kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45935,51   7,16   0.77%
  • EMAS1.335.000 1,06%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Benarkah vitamin D bisa cegah dan bantu pengobatan Covid-19? Ini jawaban para ahli


Sabtu, 17 April 2021 / 11:50 WIB
Benarkah vitamin D bisa cegah dan bantu pengobatan Covid-19? Ini jawaban para ahli

Sumber: Kompas.com | Editor: Adi Wikanto

KONTAN.CO.ID - Jakarta. Selama pandemi Covid-19, masyarakat dihimbau berjemur saat pagi hari untuk mendapatkan vitamin D secara gratis. Vitamin D bisa meningkatkan daya tahan tubuh sehingga dipercaya bisa mencegah infeksi virus corona.

Pasien Covid-19 juga diminta berjemur di bawah sinar matahari untuk mempercepat penyembuhan. Benarkah vitamin D mencegah dan atau mengobat infeksi Covid-19?

Di awal pandemi tahun lalu, para ilmuwan dan ahli memelajari manfaat vitamin D untuk meningkatkan sistem kekebalan tubuh. Kemudian pada September 2020, dokter dan pakar imunologi asal Amerika, Anthony Fauci mengatakan vitamin D membantu mencegah tubuh terinfeksi Covid-19.

Ia juga merekomendasikan orang-orang untuk mendapatkan asupan vitamin D. Lantas, perlukah kita mengonsumsi vitamin D untuk mencegah atau mengobati infeksi Covid-19?

Peran vitamin D untuk meningkatkan daya tahan tubuh

Vitamin D berperan penting dalam kesehatan tulang dan mencegah osteoporosis. Ada bukti yang menyebutkan bahwa vitamin tersebut juga membantu menjaga daya tahan tubuh atau sistem kekebalan berjalan dengan baik.

Beberapa tahun terakhir, para peneliti terus memelajari efek suplementasi vitamin D pada infeksi pernapasan. Banyak uji klinis tidak menemukan efek yang berarti, sedangkan uji coba lainnya menyarankan penggunaan vitamin D dapat melindungi tubuh dari infeksi Covid-19.

Sebuah studi pada tahun 2017 yang menganalisis 25 uji coba terkendali secara acak menyimpulkan, vitamin D membantu mencegah infeksi saluran pernapasan akut. Vitamin D bisa meningkatkan sistem kekebalan atai daya tahan tubuh dalam beberapa cara, menurut salah satu penulis studi, Dr Adit Ginde.

Ginde juga merupakan profesor kedokteran darurat di University of Colorado School of Medicine. Salah satu mekanisme vitamin D, kata dia, adalah meningkatkan peptida antimikroba yang berfungsi sebagai antibiotik alami dan pelindung antivirus terhadap patogen.

Menurutnya, kekurangan vitamin D menyebabkan disfungsi dalam sistem kekebalan atau daya tahan tubuh.

Baca juga: Cara menjaga daya tahan tubuh tetap kuat melawan virus corona meski berpuasa

Kaitan antara kekurangan vitamin D dengan Covid-19

Pada awal pandemi, para peneliti melihat adanya tumpang tindih antara populasi yang berisiko tinggi sakit parah akibat Covid-19 dan orang-orang yang kekurangan vitamin D. Hal itu ditemukan pada orang-orang yang kelebihan berat badan, lansia, dan orang berkulit gelap.

Akibatnya, timbul pertanyaan apakah meningkatkan kadar vitamin D bisa membantu melindungi orang yang rentan terpapar Covid-19 atau tidak.

Saat ini terdapat beberapa studi observasi dan tinjauan yang memperlihatkan rendahnya kadar vitamin D dikaitkan dengan risiko terinfeksi Covid-19 lebih tinggi. "Intinya, dari sejumlah penelitian ada hubungan yang kuat dalam hal kadar vitamin D sebelum terinfeksi," sebut Dr Shad Marvasti, profesor kedokteran pencegahan penyakit dan keluarga di University of Arizona College of Medicine di Phoenix, Amerika.



TERBARU

×