kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45919,51   10,20   1.12%
  • EMAS1.350.000 0,00%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Bisnis remitansi terdampak pandemi Covid-19


Senin, 16 Agustus 2021 / 09:30 WIB
Bisnis remitansi terdampak pandemi Covid-19

Reporter: Amanda Christabel | Editor: Handoyo .

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Situasi pandemi Covid-19 berdampak pada bisnis remitansi atau pengiriman uang antarnegara di sejumlah bank. Dengan diberlakukannya pembatasan aktivitas di luar negeri, dan periode pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) di Tanah Air juga turut memberikan dampak.

PT Bank Mandiri (Persero) Tbk misalnya. Seiring dengan berlakunya PPKM, di mana cukup banyak kantor cabang yang tutup, dampaknya cukup terasa bagi bisnis remitansi bank pelat merah berlogo pita emas ini.

“Cukup terasa khususnya di penurunan jumlah transaksi. Namun, dari sisi volume masih dapat meningkat. Secara keseluruhan, jumlah transaksi remitansi ritel menurun sekitar 5%, volume transaksi meningkat sekitar 30% di tahun 2021 ini dibandingkan periode yang sama pada tahun sebelumnya,” urai SVP Retail Deposit Products and Solution Bank Mandiri, Evi Dempowati kepada KONTAN, Kamis (12/8).

Evi menjelaskan, negara-negara yang menjadi penyumbang utama transaksi tetap remitansi berasal dari negara yang menjadi tujuan utama Pekerja Migran Indonesia (PMI) seperti Malaysia, Hong Kong, Arab Saudi, Uni Emirat Arab, dan Singapura.

Baca Juga: Dukung program pelindungan migran Indonesia, Jasindo siapkan produk asuransi

“Untuk transaksi inbound remittance, Bank Mandiri telah memiliki layanan open API gateway yang dapat digunakan oleh partner-partner Bank Mandiri untuk mempermudah akses ke layanan Bank mandiri, baik untuk partner maupun nasabah,” jelasnya.

Menurut Evi, layanan API-based ini memungkinkan Bank Mandiri untuk bekerjasama dengan lebih banyak partner terkemuka di luar negeri, dengan dibantu keberadaan Kantor Luar Negeri Bank Mandiri untuk menjangkau lebih banyak diaspora dan PMI di berbagai negara.

 

Dengan inisiatif tersebut, Bank Mandiri dapat memberikan layanan remitansi untuk nasabah melalui jaringan Bank Mandiri di Indonesia maupun luar negeri. “Tahun ini, bisnis remitansi ritel kami targetkan tumbuh fee-based income sebesar sekitar 5-7% dibandingkan tahun lalu,” tutup Evi.

Senada, PT Bank Central Asia (Persero) Tbk per semester pertama 2021 juga mencatatkan penurunan transaksi remitansi sebesar 8% secara year to date (ytd), atau menjadi sebesar Rp 36,1 triliun.

Namun, Executive Vice President Secretariat & Corporate Communication BCA, Hera F. Haryn menjelaskan bahwa jika melihat secara quarter on quarter (qoq), transaksi remitansi BCA tumbuh 9,9% qoq.

“Pencapaian ini tidak lepas dari upaya meningkatkan layanan remitansi bagi nasabah. Melengkapi channel remitansi yang ada yaitu melalui cabang dan internet banking bisnis (KlikBCA Bisnis). Pada Maret 2021, kami meluncurkan layanan remitansi via internet banking individu (KlikBCA Individu) untuk kemudahan para nasabah individu,” urainya kepada KONTAN (13/8).

Rencana ke depannya, bank berkode emiten BBCA ini akan terus membangun kerjasama erat dengan bank koresponden, dan tidak menutup kemungkinan akan berkolaborasi dengan fintech untuk memenuhi kebutuhan transaksi remitansi untuk nasabah. “Kami juga terus menggali peluang kerja sama dengan perusahaan penyedia layanan remittance nonbank, contohnya dalam layanan kiriman uang dari luar negeri,” tambah Hera.

Hera menjelaskan, dengan didukung jaringan bank koresponden yang luas, BCA menawarkan layanan multicurrency yang memungkinkan nasabah mengirimkan uang dengan pilihan lebih dari 100 mata uang asing.

Berbeda dari yang lain, pandemi Covid-19 rupanya tidak mengendorkan bisnis remitansi di PT Bank Rakyat Indonesia. Bank bersandi bursa BBRI ini mencatatkan sampai dengan Juli 2021, nilai remitansi dari PMI di luar negeri mengalami kenaikan sebesar 5,4% secara year on year (yoy).

“Sedangkan jumlah frekuensi transaksi mengalami kenaikan 6,2% yoy. Berdasarkan data tersebut, untuk nilai remitansi dan frekuensi transaksi masih on the track terhadap target yang telah ditetapkan,” ujar Sekretaris Perusahaan BRI, Aestika Oryza Gunarto kepada KONTAN, Kamis (12/8).

 

Aestika menjelaskan, pertumbuhan nilai dan frekuensi tersebut ditopang oleh BRI yang terus melakukan ekspansi kerjasama dengan counterpart pengiriman uang di negara dengan potensi PMI yang tinggi seperti Malaysia, Singapura, Brunei, Korea Selatan, Jepang, KSA, UAE, Taiwan dan Hong Kong.

Dengan capaian tersebut, BRI menargetkan bisnis remitansi pada tahun 2021 akan tumbuh masing-masing 5% yoy, baik untuk volume maupun frekuensi transaksi remitansi. “Untuk meningkatkan pendapatan dari bisnis remitansi, BRI berkolaborasi dengan counterpart remitansi, fintech, dan key player dalam bisnis ini seperti Western Union dan Moneygram,” ujar Aestika.

Dirinya bilang, strategi tersebut dilakukan untuk menciptakan peluang baru yang saling menguntungkan. “Aplikasi counterpart dan aplikasi fintech tersebut telah terintegrasi host to host dengan BRI dan dapat digunakan oleh pekerja migran untuk mengirimkan uang secara real time online. Walaupun negaranya terkena dampak lockdown akibat Covid-19, transaksi remitansi masih bisa dilakukan,” tutupnya.

Selanjutnya: Efek pandemi, transaksi remitansi ritel Bank Mandiri turun sekitar 5%

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU

×