kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   12.000   0,80%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

AUM reksadana ETF kian tumbuh subur, ini alasannya


Jumat, 11 Desember 2020 / 06:15 WIB
AUM reksadana ETF kian tumbuh subur, ini alasannya

Reporter: Hikma Dirgantara | Editor: Tendi Mahadi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Reksadana Exchange Traded Fund (ETF) semakin diminati oleh investor. Hal ini diindikasikan oleh kenaikan dana kelolaan atau Asset Under Management (AUM) reksadana ETF dalam beberapa waktu terakhir.

Merujuk data Infovesta Utama, AUM reksadana ETF pada November mencapai Rp 15,55 triliun atau naik 9,89% dibanding bulan sebelumnya. Jumlah tersebut juga merupakan yang tertinggi pada tahun ini.

Head of Investment Avrist Asset Management Farash Farich mengungkapkan meningkatnya minat terhadap reksadana ETF memang sedang terjadi secara global maupun domestik dalam sedekade terakhir. Dengan berkembangnya minat investor, pada akhirnya Manajer Investasi pun menyiapkan produk reksadana ETF untuk memenuhi minat tersebut.

Baca Juga: Banyak produk jatuh tempo tak diganti, jumlah reksadana terproteksi tahun ini turun

“Pada akhirnya, ETF yang umumnya menggunakan strategi pasif pun mendapatkan inflow yang terus meningkat. Sesuai sifatnya yang berisikan saham konstituen indeks, kinerjanya pada tahun ini pun mengekor indeks yang jadi rujukan,” kata Farash kepada Kontan.co.id, Kamis (10/12).

Sebagai gambaran, Indeks LQ45 dan indeks IDX30 merupakan dua indeks yang sering dijadikan indeks acuan produk reksadana ETF di Indonesia. Indeks LQ45 secara year to date membukukan kinerja -7,84%, sedangkan IDX30 membukukan kinerja -8,64%.

Jika mengacu dari sisi kinerja, Farash mengatakan bahwa reksadana ETF obligasi justru memiliki kinerja yang lebih baik. Ia memperkirakan, kinerja ETF obligasi pada tahun ini akan berkisar 10,8%. 

Farash bilang, untuk saat ini, ETF saham dari sisi valuasi dinilai sudah mulai mendekati normal kembali. Dus, prospek imbal hasilnya dalam jangka panjang sudah kembali ke arah 10-12% per tahun. Menurutnya, saat ini masih menjadi momen yang tepat bagi investor untuk membeli ETF saham.

Baca Juga: Naik Rp 18 triliun pada November, AUM industri reksadana menyentuh Rp 532 triliun

“Tahun depan saham dan obligasi akan memiliki prospek kinerja yang positif. Namun saham berpotensi memiliki capital gain lebih tinggi dibandingkan obligasi dalam jangka panjang. Jadi investor bisa mulai mengoleksi reksadana ETF sebagai salah satu instrumen investasi,” tambah Farash.

Bagi investor yang tertarik membeli reksadana ETF saham, pembelian dapat dilakukan melalui dua cara. Hal inilah yang menjadi salah satu pembeda antara ETF dengan reksadana lainnya. Mekanisme pertama lewat pasar primer, pembelian atau penjualan dilakukan langsung ke MI, biasanya transaksi ini merupakan transaksi dengan nominal besar karena unit penyertaannya mencapai 100.000 atau satu kreasi

Mekanisme kedua lewat pasar sekunder, investor dapat membeli dan menjual unit penyertaan ETF dalam satuan lot, di mana satu lot setara dengan 100 unit penyertaan melalui Bursa Efek Indonesia (BEI). Salah satu kelemahan mekanisme ini adalah jika tidak ada permintaan dan penawaran yang sesuai, maka transaksi tidak akan terjadi.

Baca Juga: Membaca arah investasi di tahun 2021

Guna mengatasi permasalahan tersebut, hadirlah dealer partisipan, yakni perusahaan sekuritas yang menjadi penyedia likuiditas untuk ETF. Dengan demikian, perusahaan sekuritas menjadi pihak yang bertindak sebagai pembeli dan penjual apabila tidak ada permintaan dan penawaran yang cukup.

Pembeda lainnya adalah, reksadana biasa dari segi portofolio akan terus dikelola secara aktif oleh Manajer Investasi (MI). Para MI akan berusaha menyusun racikan yang bisa mengalahkan indeks.

Sementara ETF, portofolionya dikelola secara pasif oleh MI sehingga MI akan mengatur porsi dan komposisi portofolio sesuai dengan indeks. Perubahan hanya akan dilakukan enam bulan sekali, ketika susunan indeks diubah.

Selanjutnya: Penerbitan reksadana terpotreksi terkendala tahun ini, kenapa?

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

×