kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   -13.000   -0,85%
  • USD/IDR 16.200   -20,00   -0,12%
  • IDX 7.066   -30,70   -0,43%
  • KOMPAS100 1.055   -6,75   -0,64%
  • LQ45 830   -5,26   -0,63%
  • ISSI 215   0,27   0,12%
  • IDX30 424   -2,36   -0,55%
  • IDXHIDIV20 513   -0,30   -0,06%
  • IDX80 120   -0,79   -0,65%
  • IDXV30 124   -1,30   -1,04%
  • IDXQ30 142   -0,32   -0,23%

Debitur korporasi masih andalkan kredit bank sebagai sumber pendanaan


Jumat, 20 Agustus 2021 / 22:15 WIB
Debitur korporasi masih andalkan kredit bank sebagai sumber pendanaan

Reporter: Maizal Walfajri | Editor: Tendi Mahadi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Selain menggunakan fasilitas kredit di perbankan, korporasi bisa menghimpun pendanaan melalui pasar modal. Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mencatatkan penghimpunan dana di pasar modal hingga 3 Agustus 2021 mencapai Rp 117,94 triliun. 

Pendanaan itu diperoleh dari 92 aksi penawaran umum yang dilakukan oleh berbagai korporasi. Nilai itu hampir melampaui pencapaian sepanjang 2020 senilai Rp 118,8 triliun. 

Di sisi lain, kredit perbankan hanya mampu tumbuh 0,59% year on year (yoy) menjadi Rp 5.581 triliun di paruh pertama 2021.  Ketua Dewan Komisioner OJK Wimboh Santoso menilai selain dari kredit, ada potensi yang besar dari pasar modal. 

Head of Equity Research Samuel Sekuritas Suria Dharma bilang himpunan dana di pasar modal bisa berbentuk penawaran saham perdana (IPO) maupun surat utang (obligasi). Ia menilai langkah IPO ditempuh bila perusahaan ingin menaikkan modal lantaran tidak bisa melalui kredit bank.

Baca Juga: Kantongi laba, emiten asuransi ramai-ramai bagikan dividen

“Sedangkan obligasi itu memang mirip dengan perbankan karena utang juga disebutnya. Itu sah-sah saja, tergantung strategi perusahaan. Saat ini, perbankan memang lebih berhati-hati menyalurkan kredit, lantaran bank juga sudah merestrukturisasi kredit dalam jumlah yang besar,” ujarnya kepada Kontan.co.id, Kamis (19/8). 

Ia melihat hingga saat ini, perbankan masih pilih-pilih menyalurkan kredit ke debitur yang sektornya aman. Bank juga lebih nyaman menyalurkan kredit ke debitur lama yang memiliki track record yang jelas, ketimbang memberikan kredit ke debitur baru. 

“Itulah yang menjadi penyebab kredit belum tumbuh. Kalau kita lihat likuiditas di perbankan malah berlebih dan tetap tumbuh dobel digit. Bank saja yang tidak mau jor-joran. Kredit bank juga sekitar Rp 5.500 triliun dibandingkan himpunan dana di pasar modal masih jauh,” tambahnya. 

Ekonom dan Direktur Riset Center of Reform on Economics (CORE) Piter Abdullah bilang sumber utama pembiayaan dunia usaha di Indonesia masih didominasi oleh perbankan bukan pasar modal.  Walau selama dua tahun ini pertumbuhan kredit bank memang turun drastis.

Baca Juga: OJK: Perkembangan teknologi digital dapat mengubah lanskap bisnis bank di 2030

“Tetapi secara posisi pembiayaan perbankan masih yang paling besar. Kita belum beralih dari bank ke pasar modal.  Penurunan pertumbuhan kredit lebih disebabkan pandemi. Ketika pandemi mereda pertumbuhan kredit perbankan akan kembali tinggi,” katanya.

Menurutnya, karakteristik pendanaan di pasar modal dan perbankan pun memiliki karakteristik yang berbeda. Lantaran, di pasar modal berbentuk ekuitas (equity) sementara di perbankan berbentuk liabilitas (liability).  “Jadi itu pilihan bagi korporasi Memang dari pasar modal itu terkesan lebih murah pricing-nya karena tidak bayar bunga.Tapi kepemilikan menjadi berkurang,” tambahnya. 

Kepala Eksekutif Pengawas Perbankan OJK Heru Kristiyana bilang fungsi intermediasi perbankan hingga kuartal 2021 sudah menunjukkan pemulihan walau belum kuat. Terlihat terjadi pertambahan baki debit kredit senilai Rp 67,39 triliun. 

Heru bilang kredit perbankan akan tetap tumbuh 5% hingga 6% sepanjang 2021. “Ini sangat tergantung bagaimana dampak PPKM yang sudah berjalan lebih satu bulan. Nah, ini tetap kami cermati. Harapan saya, OJK sudah memberikan landasan cukup kuat bagi perbankan untuk tetap bertahan,” ujar Heru secara virtual pada Kamis (19/8).

Kendati demikian, Bank Mandiri masih mampu mencatatkan pertumbuhan kredit yang ditopang oleh sektor korporasi di sepanjang paruh pertama 2021. Direktur Utama Bank Mandiri Darmawan Junaidi menyatakan, kredit segmen wholesale banking tumbuh 7,13% yoy menjadi Rp 534,2 triliun per akhir kuartal II-2021.

Sedangkan untuk segmen ritel tumbuh 5,78% yoy menjadi Rp 271,0 triliun per Juni 2021. Bank Mandiri mencetak pertumbuhan kredit konsolidasi sebesar 16,4% secara yoy menjadi Rp 1.014,3 triliun.

Darmawan bilang, sejak awal Bank Mandiri menargetkan segmen korporasi bisa tumbuh single digit sepanjang 2021. Namun melihat pencapaian hingga paruh pertama tahun ini, ia yakin bisa tumbuh lebih tinggi lagi.

Selanjutnya: Meski ada PPKM, penyaluran pinjaman fintech di luar Jawa tetap moncer

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective Bedah Tuntas SP2DK dan Pemeriksaan Pajak (Bedah Kasus, Solusi dan Diskusi)

×