kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45898,78   -24,72   -2.68%
  • EMAS1.326.000 0,00%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Gejala Gangguan Ginjal Akut pada Anak, Diawali Batuk dan Pilek


Kamis, 13 Oktober 2022 / 10:58 WIB
Gejala Gangguan Ginjal Akut pada Anak, Diawali Batuk dan Pilek
ILUSTRASI. Kasus gangguan ginjal akut misterius pada anak-anak di Indonesia mulai merebak. KONTAN/Carolus Agus Waluyo

Sumber: Kompas.com | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie

KONTAN.CO.ID -  JAKARTA. Kasus gangguan ginjal akut misterius pada anak-anak di Indonesia mulai merebak. Data Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) menunjukkan, hingga 10 Oktober 2022, gangguan ginjal akut ini diderita oleh 131 anak. 

Mengutip Kompas.com, Sekretaris Unit Kerja Koordinasi (UKK) Nefrologi IDAI Eka Laksmi Hidayati mengatakan, terdapat beberapa gejala yang muncul dari gangguan ginjal akut misterius ini, mulai dari batuk pilek hingga muntah. 

"Jadi, kalau melihat, kurang lebih seragam ya, gejalanya. Mereka ini diawali dengan gejala infeksi seperti batuk, pilek, atau diare, dan muntah," kata Eka dalam diskusi media via zoom, dikutip Kompas.com, Rabu (12/10/2022). 

Eka menyebut, gejala yang ditimbulkan dari gangguan ginjal akut atau acute kidney injury/AKI ini tidak berat seperti gejala yang ditemukan pada umumnya. 

Umumnya, gangguan ginjal akut merupakan efek lanjut dari kekurangan/kehilangan cairan dalam waktu singkat pada anak-anak. Penyebab kekurangan cairan, berupa diare yang diikuti dengan dehidrasi, sehingga kekurangan cairan hebat, dan menimbulkan perdarahan hebat. 

Baca Juga: WHO Temukan Hubungan antara Obat Batuk India dengan Kematian Puluhan Anak di Gambia

Kekurangan cairan hebat biasanya juga diderita oleh pasien demam berdarah. 

"Bukan tipikal infeksi yang kemudian harusnya menyebabkan AKI secara teoritis kami pelajari di kedokteran. Jadi itulah yang membuat kami heran," ucap Eka. 

Setelah penderita beberapa hari mengalami batuk, pilek, diare, muntah, dan demam, gejala selanjutnya adalah tidak bisa buang air kecil (BAK). Sebab, tidak ada air seni/urine yang muncul seperti penderita dehidrasi berat pada umumnya. 

"Jadi tidak bisa buang air kecil (BAK), betul-betul hilang sama sekali buang air kecilnya. Anak-anak ini hampir semuanya datang (ke rumah sakit) dengan keluhan tidak buang air kecil atau buang air kecilnya sangat sedikit," tutur Eka. 

Baca Juga: Ciri-Ciri Diabetes Tipe 2 & Cara Cek Gula Darah Sendiri Tanpa Dokter

Belum ditemukan penyebabnya 

Eka menyebut, sampai saat ini, belum diketahui penyebab pasti penyakit tersebut. Mulanya, IDAI menduga kasus ini berkaitan dengan Covid-19 dan MIS-C (Multisystem Inflammatory Syndrome in Children). 

Namun berdasarkan analisis kasus, beberapa penderita penyakit ini dinyatakan negatif Covid-19. IDAI sudah mencari berbagai panel infeksi virus di dalam tubuh anak-anak dengan beragam metode pemeriksaan. 

Salah satu metode yang dilakukan adalah swab tenggorokan untuk memeriksa infeksi virus pada saluran pernapasan. 

Ia pun melakukan swab rektal dari anus untuk mencari infeksi-infeksi yang oriental penyebab diare atau infeksi pencernaan. Sayangnya, pihaknya tidak menemukan jenis virus yang seragam yang menyebabkan infeksi. 

"Kami masih mencari. Tapi yang jelas anak-anak ini tidak hanya mengalami gangguan pada ginjal. Saat kami melakukan pemeriksaan laboratorium dan mengamati gejala klinisnya, mereka mengalami apa yang kami sebut dengan peradangan di banyak organ," jelas Eka. 

Baca Juga: Bisa Mengancam Nyawa, Kenali Penyebab dan Gejala Gagal Ginjal Akut

Sejauh ini, terdapat 14 provinsi yang telah memiliki kasus AKI. Provinsi tersebut, yakni Daerah Khusus Ibukota (DKI) Jakarta, Jawa Barat (Jabar), Jawa Tengah (Jateng), Banten, Bali, Kalimantan Timur (Kaltim), dan Kalimantan Selatan (Kalsel). 

Kemudian, Sulawesi Selatan (Sulsel), Aceh, Sumatera Barat (Sumbar), Jambi, Kepulauan Riau (Kepri), Papua Barat, dan Nusa Tenggara Timur (NTT). 

Penderita pada umumnya didominasi oleh bayi di bawah usia lima tahun (balita) hingga anak-anak berusia 8 tahun. Oleh karena itu Eka menyarankan para orang tua agar waspada jika anak-anak sulit buang air kecil. 

"Kalau ada penurunan jumlah volume buang air kecil pada anak-anak, maka itu harus segera diperiksakan ke rumah sakit. Semua anak-anak ini 100 persen mengalami penurunan jumlah buang air kecil atau sama sekali tidak ada buang air kecil," jelas Eka.

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Waspadai Gejala Gangguan Ginjal Akut pada Anak, Batuk Pilek hingga Air Seni Sedikit"
Penulis : Fika Nurul Ulya
Editor : Bagus Santosa
 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU

×