Reporter: Vina Elvira | Editor: Handoyo .
Menanggapi kondisi importasi ban pertambangan dan alat berat tersebut, Didi bilang selama ini Kemendag dan Kementerian Perindustrian (Kemenperin) telah bersama-sama mendukung pengembangan industri dan penggunaan ban nasional.
Antaranya melalui Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 77 Tahun 2019 yang telah diubah beberapa kali terakhir dengan Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 05 Tahun 2019 mengenai perizinan impor, berupa persetujuan impor ban berdasarkan rekomendasi dari Kemenperin.
“Melalui pengaturan tata niaga impor ban ini, importasi ban diharapkan tidak mengganggu keberadaan dan mampu mendorong pengembangan industri ban nasional,” jelasnya.
Namun di sisi lain, Kemendag melihat kondisi tersebut bisa dijadikan momen penting bagi industri ban nasional, untuk dapat lebih mengembangkan lagi potensi mereka di segmen industri hulu.
“Untuk industri ban yang saat ini memproduksi ban pertambangan dan alat berat dapat lebih meningkatkan untuk meningkatkan produksinya untuk memenuhi permintaan pasar dalam negeri. Di sisi lain, diharapkan industri ban yang belum memproduksi ban pertambangan dan alat berat tertarik untuk menambah investasi mesin yang diperuntukkan bagi produksi ban pertambangan dan alat berat,” pungkasnya.
Sedikit informasi, berdasarkan catatan yang dihimpun Kontan.co.id, sejumlah industri jasa pertambangan telah menggunakan ban impor untuk penggunaan alat berat dalam operasi penambangan mereka. Pertama, ada PT Petrosea Tbk. Berdasarkan data INATRADE Kemendag, Petrosea telah melakukan impor ban pertambangan dan alat berat asal China sejumlah 350 pcs pada tahun 2019.
Selain itu, PT Darma Henwa Tbk (DEWA) juga melakukan impor ban dari China. Pada Desember lalu, DEWA baru saja menandatangani perjanjian Total Tire Management (TTM) dengan Fujian Haian Rubber Co. Ltd yang merupakan produsen ban terbesar China.
Termasuk juga anak usaha dari PT ABM Investama Tbk (ABMM) yakni PT Cipta Kridatama yang memilih menggunakan ban asal Eropa dengan pertimbangan performa yang lebih baik. “Kami menggunakan ban Eropa karena price vs performance-nya. Harga lebih mahal tapi lebih tahan lama,” ungkap Direktur ABMM, Adrian Erlangga Sjamsul beberapa waktu lalu.
Selanjutnya: Hankook Tire bagikan tips jaga ban kendaraan niaga jadi lebih awet
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News