kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   21.000   1,38%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Ekonomi kuartal IV-2020 diyakini bakal membaik, apa saja indikatornya?


Kamis, 24 Desember 2020 / 06:00 WIB
Ekonomi kuartal IV-2020 diyakini bakal membaik, apa saja indikatornya?

Reporter: Yusuf Imam Santoso | Editor: Herlina Kartika Dewi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Tahun ini ekonomi dalam negeri anjlok akibat dampak pandemi corona virus disease (Covid-19). Meski begitu, ekonomi pada kuartal IV-2020 diyakini akan membaik dibanding kuartal sebelumnya.

Asal tahu saja, pada kuartal I-2020, ekonomi Indonesia tumbuh melambat di level 2,97% year on year (yoy). Kemudian saat virus corona terdeteksi di Indonesia pertama kalinya di bulan Maret, sontak ekonomi di kuartal II-2020 terkontraksi hingga minus 5,32% yoy.

Setelah mengalami pukulan berat, di kuartal III-2020 ekonomi perlahan mulai membaik, meskipun masih berada di zona merah yakni minus 3,49% yoy. 

Nah, di kuartal IV-2020 ekonomi diramal masih loyo, namun melanjutkan pemulihan dari periode sebelumnya.

Beberapa indikator ekonomi di periode kuartal IV-2020 mengindikasikan perbaikan aktivitas ekonomi, setelah proses turning point atau pembalikan arah dari kondisi kuartal III-2020. 

Pertama, Purchasing Managers’ Index (PMI) Indonesia meningkat dari 47,8 di Oktober menjadi 50,6 di November 2020, berada di atas threshold 50. Hal ini menunjukkan bahwa aktivitas manufaktur berada pada level ekspansi. 

Baca Juga: Tanda-tanda pemulihan ekonomi Indonesia versi Menko Airlangga

Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengatakan PMI sebagai leading indicator menggambarkan kondisi produksi, permintaan, dan penjualan, yang mulai meningkat.

Menkeu menyampaikan pemerintah tetap melanjutkan upaya pemulihan ekonomi, terutama melalui optimalisasi penyerapan belanja Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2020 dan belanja daerah. Upaya ini diarahkan untuk melanjutkan penanganan pandemi Covid-19, menjaga daya beli masyarakat, serta memastikan aktivitas dunia usaha kembali bangkit. 

Kedua, perkembangan inflasi di tingkat konsumen pada November 2020 mengalami inflasi sebesar 0,28% month to month (mtm) yang terutama dipengaruhi oleh tekanan inflasi pangan. Sehingga, inflasi hingga November 2020 mencapai 1,59% year on year (yoy) atau 1,23% year to date (ytd). 

Menurut Menkeu, perkembangan inflasi November 2020 ini mencerminkan adanya perbaikan permintaan masyarakat meskipun masih terbatas di masa pandemi Covid-19. 

Dari sisi per komponen, inflasi volatile food melanjutkan tren meningkat dari bulan sebelumnya didorong masuknya musim tanam dan musim penghujan di tengah mulai meningkatnya permintaan. 

Laju inflasi inti masih melanjutkan tren penurunan namun lebih lebih landai dibandingkan bulan- bulan sebelumnya. 

Sementara itu, laju Inflasi administered price sedikit meningkat yang didorong oleh kenaikan tarif angkutan udara. Dengan realisasi inflasi kumulatif hingga November 2020 yang rendah maka target inflasi 2020 tetap terjaga. 

“Ke depan, pemerintah tetap berupaya untuk menjaga stabilitas harga sebagai dukungan bagi pemulihan ekonomi nasional melalui strategi ketersediaan pasokan, keterjangkauan harga, kelancaran distribusi, komunikasi yang efektif, termasuk menciptakan kebijakan yang akomodatif dalam pencapaian sasaran inflasi,” kata Menkeu dalam laporan APBN 2020 Periode November yang dikutip Kontan.co.id, Rabu (23/12).

Ketiga, tren nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika Serikat (AS) menguat seiring dengan sentimen positif di pasar keuangan sebagai respons hasil pengembangan vaksin yang memberikan harapan positif. 

Mengutip data di pasar spot kurs rupiah menguat tipis 0,04% yakni sebesar Rp 14.151 per dolar AS pada 22 Desember 2020. Posisi mata uang Garuda saat ini sudah mulai pulih jika dibandingkan dengan posisi pada Maret lalu yang sempat berada di level Rp 16.000 per dolar AS.

Sementara itu, per akhir November 2020, cadangan devisa Indonesia berada pada level yang stabil dan cukup tinggi, yakni sebesar US$ 133,6 miliar. 

Posisi cadangan devisa tersebut setara dengan pembiayaan 9,9 bulan impor atau 9,5 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri pemerintah, serta berada di atas standar kecukupan internasional sekitar 3 bulan impor. 

“Posisi cadangan devisa tersebut diyakini akan mampu mendukung ketahanan sektor eksternal dan menjaga stabilitas makroekonomi serta sistem keuangan ke depan,” ujar Menkeu.

Baca Juga: Bankir ramal kredit bakal lebih ekspansif di 2021

Keempat, pemulihan kinerja sektor pariwisata nasional merupakan sektor yang paling terdampak dengan adanya pandemi Covid-19.Sektor pariwisata dan sektor terkait seperti restoran, hotel, dan trasnportasi pendukung masih mengalami penurunan di beberapa negara, termasuk Indonesia. 

Kunjungan wisatawan manca negara (wisman) ke Indonesia hingga Oktober 2020 masih mengalami penurunan dibandingkan tahun lalu. Jumlah kunjungan wisatawan mancanegara atau wisman ke Indonesia Oktober 2020 mengalami penurunan drastis sebesar 88,25% dibanding jumlah kunjungan pada Oktober 2019. 

Namun jika dibandingkan dengan bulan September 2020, jumlah kunjungan wisman ke Indonesia meningkat sebesar 4,57%. Jumlah kunjungan wisman ke Indonesia secara kumulatif hingga Oktober 2020 mencapai 3,72 juta kunjungan atau turun 72,35% dibandingkan dengan jumlah kunjungan wisman pada periode yang sama tahun 2019 yang berjumlah 13,45 juta kunjungan. 

Kondisi penurunan kunjungan wisman ini secara langsung berdampak pada sektor perhotelan. Data sektor perhotelan pada Oktober 2020 menunjukkan bahwa Tingkat Penghunian Kamar (TPK) hotel klasifikasi bintang mencapai rata-rata 37,48% atau turun 19,29 poin dibandingkan dengan TPK Oktober 2019 yang tercatat sebesar 56,77%. Jika dibandingkan dengan TPK September 2020, TPK Oktober 2020 juga mengalami penurunan sebesar 5,36 poin.

“Hal ini menggambarkan adanya perbaikan aktivitas ekonomi di sektor perhotelan meskipun masih terbatas,” kata Menkeu. 

Selanjutnya: Pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun ini diprediksi -2% sampai 0,6%

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

×