Reporter: Dina Mirayanti Hutauruk | Editor: Yudho Winarto
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Bank Amar Indonesia Tbk (AMAR) beruntung telah melakukan transformasi menjadi bank digital sebelum pandemi Covid-19 mencuat. Sheingga perseroan tetap bisa melayani nasabah selama masa pandemi di saat pembatasan mobilitas diberlakukan.
Vishal Tulsian, President Director Bank Amar mengatakan, pandemi Covid-19 telah mengakselerasi ekonomi digital di Indonesia. Namun, di saat yang sama, pandemi juga memperlebar kesenjangan di antara masyarakat berada dengan yang kurang secara ekonomi.
Masyarakat yang belum memiliki rekening (unbanked) dan kurang terlayani (underserved) mengalami pukulan ekonomi lebih keras.
"Dengan menjadi bank digital, kami lebih maju dalam hal teknologi dan kami melayani segmen masyarakat unbanked dan underserved. Kami terus berkomitmen untuk memberikan layananan perbankan bagi yang membutuhkan lewat dua produk andalan, yaitu Tunaiku sebagai platform pinjaman digital dan Senyumku sebagai bank digital yang diluncurkan di Cloud," kata Vishal dalam webinar, Selasa (2/2).
Dia bilang, kedua aplikasi Bank Amar tersebut sudah menggunakan teknologi big data dan AI.
Baca Juga: Bank Amar Sedang Penjajakan dengan Investor Potensial
Dari segi prospek bisnis, Vishal menyatakan bahwa pengguna internet di Indonesia terus meningkat. Sehingga perseroan melihat potensi pertumbuhan besar untuk bank digital di tahun ini.
Adapun strategi bisnis Bank Amar tahun ini masih akan tetap fokus menjangkau kalangan unbanked dan underserved. Bank ini menggunakan ekosistem digital untuk memperluas akses digital kepada masyarakat unbanked dan underserved sambil berfokus kepada pertumbuhan yang menguntungkan.
“Seperti yang kita lihat sekarang, ada banyak UMKM yang membutuhkan pendanaan. Strategi kami adalah berfokus pada kebutuhan mereka dan meningkatkan kredit untuk UMKM. Jadi kami akan meningkatkan pinjaman kami lebih banyak lagi untuk UKM dan UMKM,” ungkap Vishal.
Di saat yang sama, Rachel Elizabeth Hosanna, Millennial Economist Amar Bank memaparkan bahwa baik kondisi global dan domestik menghadapi peluang dan tantangan yang beririsan pada tahun 2022.
Varian Omicron terus membayangi pemulihan ekonomi global dan domestik. Di tengah inflasi global yang mulai meningkat, kasus harian Covid-19 juga meningkat. Hal ini menyebabkan diberlakukannya lagi pembatasan yang menyebabkan perputaran uang dan barang melambat.
Tren kebijakan moneter kontraktif (tightening trend) juga menjadi tantangan karena inflasi di Indonesia masih stabil cenderung rendah.
Meskipun begitu, rancangan kebijakan fiskal dan moneter yang prudent dari pemerintah dan Bank Indonesia kami yakini dapat mengakomodasi pemulihan ekonomi tahun ini.
Kemajuan teknologi juga mendorong transformasi aktivitas bisnis dan ekonomi yang konvensional menjadi digital sehingga pemulihan ekonomi tetap bisa terjadi.
Sementara Piter Abdullah Direktur Riset CORE mengatakan, perkembangan ekonomi digital di Indonesia diawali oleh e-commerce dan ride-hailing, yang kemudian diikuti oleh layanan digital lainnya termasuk layanan keuangan atau Fintech, mulai dari sistem pembayaran digital (e-wallet) hingga peer to peer dan crowd funding.
Perkembangan Fintech kemudian memicu munculnya bank digital. Persaingan bank di era digotal ini sudah berbeda dari era sebelum digital. Salah satu kunci untuk bisa menghadapi persaingan adalah ekosistem digital yang dimiliki bank
Baca Juga: Bank Amar Indonesia (AMAR) Tetap Dikendalikan oleh Tolaram Group
“Keunggulan Bank Digital semakin besar ketika bank tergabung dalam sebuah ekosistem yang memberikan semua layanan yang dibutuhkan oleh nasabah. Semakin besar dan lengkap ekosistem digital yang terkoneksi dengan bank digital, semakin unggul bank digital,” tutur Piter lagi.
Menurut Piter, ekosistem itu sangat dipengaruhi oleh kemauan untuk berkolaborasi dengan ekosistem lain yang akan membesarkan ekosistem dari bank tersebut.
Sehingga meskipun sebuah bank memiliki modal besar tetapi enggan berkolaborasi, maka ia bisa kalah dalam membangun ekosistem dengan bank-bank yang lebih kecil, tetapi mau berkolaborasi dengan berbagai ekosistem layanan digital lain.
Saat ini bank digital masih dalam fase awal di mana pasar bank digital terus berkembang. Piter melihat pasar bank digital baru memanfaatkan sebagian dari layanan bank digital utamanya yakni aplikasi mobile banking.
"Seiring dengan berkembangnya teknologi dan kebutuhan nasabah, pasar bank digital akan lebih luas lagi. Jadi, dapat disimpulkan potensi pasar bank digital masih sangat besar dan akan terus tumbuh,” pungkasnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News