kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45919,51   10,20   1.12%
  • EMAS1.350.000 0,00%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Biaya Produksi Mobil Bisa Naik Akibat Melambungnya Harga Baja


Rabu, 23 Maret 2022 / 07:05 WIB
Biaya Produksi Mobil Bisa Naik Akibat Melambungnya Harga Baja

Reporter: Muhammad Julian | Editor: Handoyo .

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Harga baja canai panas alias hot rolled coil (HRC) mengalami kenaikan sejak akhir tahun lalu. Di bursa London Metal Exchange (LME),  harga HRC NW Europe sudah menyentuh US$ 1.624,5 per ton pada penutupan perdagangan Senin (21/3).

Angka tersebut naik 68,69% jika dibandingkan posisi  HRC NW Europe pada penutupan perdagangan 31 Desember 2021 yang sebesar US$ 963 per ton.

Kenaikan juga dijumpai pada harga HRC FOB China, hanya saja kenaikannya lebih landai. Pada penutupan perdagangan Senin (21/3), harga HRC FOB China tercatat sebesar US$ 865 per ton, naik 14,64% dibandingkan posisi harga HRC FOB China pada penutupan perdagangan 31 Desember 2021 yang sebesar US$ 754, per ton.

Baca Juga: Melihat Dampak Perang Rusia di Ukraina Terhadap Kinerja Ekspor Indonesia

Ketua I Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo), Jongkie Sugiarto berpandangan, kenaikan harga HRC bisa saja mendorong kenaikan biaya produksi pabrikan mobil, jika naiknya signifikan. “Kalo naiknya signifikan, tentu bisa berpengaruh pada harga produksi kendaraan, walaupun saat ini mobil sudah banyak memakai aluminium juga,” ujar Jongkie kepada Kontan.co.id (22/3).

Produk HRC sejatinya merupakan bahan baku terbesar dari industri pengolahan flat product seperti untuk konstruksi, pipa las spiral dan kapal. Meski begitu, HRC juga digunakan untuk beragam industri lainnya, termasuk salah satunya komponen dan rangka otomotif. 

Kenaikan harga baja dialami oleh PT Honda Prospect Motor (HPM).  Business Innovation and Sales & Marketing Director HPM, Yusak Billy mengatakan, kenaikan harga baja cenderung terus mengalami kenaikan dan mengungkit biaya produksi.

“Namun kami terus berusaha melakukan berbagai efisiensi dan meningkatkan produktivitas untuk dapat menekan kenaikan biaya produksi ini,” sambungnya saat dihubungi Kontan.co.id (22/3).

Billy belum mengonfirmasi, apakah HPM ke depannya akan melakukan penyesuaian dengan menaikkan harga jual unit atau tidak. “Kami belum bisa disclose,” tutur Billy.

Direktur Administrasi, Korporasi, dan Hubungan Eksternal PT Toyota Motor Manufacturing Indonesia (TMMIN), Bob Azzam mengatakan, baja bukan merupakan satu-satunya komoditas yang harganya naik. Sayangnya, kenaikan tersebut tidak bisa serta merta diimbangi dengan menaikkan harga jual unit produk, sebab daya beli konsumen belum pulih 100%.

“Tidak hanya baja hampir semua komoditas naik harganya. Tapi di lain sisi daya beli konsumen belum pulih 100%, jadi tidak bisa serta merta disesuaikan dalam bentuk kenaikan harga,” terang Bob kepada Kontan.co.id (22/3).

Baca Juga: Begini Tanggapan REI Terkait Naiknya Harga Komponen Konstruksi

Sementara itu,  Marketing Director dan Corporate Planning & Communication Director PT Astra Daihatsu Motor (ADM), Amelia Tjandra, hanya merespon singkat ketika ditanyai perihal kenaikan harga baja dan dampaknya terhadap biaya produksi. “Kondisi ini saya yakin dialami seluruh pemain otomotif, bukan hanya Daihatsu,” tutur Amelila kepada Kontan.co.id (22/3).

Mengutip data Gaikindo, sebanyak 230.389 unit mobil diproduksi di RI pada sepanjang Januari-Februari 2022 lalu, tumbuh 49,61% dibandingkan realisasi produksi Januari-Februari 2021 yang sebesar 153.993 unit.

Toyota menjadi brand dengan realisasi produksi terbanyak pada periode Januari-Februari 2022 dengan angka produksi 94.559 unit atau setara 41,0% dari total produksi nasional Januari-September 2022, diikuti Daihatsu dengan angka  produksi 30.354 unit (13,2%), Mitsubishi 27.807 unit (12,1%), Suzuki 23.185 unit (10,1%), dan Honda 22.260 unit (9,7%).

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU

×