kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45920,31   -15,20   -1.62%
  • EMAS1.345.000 0,75%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Dana pihak ketiga perbankan diramal menyusut di tahun depan


Senin, 28 Desember 2020 / 06:27 WIB
Dana pihak ketiga perbankan diramal menyusut di tahun depan
ILUSTRASI. Pemangkasan suku bunga acuan menyebabkan tren bunga deposito turun dalam beberapa bulan terakhir.

Reporter: Laurensius Marshall Sautlan Sitanggang | Editor: Wahyu T.Rahmawati

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pemangkasan suku bunga acuan Bank Indonesia (BI) 7-day reverse repo rate (BI7DRR) menyebabkan tren bunga deposito turun dalam beberapa bulan terakhir. Tapi, jumlah simpanan masyarakat khususnya deposito terus meningkat di tengah pandemi corona.

Fenomena ini juga berdampak pada likuiditas perbankan yang berlimpah tercermin dari dana pihak ketiga (DPK) bank yang terus naik. Sekaligus membuat laju loan to deposit ratio (LDR) turun signifikan.

Menurut data per Oktober 2020 posisi LDR perbankan saat ini ada di level 83,9%. Hal ini disebabkan pertumbuhan DPK yang masih dua digit menjadi 10,35% secara year on year (yoy). Sedangkan laju kredit terkontraksi dengan pertumbuhan sebesar -1,08% di Oktober 2020 lalu.  

Penyumbang utama kenaikan DPK menurutnya disebabkan meningkatnya pertumbuhan dana deposito untuk nominal tinggi. "Tahun 2020 banyak pemilik dana cenderung menabung untuk deposito," kata Dian Ayu, Head of Macroeconomic and Financial Market Research PT Bank Mandiri belum lama ini. 

Baca Juga: Tak bisa optimalkan kredit, bank memarkir dana di surat berharga negara (SBN)

Memang, jika melihat data Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) per Oktober 2020 jumlah simpanan dengan nominal di atas Rp 5 miliar paling mendominasi pasar dengan jumlah mencapai Rp 465,9 triliun. Jumlah itu bila dibandingkan dengan tahun sebelumnya meningkat sekitar 16% yoy. 

Jauh berbeda dengan simpanan dengan nominal Rp 2 miliar-Rp 5 miliar yang hanya naik 4,8% yoy menjadi sekitar Rp 15,2 triliun. Hal ini praktis menandakan adanya pergeseran dana untuk sebagian besar nasabah tajir perbankan. 

Nah, di tahun depan Tim Ekonom Bank Mandiri memprediksi pertumbuhan DPK masih akan terus berlanjut. Namun, diramal akan lebih rendah dari tahun 2020 yakni naik 8% secara yoy. Sementara kredit bakalan tumbuh 5% yoy di tahun depan. Kemudian, di tahun 2022 laju DPK perbankan akan terus melambat dengan proyeksi peningkatan sebesar 6,1% yoy. 

Beberapa bankir yang dihubungi Kontan.co.id pun sepakat dengan pernyataan tersebut. Direktur Distribution and Retail Funding PT Bank Tabungan Negara Tbk (BTN) Jasmin menjelaskan sejauh ini tren pertumbuhan deposito maupun simpanan masih meningkat.

Baca Juga: Perbankan Menyiapkan Pembiayaan Distribusi Vaksin Corona

Dia menyebut, kenaikan itu tentu berkaitan dengan faktor pertumbuhan kredit yang masih jauh dari kata normal. Tapi, Jasmin menilai di tahun depan kondisi ekonomi bakalan mulai stabil, apalagi dengan sudah ditemukan dan didistribusikannya vaksin Covid-19. 

Secara otomatis, pertumbuhan sektor rill di Tanah Air bakal menggeliat, hal ini nantinya akan membuat tren pertumbuhan deposito di perbankan termasuk BTN bakalan menurut. Sebab, sebagian besar debitur dan nasabah BTN saat ini memang masih memilih untuk memarkir dananya, ketimbang meminjam kredit. 

