Sumber: Kompas.com | Editor: Adi Wikanto
China memiliki 4 vaksin Covid-19 dalam tahap akhir pengembangan, dan sangat maju dengan pengujian manusia secara massal di sejumlah negara, termasuk Brasil, Uni Emirat Arab, dan Turki. Jutaan orang lainnya di China telah menerima suntikan.
Namun, tidak seperti vaksin virus corona yang dikembangkan oleh Moderna, AstraZeneca dan Johnson & Johnson, sedikit informasi yang telah dipublikasikan tentang keamanan atau kemanjuran vaksin virus corona asal China ini.
Otoritas komunis negara yang mengontrol segalanya mulai dari universitas hingga regulator, seperti alergi terhadap pengawasan publik. "Kurangnya transparansi dalam sistem China berarti ribuan (di dalam negeri) yang telah menerima vaksin asal China tanpa adanya data pengujian yang relevan dipublikasikan," kata Natasha Kassam, analis kebijakan China di Lowy Institute.
Dia mengatakan bahwa kekurangan data "akan menyebabkan alarm" selama peluncuran vaksin Covid-19 secara global. Pembuat vaksin Covid-19 asal China juga telah memeriksa reputasi, setelah skandal besar yang melibatkan produk kadaluarsa atau kualitas buruk.
Semua itu berarti pembeli dari luar negeri harus berhati-hati. Pelopor vaksin China, Sinovac dan Sinopharm, telah mengajukan di muka untuk kurang dari 500 juta dosis pada pertengahan November, menurut data dari konsultan London Airfinity, yang mana pemesannya kebanyakan dari negara-negara yang telah berpartisipasi dalam uji coba vaksin itu.
AstraZeneca, sementara itu, memiliki pesanan di muka untuk 2,4 miliar dosis, dan Pfizer memiliki sekitar 0,5 miliar pesanan. Kepercayaan yang lebih luas di Beijing juga anjlok tahun ini, dengan studi 14 negara oleh Pew Research Center menemukan penurunan tajam dalam persepsi negara. "(Masyarakat) yang semakin tidak percaya pada China cenderung tidak mempercayai kandidat vaksin yang dihasilkan," kata Kassam.
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "China Beri Bantuan Vaksin Covid-19 tapi dengan Imbalan, Apakah Itu?",
Penulis : Shintaloka Pradita Sicca
Editor : Shintaloka Pradita Sicca
Selanjutnya: PBB: Nasionalisasi vaksin corona berjalan dengan kecepatan penuh
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News