terintegrasi dengan ekosistem startup di luar banking," kata Indra pada KONTAN, Jumat (15/10).
Ke depan, BRI akan masuk ke berbagai ekosistem dan membangun financial supermarket di dalam BRImo. Tahun ini, BRI menyiapkan capex cukup besar untuk pengembangan IT yakni mencapai Rp 4,5 triliun. Itu merupakan modal perseroan dalam menghadapi era digital.
Hingga September 2021, serapannya telah mencapai 73% yang sebagian besar digunakan untuk melakukan modernisasi ataupun enhancement terhadap sistem BRI, peningkatan security system BRI, dan adopsi teknologi terbaru untuk mendukung inovasi digital dan enhancement IT BRI.
Indra mengungkapkan, sebesar 59% dari serapan itu dipakai untuk pengembangan dari sisi hardware dan 41% untuk software. Sementara tahun 2022, BRI masih akan meningkatkan capex IT dari anggaran tahun ini untuk mendukung beberapa inisiatif transformasi BRI di BRIVOLUTION 2.0.
Senada, PT Bank Tabungan Negara Tbk (BTN) juga sedang mengembangkan mobile banking-nya menjadi super apps. Andi Nirwoto Direktur IT dan Operation Bank BTN mengatakan, jika tidak ada aral melintang, dalam waktu dekat perseroan sudah akan masuk ke tahap produksi. "Super apps ini akan menawarkan kemudahan dalam melakukan transaksi ritel," ujarnya.
BTN terus melakukan mengembangkan fitur-fitur yang akan memenuhi kebutuhan nasabah dalam mobile banking tersebut. Fitur terbaru yang dirilis diantaranya QRIS, cardless withdrawl serta fitur payment dan purchase lainnya.
Tahun ini, BTN menganggarkan capex IT sebesar Rp 500 miliar. Hingga September, perseroan telah menyerap sekitar 50% yang digunakan untuk pengembangan aplikasi maupun infrastruktur dan platformnya. "Sedangkan capex tahun depan masih dalam proses pematangan dan disesuaikan dengan strategi bisnis," ujar Andi.
Selain mengembangkan super apps, BTN juga akan melakukan digitalisasi transaksi KPR atau kredit properti lainnya. Perseroan akan mengembangkan platform properti yang konsepnya mirip seperti Zillow di Amerika.
Selanjutnya: Hingga akhir tahun, Amartha targetkan satu juta borrower
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News