"Di BTN pertumbuhan kredit yoy bulan November sudah naik 2,5% sampai 3%. Semoga akhir tahun ini bisa lebih dari 2,5% yoy," jelasnya, Minggu (27/12). Di samping itu, bunga deposito sampai saat ini masih terus menurun. 

Tren biaya dana atau cost of fund (CoF) Bank BTN juga turun. Kisarannya menurut Jasmin turun sebanyak 100 basis poin sejak Desember 2019 hingga November 2020. "Saat ini posisinya (CoF) ada di sekitar 4,87%," terangnya. 

Baca Juga: Kredit mulai menggeliat, LDR perbankan bakal berangsur naik lagi

Akan tetapi, kendati kredit di Bank BTN masih tumbuh lebih baik dari rata-rata industri, tingkat pertumbuhan DPK juga sangat masif. Per November 2020 total DPK di BTN masih naik 23,42% yoy. Hal ini membawa LDR BTN turun ke level terendah dalam beberapa tahun terakhir menjadi 90,58%. 

Pihaknya berharap dengan membaiknya iklim perekonomian, laju kredit bisa kembali menggeliat dan membawa pertumbuhan DPK ke level stabil agar CoF bisa terjaga lebih baik. Salah satunya meningkatkan dana murah seperti tabungan dan giro.

Sementara itu, Sekretaris Perusahaan Bank Mandiri Rudi As Atturidha menjelaskan sebenarnya dalam beberapa bulan terakhir tren deposito Bank Mandiri sedikit menurun. 

Akan tetapi, dari sisi mata uang rupiah yang mendominasi 90% deposito Bank Mandiri per November 2020 terdapat peningkatan balance deposito nominal di atas Rp 1 miliar sebesar 5,2% secara yoy. Sedangkan total pertumbuhan deposito bank berlogo pita emas ini secara yoy mencapai 6,7%. "Seiring tren penurunan suku bunga acuan 3 bulan terakhir berdampak penurunan simpanan deposito Bank Mandiri secara keseluruhan," kata dia. 

Baca Juga: Horee, Bunga KPR Sudah Mulai Layu

Rudi juga menambahkan, mayoritas dari deposito itu disumbang dari nasabah korporasi (wholesale) yang menjadi kontributor peningkatan deposito nominal jumbo. Ke depannya, bank berkode emiten BMRI ini memperkirakan kondisi ini akan berubah, melihat suku bunga acuan yang terus menurun, bergeraknya kondisi pasar, roda ekonomi yang mulai normal dan peningkatan investasi.

Setali tiga uang, bank kecil seperti di PT Bank Ina Perdana Tbk juga sepakat. Menurut Direktur Utama Bank Ina Daniel Budirahayu pertumbuhan deposito masih terus meningkat. "Deposito masih meningkat terus walaupun bunga deposito sudah ada penurunan," kata Daniel. 

Menurutnya, selama pertumbuhan kredit masih lemah maka pertumbuhan deposito akan terus bertumbuh. Kecuali, jika tren instrumen investasi sudah mulai meningkat dan permintaan kredit sudah tumbuh, maka pertumbuhan deposito dengan sendirinya akan terjadi penurunan. 

Baca Juga: Pertumbuhan DPK terkontraksi pada Oktober, nasabah tajir tarik dana di bank besar?

Dia juga menambahkan, peningkatan deposito atau simpanan jumbo sampai dengan akhir tahun 2020 masih banyak disumbang dari nasabah korporasi maupun retail. Tapi sayangnya, Daniel tidak dapat merinci besaran pertumbuhan tersebut.

Hanya saja, pihaknya berharap di tahun 2021 pertumbuhan kredit bisa segera membaik. Dengan begitu, komposisi pendanaan bisa perlahan kembali ke level normal sebelum pandemi. 

Sekadar gambaran saja, per Oktober 2020 total DPK di Bank Ina tercatat sebesar Rp 3,81 triliun. Walau terbilang kecil, angka tersebut meningkat signifikan sebesar 30,76% bila dibandingkan dengan periode setahun sebelumnya. 

Baca Juga: Likuiditas perbankan masih tetap kuat meski DPK melambat

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU

×