Reporter: Ridwan Nanda Mulyana | Editor: Handoyo .
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Elang Mahkota Teknologi Tbk (EMTK) bersama dengan Grab Indonesia dan Bukalapak meluncurkan program #KotaMasaDepan untuk membangun ekosistem digital yang menyasar Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) di kota-kota kecil. Program ini dimulai di Kota Kupang, Nusa Tenggara Timur (NTT).
Managing Director EMTK Sutanto Hartono menjelaskan, program #KotaMasaDepan menargetkan UMKM di kota-kabupaten tier kedua dan ketiga. Sutanto menyebut, UMKM di luar kota metropolitan berpotensi besar menjadi kontributor bagi ekonomi digital di Indonesia, di samping menciptakan lapangan kerja yang hilang akibat pandemi maupun transformasi digital.
"Dengan kolaborasi ini, kami berkomitmen dan fokus memberikan dukungan di sektor UMKM, yang memberikan banyak dampak bagi keberlangsungan ekosistem digital di Indonesia," ungkap Sutanto dalam peluncuran program #KotaMasaDepan yang digelar secara virtual, Kamis (14/10).
Country Managing Director Grab Indonesia Neneng Goenadi melanjutkan, pandemi covid-19 yang sudah melanda hampir dua tahun ini membuktikan bagaimana digitalisasi mampu membantu UMKM untuk bisa bertahan di masa sulit. "Namun kami melihat masih banyak UMKM yang perlu percepatan transisi ke platform digital untuk memastikan ketahanan dan pengembangan usaha," sebut Neneng.
Baca Juga: Ditjen pajak akan beri kemudahan bagi UMKM untuk pungut PPN final
Adapun, #KotaMasaDepan memiliki tiga program prioritas. Pertama, vaksinasi. Kedua, adopsi platform digital melalui aplikasi Grab dan Bukalapak. Ketiga, pemberdayaan UMKM dengan pelatihan dan pendampingan untuk mengembangkan usaha, melalui teknologi digital.
Untuk tahun ini, program #KotaMasaDepan akan menyasar lima daerah. Setelah peluncuran perdana di Kota Kupang, program ini akan berlanjut di Solo, Gowa, Malang, dan Pekanbaru yang akan dimulai secara bertahap hingga akhir Desember 2021. Pada tahap awal ini, EMTK, Grab dan Bukalapak menargetkan ada 10.000 UMKM yang terlibat di program ini.
"Kami percaya masa depan besar ada di kota kecil. Harapan kami inisiatif #KotaMasaDepan dapat membuka pintu ke pasar yang lebih luas bagi mereka, tanpa harus pindah lokasi. Karena melalui program ini kami akan membawa ekonomi digital ke kota-kota kecil," imbuh Neneng.
CEO Bukalapak Rachmat Kaimuddin mengatakan bahwa program #KotaMasaDepan tidak akan berhenti di tahun ini. Kolaborasi dari EMTK, Grab dan Bukalapak diharapkan bisa membantu UMKM bertransformasi menjadi bisnis modern sehingga bisa mendapatkan akses pembeli atau pasar yang lebih luas.
"Tentunya ini masih permulaan, dan akan kami lanjutkan terus-menerus. Ada ratusan kota dan kabupaten di Indonesia yang akan kami coba untuk lakukan digitalisasi sehingga bisa mendapatkan pasar dan kesempatan yang sama," jelasnya.
Sutanto Hartono berharap kolaborasi EMTK, Grab dan Bukalapak dapat mendatangkan dampak yang signifikan. Pasalnya, ketiganya memiliki kompetensi masing-masing dalam mengembangkan transformasi digital.
EMTK sendiri memiliki keahlian dalam media, advertising dan content digital. Grab memiliki pangsa pasar yang besar dalam ride hailing dan food services, sedangkan Bukalapak fokus dalam e-commerce dan bisa mengembangkan kemitraan dengan UMKM.
Menurut Sutanto, ekosistem EMTK, Grab dan Bukalapak dalam program #KotaMasaDepan ini bisa membuka kolaborasi dengan platform atau mitra usaha lainnya. Mulai dari sektor logistik, telemedicine, hingga layanan keuangan.
Meski kolaborasi lintas platform ini bisa mendatangkan banyak peluang, namun Susanto melihat hal tersebut masih perlu waktu. Pasalnya, ekosistem digital di Indonesia masih pada tahap awal, dan kebiasaan masyarakat dalam hal digitalisasi pun belum sepenuhnya terbentuk.
"Ekosistem UMKM dan digital ini banyak memberikan peluang. Tapi tentu saja membutuhkan waktu untuk menemukan apa formulasi yang tepat untuk bisa menggabungkan hal-hal itu," ungkap Susanto.
Dalam kesempatan yang sama, Menteri Koperasi dan Usaha Kecil Menengah Teten Masduki juga menegaskan bahwa kehadiran UMKM dalam ekosistem digital menjadi sangat penting. Tak hanya untuk bertahan, melainkan juga menumbuhkan daya saing di tingkat global. Pemerintah pun menargetkan 30 juta UMKM dapat terhubung ke dalam platform digital pada tahun 2024.
"Oleh karena itu, pendekatan secara ekosistem serta kolaborasi dari seluruh stakeholders diharapkan dapat memberi manfaat besar bagi UMKM di tengah disrupsi yang dimunculkan pandemi dan disrupsi digital gelombang kedua. Kebutuhan wirausaha berbasis kreativitas dan teknologi semakin krusial," pungkas Teten.
Selanjutnya: Produk UMKM Kena PPN Final Mulai Tahun 2022
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News