Reporter: Sabrina Rhamadanty | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
Namun di sisi lain, kondisi tersebut dapat menekan penambang karena daya tawar melemah akibat terbatasnya pembeli di dalam negeri.
“Harga beli di tingkat penambang bisa berada di bawah harga pasar internasional, dan Antam akan mendominasi sebagai off-taker utama,” katanya.
Risiko lainnya adalah potensi oversupply apabila kapasitas serap industri perhiasan dan investasi domestik tidak sebanding dengan produksi penambang, sehingga harga emas lokal bisa terdiskon dibanding harga global.
Analis Doo Financial Futures Lukman Leong menilai, penerapan BK emas akan membantu meredakan ketatnya pasokan domestik, meski dampaknya terhadap harga relatif terbatas.
“Saya kira pasokan domestik akan lebih lega, tapi dampaknya ke harga tidak terlalu besar,” ujarnya.
Dengan harga emas global yang kembali naik mendekati US$ 4.400–US$ 4.500 per troy ons, Lukman memproyeksikan harga emas sepanjang 2026 bergerak di kisaran tersebut. Bahkan, sebagian analis memproyeksikan harga emas berpotensi menembus US$ 5.000.
Ketua Badan Kejuruan Pertambangan Persatuan Insinyur Indonesia (PII) Rizal Kasli menambahkan, dominasi Antam juga dipengaruhi jumlah refinery emas nasional.
“Selain Antam, UBS Gold juga memiliki fasilitas produksi sendiri. Namun Antam melalui unit Logam Mulia tetap menjadi produsen terbesar dan membutuhkan pasokan bahan baku yang sangat besar,” jelas Rizal.
Tonton: Libur Nataru: Kunjungan Wisatawan ke Yogyakarta Membludak, Bali Sepi
Ia menegaskan, tingginya harga emas global serta pengenaan BK akan membuat penambang lebih berhitung dalam menentukan pasar penjualan.
“Dengan bea keluar 15%, pengusaha tambang emas harus benar-benar menghitung apakah lebih menguntungkan ekspor atau menjual di dalam negeri,” tutupnya.
Kesimpulan
Penerapan Bea Keluar emas mulai 2026 diproyeksikan mengalihkan penjualan emas dari ekspor ke pasar domestik dan memperkuat posisi Antam sebagai off-taker utama. Kebijakan ini berpotensi memperbaiki pasokan emas dalam negeri di tengah tingginya minat masyarakat akibat inflasi dan tren harga emas global yang masih tinggi. Namun, dominasi Antam juga menyimpan risiko pelemahan daya tawar penambang, potensi distorsi harga lokal, serta ancaman oversupply jika kapasitas serap industri domestik tidak seimbang. Karena itu, efektivitas Bea Keluar emas akan sangat bergantung pada keseimbangan antara penguatan pasokan, struktur pasar yang sehat, dan perlindungan kepentingan penambang.
Selanjutnya: UMP 2026 Wajib Diumumkan Hari ini, Cek KHL 38 Provinsi, KHL Yogya Jauh Di Atas UMP
Menarik Dibaca: Ini Dia, Tiga Persoalan Gigi Ini Paling Sering Ditemui oleh Dokter Gigi
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News













