Reporter: Dimas Andi | Editor: Handoyo .
Nailul Huda, Peneliti Center of Innovation and Digital Economy Indef menyampaikan, kasus kolapsnya startup-startup tadi kembali membuktikan bahwa tantangan bisnis startup saat ini begitu terjal. Ini mengingat sumber pendanaan relatif lebih sulit didapat.
Ketika startup gagal memperoleh pendanaan secara berkelanjutan, startup tersebut rentan bubar. Langkah PHK karyawan pun terpaksa ditempuh lantaran beban pengeluaran untuk gaji atau honor karyawan umumnya memakan porsi yang besar di dalam startup. “Mereka (pemain startup) biasanya melakukan layoff kepada karyawan untuk menghemat bujet,” kata dia, Jumat (10/6).
Baca Juga: Meski Selektif, Ini Sektor Startup yang Masih Diminati Modal Ventura
Belum lagi, sampai saat ini sebagian besar startup masih lekat dengan model bisnis bakar-bakar uang. Alhasil, ketergantungan startup terhadap pendanaan dari investor atau modal ventura tergolong besar, sekalipun akses memperoleh pendanaan mulai mengecil.
“Kalau mengacu pada data dealroom, pendanaan startup di tahun ini akan turun jauh dibandingkan tahun sebelumnya,” imbuh Nailul.
Hal ini patut dicermati oleh para pemain startup. Pasalnya, pertumbuhan startup di Indonesia sangat pesat dalam beberapa tahun terakhir, bahkan menembus 5 besar di dunia. Akan tetapi, hal ini tidak diimbangi oleh jumlah pendanaan yang justru berpotensi berkurang di masa mendatang.
Badai yang menerjang dunia startup pun masih bisa terjadi di masa depan. Maka dari itu, Nailul menilai, sejak sekarang para pemain startup harus mulai memikirkan cara keluar dari jebakan bakar uang. Pihak startup harus pintar mencari modal ventura yang dipercaya oleh beberapa perusahaan besar. Sehingga, diharapkan modal ventura lainnya tertarik untuk memberi pendanaan lanjutan kepada startup.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News