kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45898,75   -27,98   -3.02%
  • EMAS1.327.000 1,30%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Bank jumbo tetap buka opsi pendanaan meski likuiditas melimpah


Rabu, 03 Februari 2021 / 09:25 WIB
Bank jumbo tetap buka opsi pendanaan meski likuiditas melimpah

Reporter: Laurensius Marshall Sautlan Sitanggang | Editor: Tendi Mahadi

BRI memang masih mengantongi jatah penerbitan Obligasi Berkelanjutan III dengan total penerbitan Rp 20 triliun sampai tahun ini. Tahap pertama telah diterbitkan Rp 5 triliun pada 2019, sementara tahun lalu tak ada penerbitan sehingga perseroan masih masih punya jatah penerbitan Rp 15 triliun.

Sekretaris Perusahaan Bank BRI Aestika Oryza Gunarto mengatakan, sebenarnya perseroan tetap menyediakan pendanaan non DPK. Sejalan dengan Rencana Bisnis Bank BRI baik melalui melalui penerbitan obligasi maupun pinjaman dengan tetap mempertimbangkan kondisi likuiditas dan pasar. 

Hanya saja, dengan pertumbuhan DPK yang diperkirakan masih akan tumbuh lebih tinggi dari kredit, maka pendanaan belum menjadi fokus utama Bank BRI. "Tantangannya bukan di likuiditas, melainkan di pertumbuhan kredit. Mengingat faktor utama pendorong pertumbuhan kredit (konsumsi rumah tangga dan daya beli masyarakat) masih belum sepenuhnya pulih," katanya kepada Kontan.co.id, Selasa (2/2). 

Baca Juga: Bank Mandiri prediksi cadangan devisa bulan Januari naik lagi

Memang, merujuk pada laporan keuangan kuartal IV 2020 total DPK BRI masih sangat mumpuni dengan pertumbuhan 9,8% menjadi Rp 1.121,1 triliun. Kemudian, posisi loan to deposit ratio (LDR) BRI juga masih terjaga rendah di 83% akhir tahun lalu. 

Sama halnya dengan PT Bank Negara Indonesia Tbk (BNI). Direktur Corporate Banking BNI Silvano Rumantir bilang pihaknya mengatakan masih membuka opsi pendanaan non konvensional sebagai salah satu opsi pemenuhan likuiditas. 

Namun, menurut Silvano strategi pendanaan perseroan di 2021 bakal mengutamakan DPK. Khususnya melalui pemanfaatan dan pertumbuhan dana murah melalui optimalisasi transaksi yang didukung oleh teknologi digital. 

Wajar, tahun lalu DPK BNI tercatat tumbuh 10,6% yoy menjadi Rp 679,5 triliun. Hal itu utamanya ditopang kenaikan rasio CASA sebanyak 160 basis poin secara tahunan menjadi 68,4% terhadap total DPK. "Untuk pendanaan non konvensional tetap kami pertimbangkan, sebagai salah satu opsi," ujar Silvano. 

Baca Juga: Naik 6,7 kali lipat, BTN catatkan laba bersih Rp 1,6 triliun tahun lalu

Melihat fenomena likuiditas yang melimpah ini, Ekonom dan Direktur Riset CORE Indonesia Piter Abdullah mengatakan secara agregat likuiditas bank memang ample. Hal ini utamanya disebabkan oleh bank besar yang mengalami kenaikan DPK. Sementara beberapa bank kecil masih mencatatkan pertumbuhan tipis atau bahkan turun. 

Namun, di tahun 2021 pertumbuhan ekonomi diharapkan bisa mulai membaik, seiring meredanya pandemi Covid-19. Bila itu terjadi maka kinerja perbankan baik industri maupun individu bakal membaik. "Dengan likuiditas yang melimpah di bank-bank tertentu, penyaluran kredit diharap bisa tumbuh lebih baik," terang Piter. 

Selanjutnya: Kredit perumahan tahun ini bakal menggeliat, ini alasannya

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Practical Business Acumen

×