kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.249.000 2,21%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

BI Diramal Bakal Mengerek Bunga Acuan, Bagaimana Efeknya terhadap Bunga Kredit Bank?


Kamis, 07 Juli 2022 / 06:45 WIB
BI Diramal Bakal Mengerek Bunga Acuan, Bagaimana Efeknya terhadap Bunga Kredit Bank?

Reporter: Dina Mirayanti Hutauruk | Editor: Tendi Mahadi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Penurunan penghimpunan deposito terus berlanjut hingga Mei 2022 lantaran bunga acuan Bank Indonesia (BI) masih bertengger di level terendahnya. Bagi perbankan, terutama bank besar, kondisi ini menguntungkan karena biaya dana yang mereka tanggung semakin murah. 

Bagi deposan saat ini, menempatkan dana di deposito memang sudah ada bedanya dengan tabungan. Bunga deposito perbankan saat ini sangat murah, belum lagi ditambah potongan pajak bunga sebesar 20%. 

Namun, Bank Indonesia (BI) diperkirakan akan mengerek suku bunga acuannya pada semester II ini. Sehingga para deposan akan berpeluang mendapatkan kenaikan bunga dari dana-dana yang mereka parkir di deposito tahun ini.

Lembaga pemeringkat Fitch Ratings memperkirakan BI akan mulai menaikkan suku bunga acuan pada tahun 2022 sebesar 50 basis poin (bps) dari level 3,5% saat ini dan pada tahun 2023 diperkirakan suku bunga acuan naik hingga 100 bps. 

Baca Juga: Biaya Dana Bank Besar Semakin Murah Saat Jumlah Deposito Turun

Adapun berdasarkan data BI, total deposito perbankan pada Mei 2022 mengalami kontraksi 0,4% secara tahunan (year-on-year/yoy) menjadi Rp 2.710 triliun.

Lalu bagaimana proyeksi perbankan terkait bunga simpanan maupun bunga kredit tahun ini?

Lani Darmawan Presiden Direktur Bank CIMB Niaga mengatakan, pihaknya masih menunggu keputusan BI terkait suku bunga acuan untuk bisa melihat prospek suku bunga simpanan yang akan ditawarkan perseroan. Selain itu, penyesuaian suku bunga kredit juga akan tergantung pada biaya dana atau cost of fund (CoF) perseroan.

"Suku bunga (simpanan maupun kredit) akan tergantung dari pergerakan suku bunga BI dan juga CoF ke depannya," ujar Lani pada Kontan.co.id, Rabu (6/7).

Sementara Aestika Oryza Gunarto, Sekretaris Perusahaan BRI mengatakan, tekanan terhadap perbankan nasional untuk menaik suku bunga masih minim. Apabila BI pada akhirnya akan mengerek suku bunga acuannya, BRI memperkirakan kredit akan tetap tumbuh lebih baik dari tahun lalu.

Baca Juga: ANZ Bank Kembali Dikabarkan Bakal Melego Kepemilikan Saham di Bank Panin (PNBN)

Ia bilang, BRI akan melakukan review secara berkala suku bunga, baik pinjaman maupun simpanan, sejalan dengan kenaikan bunga acuan BI. Bank pelat merah ini akan terus membuka ruang untuk melakukan penyesuaian suku bunga simpanan dan kredit.

Saat ini suku bunga deposito BRI tertinggi sebesar 2,85%. Sementara untuk bunga kredit bervariasi, dimana rata-rata bunga kredit korporasi sebesar 8%, kredit kecil 8,25%, kredit mikro 14%, kredit konsumer (non KPR) 8,75% dan KPR 7,25%.

PT Bank Pembangunan Daerah Jawa Barat Tbk (BJB) melihat bahwa BI akan melakukan penyesuaian kebijakan moneter seiring dengan perkembangan inflasi, kondisi fiskal, nilai tukar, juga pertumbuhan ekonomi.

Oleh karena itu, bank ini telah membuat skenario kenaikan suku bunga acuan BI 50%-100% pada pada paruh kedua ini. Perseroan akan melakukan penyesuaian suku bunga simpanan dan kredit menyesuaikan kebijakan BI itu. 

Namun, Yuddy Renaldi Direktur Utama Bank BJB menekankan bahwa kenaikan suku bunga ini tidak akan mengganggu likuiditas perseroan. "Kami masih memiliki likuiditas yang memadai saat ini," ujarnya. 

Dia menambahkan, Suku Bunga Dasar Kredit BJB saat ini ada  pada rentang 6,7%-12% tergantung segmen kreditnya dan juga berapa premi risiko yang dikenakan terhadap masing-masing debitur. Sedangkan untuk biaya dana perseroan berada di bawah 3%.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU

×