kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.555.000   9.000   0,58%
  • USD/IDR 16.190   15,00   0,09%
  • IDX 7.089   24,28   0,34%
  • KOMPAS100 1.050   2,99   0,29%
  • LQ45 820   -0,96   -0,12%
  • ISSI 212   2,00   0,95%
  • IDX30 421   -0,80   -0,19%
  • IDXHIDIV20 504   -0,45   -0,09%
  • IDX80 120   0,40   0,33%
  • IDXV30 124   0,56   0,46%
  • IDXQ30 139   -0,48   -0,34%

Di Kawasan Asia, Nilai Kapitalisasi Pasar Saham Perbankan Indonesia Mulai Unjuk Gigi


Kamis, 07 April 2022 / 06:55 WIB
Di Kawasan Asia, Nilai Kapitalisasi Pasar Saham Perbankan Indonesia Mulai Unjuk Gigi

Reporter: Maizal Walfajri | Editor: Yudho Winarto

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kapitalisasi perbankan Indonesia mulai unjuk gigi di kawasan seiring dengan rekor penutupan tertinggi Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) sepanjang sejarah atau all-time high pada Selasa (5/4). Maklum, sektor perbankan masih menjadi penopang kapitalisasi di pasar modal Indonesia.

Kontan.co.id, menggunakan data Bloomberg pada Rabu (6/4) dalam membandingkan kapitalisasi pasar perbankan di Asia. Di regional Asia Tenggara, Bank Central Asia (BCA) dengan kapitalisasi pasar sebesar US$ 67,79 miliar hanya tertinggal sedikit dibandingkan Bank DBS asal Singapura sebesar US$ 67,93 miliar.

Bahkan, PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BRI) dengan kapitalisasi pasar US$ 49,58 miliar mampu mengalahkan dua bank asal Singapura lainnya, OCBC sebesar US$ 40,84 miliar dan UOB senilai US$ 39,29 miliar.

Tak sampai di situ, PT Bank Mandiri Tbk berkapitalisasi pasar sebesar US$ 25,42 miliar juga mampu mengalahkan kapitalisasi bank asal Malaysia. Mulai dari Malayan Banking senilai US$ 24,95 miliar, Public Bank Bhd sebesar US$ 21,62 miliar, dan CIMB Group sebesar US$ 12,77 miliar.

Baca Juga: ZA Tech Masuk Jadi Investor Strategis Bank Aladin (BANK)

Di kawasan Asia, kapitalisasi bank lokal masih tertinggal jauh dengan China dengan kapitalisasi sebesar US$ 192,02 miliar milik China Construction Bank. Lalu China Merchant Bank berkapitalisasi US$ 188,98 miliar dan Bank of China sebesar US$ 142,55 miliar.

Untuk bank asal Jepang, BCA dan BRI mampu melampaui kapitalisasi Bank Sumitomo Mitsui Financial Group dengan kapitalisasi sebesar US$ 80,74 miliar. Namun masih tertinggal dibandingkan Mitsubishi UFJ Financial Group sebesar US$ 80,74 miliar.

Begitu pun dengan bank asal India, masih perlu mengejar HDFC bank yang berkapitalisasi US$ 118,17 miliar. Namun sudah mampu berada di atas ICICI Bank dengan market cap US$ 68,25 miliar.

Ekonom yang juga pakar keuangan dan pasar modal dari Universitas Indonesia Budi Frensidy menilai kapitalisasi pasar bank-bank besar di Indonesia akan lebih besar dibandingkan bank-bank dari asal negara berpenghasilan domestik bruto (PDB) lebih rendah seperti di regional Asia Tenggara.

Namun, bisa saja akan tertinggal di kawasan Asia, karena PDB Indonesia masih kalah dari  China, Jepang, India, dan Korea Selatan.

“Jika jumlah bank di negara kita dibatasi jumlahnya atau bank-bank besar melakukan merger, maka akan bisa mengejar potensi ketinggalan kapitalisasi China. Walaupun tidak mudah, karena negara ini PDB-nya lebih besar dari kita,” ujar Budi kepada Kontan.co.id pada Rabu (6/4).

Baca Juga: Sun Life Indonesia dan CIMB Niaga Perdalam Kemitraan Bancassurance di Indonesia

Senior Investment Analyst Infovesta Utama Edbert Suryajaya menilai, potensi perbankan Indonesia menyaingi market cap kawasan Asia masih terbuka lebar ya.  Hal ini didukung oleh kondisi keuangan dan profitabilitas yang baik.

Selain itu, perbankan di Indonesia memiliki pangsa pasar yang besar. Ia yakin perbankan di tanah air mampu terus menarik minat investor sehingga market cap dan valuasi juga bisa terus naik.

“Hanya saja untuk beberapa bank terbesar kalau mau mengalami lonjakan yang gila-gilaan sudah lebih susah. Karena sizenya sendiri yang besar, namun untuk bisa terus bertumbuh potensinya besar,” jelasnya kepada Kontan.co.id.

Lanjutnya, bahkan saat krisis ekonomi akibat pandemi, perbankan merupakan salah satu sektor yang mampu mencatatkan perbaikan laba. Namun, ia mencermati bank besar harus mampu mengoptimalkan digitalisasi dan beradaptasi dalam lanskap dan ekspektasi nasabah dan investor yang baru, yang sudah berbeda dibandingkan 5 tahun lalu.

“Kalau manfaat saya liat lebih ke pembobotan pada indeks acuan global. Apabila bobot pada indeks acuan global makin besar, otomatis fund asing akan menempatkan dana lebih besar juga sehingga harga saham juga menguat,” tambahnya.

Artinya, aliran dana asing akan makin gencar masuk ke dalam negeri melalui pasar modal. Tentunya ini akan memberikan efek berganda bagi perekonomian.

Baca Juga: Bank Mandiri (BMRI) Putuskan 3% Kredit Restrukturisasi Covid-19 Sebagai Kredit Macet

Adapun Associate Director of Research and Investment Pilarmas Investindo Sekuritas Maximilianus Nico Demus menyatakan peluang kenaikan kapitalisasi pasar bank-bank di Indonesia masih terbuka lebar. Lantaran net interest income (NIM) perbankan Indonesia masih menjadi salah satu tertinggi di dunia.

“Ini mencerminkan betapa bisnis perbankan di Indonesia lebih gurih daripada micin. Sehingga investor asing bondong-bondong ke Indonesia, ini menjadi katalis yang besar. Namun, walaupun NIMnya juga tidak boleh terlalu tinggi, karena bisa menyulitkan penyaluran kredit,” paparnya.

Ia yakin dalam kurung waktu satu hingga tiga tahun mendatang nilai kapitalisasi pasar perbankan akan jauh lebih besar dari saat ini. Seiring dengan pulihnya perekonomian dan terkendalinya Covid-19.

Guna memperbesar kapitalisasi pasarnya, maka perbankan harus meningkatkan kinerja perusahaan yang tecermin dari fundamentalnya. Terlebih, bisnis perbankan tidak peduli terhadap perekonomian lantaran tetap tokcer.

Selain angka kinerja di atas kertas, market cap suatu emiten juga dipengaruhi oleh harga sama beserta jumlah saham yang beredar. Sehingga, emiten harus memperhatikan hal ini guna mendorong peningkatan nilai pasarnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Bond Voyage Mastering Strategic Management for Business Development

×