Reporter: Barratut Taqiyyah Rafie | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
KONTAN.CO.ID - LONDON. Perekonomian kawasan euro berisiko jatuh ke jurang resesi pada akhir tahun ini. Kondisi tersebut terjadi setelah data resmi yang dirilis pada Selasa (31/10/2023) menunjukkan bahwa output produksi mengalami penyusutan pada kuartal ketiga.
Mengutip CNN, menurut perkiraan awal yang diterbitkan oleh Eurostat (kantor statistik Uni Eropa), Produk Domestik Bruto (PDB) di 20 negara yang menggunakan mata uang euro turun 0,1% pada kuartal Juli hingga September dibandingkan dengan tiga bulan sebelumnya.
Penurunan ini mengikuti kenaikan yang hanya sebesar 0,2% pada kuartal April hingga Juni dan menyoroti garis tipis antara kontraksi dan pertumbuhan di zona euro. PDB Eropa tampak stagnan dalam tiga bulan terakhir tahun 2022 dan kuartal pertama tahun ini.
“Gambaran besarnya adalah zona euro sedang mengalami kesulitan. Euro hanya tumbuh sebesar 0,1% selama setahun terakhir, dan survei bisnis terkini secara konsisten menunjukkan penurunan aktivitas pada awal kuartal keempat,” papar Jack Allen-Reynolds, wakil kepala ekonom zona euro di Capital Economics.
Baca Juga: Amerika Serikat Menikmati Panen Ekspor Batubara ke UE Setelah Sanksi Ekspor ke Rusia
Perekonomian Eropa, tambahnya, akan tetap lesu baik zona euro mengalami resesi teknis atau tidak, yang didefinisikan sebagai penurunan PDB selama dua kuartal berturut-turut.
Mengutip The New York Times, penurunan ini mencerminkan tantangan yang dihadapi para pembuat kebijakan di Bank Sentral Eropa (ECB), yang pada pekan lalu menghentikan kebijakan kenaikan suku bunga di tengah tanda-tanda melemahnya perekonomian kawasan.
Data menunjukkan tingkat inflasi zona euro pada bulan Oktober turun menjadi 2,9%, yang merupakan indikasi lain dari dampak kenaikan suku bunga bank sentral.
ECB telah menaikkan suku bunga hampir sejalan dengan langkah The Fed untuk memerangi meroketnya harga energi dan pangan akibat perang Rusia di Ukraina.
Dalam perjalanannya, Christine Lagarde, presiden bank sentral Eropa, telah berulang kali berupaya untuk mengambil garis tipis antara memperlambat perekonomian untuk mengendalikan kenaikan harga dan tidak merugikan zona euro.
Baca Juga: Dampak Kenaikan Suku Bunga, Inflasi di Zona Euro Turun dan Ekonomi Mulai Kontraksi
"Namun krisis energi telah memberikan dampak yang jauh lebih buruk bagi Eropa dibandingkan AS, karena AS tidak bergantung pada gas Rusia dan merupakan produsen minyak,” papar Bert Colijn, ekonom senior zona euro di ING Bank.
Colijn menambahkan, “Hal ini telah membebani aktivitas zona euro sejak akhir tahun lalu dan membuat perekonomian stagnan.”