Reporter: Ferry Saputra | Editor: Noverius Laoli
China terus menggelontorkan lebih banyak investasi ke dalam pabrik-pabrik tersebut. Pada Mei tahun ini, Sinopec mengumumkan investasi senilai 27,8 miliar yuan atau US$ 3,85 miliar untuk pabrik baru di Luoyang yang akan selesai dibangun pada 2025. Sektor petrokimia juga akan menjadi inti dari investasi terbaru Arab Saudi di Rongsheng Petrochemical Co.Ltd.
"China memiliki sektor petrokimia yang maju, keuntungan dari pasar domestik yang besar dan terus berkembang serta output yang berpotensi kompetitif untuk ekspor," kata Michal Meidan, direktur Program Penelitian Energi China di Institut Studi Energi Oxford.
Menurut Michal, dengan investasi BASF dan Arab Saudi baru-baru ini di Cina, jelas bahwa negara tersebut akan menjadi pasar yang penting. Namun, bagi negara-negara Barat sepertinya akan mempertanyakan dampak dari ekspansi China tersebut.
Baca Juga: Tuah dari Industri Teh Mengalir ke Industri Plastik
Data ICIS menyebut kapasitas petrokimia China akan mencapai hampir seperempat dari total kapasitas dunia pada akhir tahun ini. Hal itu melonjak dari lima tahun lalu, ketika kapasitasnya hanya 14% dari kapasitas manufaktur global.
"China dapat memanfaatkan kekuatannya sebagai penyuling terkemuka di dunia untuk menjadi pemasok petrokimia yang paling penting dan kompetitif," kata John Driscoll, direktur JTD Energy Services Pte di Singapura.
John memperkirakan suatu hari nanti, negara Barat akan menyadari bahwa China adalah pemasok tunggal terbesar untuk semua jenis plastik. Sebab, negara-negara yang ekonominya lebih matang, seperti Amerika Serikat, Eropa, hingga Australia secara drastis mengurangi produksi tanpa memenuhi kebutuhan mereka akan bahan-bahan tersebut.
Baca Juga: Teknologi, Gerai Baru dan Renovasi, Kunci Starbucks Menumbuhkan Laba hingga 2025
Dia mengatakan negara-negara, seperti India dan Vietnam, bisa memilih untuk membangun fasilitas produksi mereka sendiri dengan alasan bahwa mereka akan mempertimbangkan laba atas investasi guna meningkatkan pertumbuhan ekonomi nasional hingga mengurangi ketergantungan pada impor.
"Tahun ini dan tahun depan adalah titik kritis bagi industri petrokimia. Negara-negara Asia Utara, seperti Jepang, Korea Selatan, dan Taiwan, yang dahulu memimpin, tetapi sekarang akan bergeser ke Cina sehingga menjadi kekuatan utama di tahun-tahun mendatang," tambah John.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News