Sumber: Bloomberg | Editor: Prihastomo Wahyu Widodo
KONTAN.CO.ID - JENEWA. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) baru saja merekomendasikan para dokter untuk tidak menggunakan remdesivir buatan Gilead dalam pengobatan virus corona baru.
WHO menilai, obat buatan Gilead tersebut belum terbukti efektif menurunkan tingkat kematian pada pasien. "Saat ini, tidak ada bukti bahwa (obat) itu meningkatkan kelangsungan hidup atau kebutuhan ventilasi," kata WHO, seperti dikutip Bloomberg.
Menariknya, keputusan WHO ini keluar sekitar satu bulan setelah Pemerintah Amerika Serikat (AS) menyetujui regulasi penggunaan remdesivir buatan Gilead untuk pengobatan Covid-19. Obat itu juga sebelumnya digunakan pada Presiden Donald Trump.
Rekomendasi terbaru dari WHO tersebut juga menjadi pukulan yang berat bagi Gilead sebagai salah satu produsen obat-obatan pertama yang menawarkan terapi untuk pengobatan Covid-19.
Baca Juga: WHO memperingatkan gelombang kedua virus corona yang mematikan di Timur Tengah
Gilead menyayangkan keputusan WHO
Para ahli membuat rekomendasi setelah hasil uji coba global yang disponsori oleh WHO, yang disebut Solidarity, menemukan bahwa remdesivir tidak mengurangi kematian.
Mereka juga meninjau data dari tiga percobaan lain dan mengatakan, obat itu tidak memiliki efek berarti pada perawatan pasien.
Hasil penelitian ini bertolak belakang dengan apa yang ditemukan oleh AS. Pada 15 Oktober lalu, penelitian oleh Institut Kesehatan Nasional menunjukkan, remdesivir mengurangi waktu pemulihan pasien yang dirawat di rumahsakit menjadi lima hari.
Baca Juga: WHO: Mungkin, pandemi virus corona sudah berada di puncak
Gilead telah mempertanyakan hasil uji coba WHO dan mengatakan, badan tersebut masih belum merilis data kunci untuk memungkinkan perusahaan atau orang lain mengevaluasi keabsahan hasil sementara.
Produsen obat asal AS ini tetap berpegang pada berbagai penelitian yang diterbitkan dalam jurnal peer-review, yang menunjukkan remdesivir, juga dikenal dengan nama mereknya, Veklury, bermanfaat melawan virus dan mempercepat waktu pemulihan.
"Kami kecewa pada pedoman WHO yang nampaknya mengabaikan bukti nyata pada saat kasus meningkat secara dramatis di seluruh dunia dan dokter mengandalkan Veklury sebagai pengobatan antivirus pertama dan satu-satunya yang disetujui untuk pasien dengan Covid-19 di sekitar 50 negara," ungkap Gilead dalam pernyataannya, seperti dilansir Bloomberg.
Selanjutnya: Penggunaan vaksin Pfizer-BioNTech dapat dimulai sebelum Natal
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News