Reporter: Laurensius Marshall Sautlan Sitanggang | Editor: Wahyu T.Rahmawati
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Tren deposito di akhir tahun 2020 kian melandai. Hal ini utamanya disebabkan oleh strategi mayoritas bank yang fokus menggali dana murah seperti giro dan tabungan untuk menekan biaya dana.
Bank Indonesia (BI) mencatat, per November 2020 realisasi dana pihak ketiga (DPK) tumbuh sebesar 7,4% secara year on year (yoy) menjadi Rp 2.713,7 triliun. Realisasi itu lebih rendah dibandingkan bulan sebelumnya yang sempat naik 8,1%.
Sementara itu giro dan tabungan justru tumbuh dua digit. Masing-masing meningkat 17,3% dan 12,2% secara yoy di bulan November 2020. Utamanya perlambatan deposito disebabkan pertumbuhan deposito perorangan tumbuh 6,2% yoy, melambat dari sebulan sebelumnya 8,1%.
Beberapa bankir yang dihubungi Kontan.co.id pun mengamini fenomena tersebut. Sekretaris Perusahaan PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) Rudi As Atturidha mengatakan pada November 2020 lalu deposito perseroan hanya tumbuh 4,8% yoy menjadi Rp 275,96 triliun.
Baca Juga: Era Bunga Rendah untuk Kredit Rumah
Laju pertumbuhan ini menurutnya memang jauh melambat, bila dibandingkan dengan peningkatan di awal pandemi Covid-19 yang berada di kisaran 20% lebih. "Di sisi lain, Bank Mandiri mampu mendorong penghimpunan dana murah naik 9% pada akhir November 2020 lalu," ujar Rudi, Minggu (17/1).
Nah di tahun 2021 Bank Mandiri memang berharap bisa mendorong pertumbuhan dana murah. Tapi, Rudi tidak merinci target deposito maupun dana murah di tahun ini.
Meski begitu, bank berlogo pita emas ini membeberkan pihaknya menargetkan DPK bisa naik 6%-8% secara yoy. "Kontributor pertumbuhan tersebut bisa terbagi secara proporsional antara dana murah dan dana mahal," katanya. Ekspektasi pertumbuhan DPK itu, tambah Rudi sudah mempertimbangkan target kredit BMRI tahun ini di kisaran 5%-7% yoy.
Senada, Direktur Distribution and Retail Funding PT Bank Tabungan Negara Tbk (BBTN) Jasmin juga mengatakan, deposito memang melambat. Akan tetapi, untuk di Bank BTN sampai saat ini nominal deposito porsinya memang masih lebih dominan."Per Desember 2020, rasio CASA (dana murah) BTN sekitar 42%," terang dia.
Baca Juga: Bunga deposito BCA 3,1%, BRI 3,5%, Bank Mandiri 3,63%, BNI 3,25%
Dia juga mengungkapkan, tahun ini Bank BTN berencana untuk lebih banyak menggalakkan inisiatif peningkatan CASA. "Kalaupun deposito secara volume tinggi, tapi cost of fund (biaya dana) lebih murah dari 2020," imbuhnya.
Lagipula, perlambatan deposito memang dipastikan bakal terjadi. Sebab, secara industri saat ini bunga deposito masih terus mengalami penurunan. Hal ini dinilai Jasmin akan terus berlanjut sampai sektor riil bisa tumbuh normal.
Sementara itu, menurut catatan perseroan, tahun lalu deposito BTN tumbuh 28% yoy, terdiri dari dana konsumer yang naik 12% dan komersial 35%. Sementara itu, dana giro tumbuh 38% sedangkan total dana murah naik 19%. "Dana BTN masih terkonsentrasi di komersial, namun tahun 2021 semua cabang lebih fokus kejar DPK ritel yang lebih sustain dan tidak volatile," pungkas Jasmin.
Setali tiga uang, Direktur Konsumer PT Bank CIMB Niaga Tbk (BNGA) Lani Darmawan bilang sejak beberapa tahun terakhir pihaknya memang fokus mendorong CASA. Hasilnya, sepanjang tahun 2020 dana murah CIMB Niaga bisa ditopang naik hingga 14% secara yoy.
Baca Juga: Perbankan jumbo keluarkan US$ 5 miliar dari pencadangan untuk dorong pinjaman
Tapi di sisi lain, realisasi pertumbuhan deposito perseroan turun sebanyak 4% tahun lalu. Penurunan itu, merupakan bagian dari upaya perseroan menekan biaya dana. "Ini merupakan target jangka panjang yang secara konsisten kami dorong," jelasnya.
Dus, di tahun ini CIMB Niaga tetap memilih untuk mendorong CASA. Apalagi, rasio CASA CIMB Niaga menurut Lani sudah hampir menembus angka 60% di 2020. "Tahun ini deposito kami jaga flat saja," imbuh dia.
Baca Juga: Pemerintah segera kucurkan Rp 66,99 triliun dana ke perbankan
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News